14. DONE

75 7 0
                                    

Pernah mendengar kalimat orang yang kuat tidak tumbuh di lingkungan yang lemah? Dan pada dasarnya, kita adalah bagaimana lingkungan tempat kita tumbuh. Orang dewasa yang terlihat keras pasti tidak mengalami kehidupan seperti yang lain. Terkadang orang-orang menyembunyikan perasaan mereka, entah karena malu, tidak mau dikasihani atau tidak mau membuat orang-orang khawatir.

Ting!

Riz yang awalnya termenung seorang diri, kini langsung fokus setelah melihat layar mengambang yang tiba-tiba muncul.

“Keberuntungan terbuka.”

Strenght: 24
Agility: 22
Vitality: 21
Intelligence: 20
Dexterty: 22
Luck: 22

Ia menelengkan kepala bingung, lalu menyentuh sebuah buku catatan kecil yang berada di sakunya. Entah apa yang terjadi, tapi setelah memegang buku itu, tiba-tiba saja Jez Riz memegangi pelipisnya. Laki-laki itu mendapat penglihatan aneh mengenai buku catatannya.

“Cengeng.” Semua yang berada di dekatnya merasa bingung sekaligus kaget.

Riz langsung menepuk pipinya, tidak seperti biasa. Ia belum mengetahui siapa Joanna dalam hidupnya, tapi firasatnya mengatakan kalau Joanna ikut andil dalam masa kecil yang ia lupakan.

Laki-laki itu bisa melihat dirinya sendiri yang sedang menulis di buku kecil, sejak masih remaja. Riz memang sengaja membawanya ke mana-mana, dia selalu menulis apa yang dia rasakan, tapi ia akan langsung melupakan apa yang ditulisnya.
Matanya langsung terbelalak begitu melihat kilas balik di mana ayah dan ibunya berbicara tentang masa depannya nanti. Ayah Riz bekerja begitu keras untuk menghidupi keluarganya. Di saat itu Riz yang belum mengerti, hanya bisa meminta dan meminta, tanpa tahu apa yang dirasakan ayahnya.

Lalu, Jez Riz juga melihat kilas baliknya ketika dipukul ayah karena tidak rajin belajar, ayahnya juga menyita semua video gimnya. Namun, Riz yang hanya mengira kalau ayahnya adalah orang keras yang disiplin dan menganggap remeh dirinya, mulai membenci sang ayah. Riz tidak pernah tau apa yang sedang ayahnya siapkan untuknya di masa depan, sampai dia mendapatkan buku tabungan yang ayahnya simpan.

Suara helaan napas terdengar. Riz bangkit dari duduknya, kemudian mendongak ke atas. Dia masih bertanya-tanya tentang keberuntungannya. Laki-laki berambut pirang itu bisa melihat riwayat cerita suatu benda, seolah ia adalah benda itu sendiri.

“Misinya, sudah?” Riz melihat ke arah Vincent, Asher, dan Fannon bergantian dengan wajah datar.

“Entahlah, kenapa ingin tahu?” Vincent tertawa meledek. “Kau seperti orang lain, ke mana sifat burukmu tadi?”

Asher yang bingung dengan topik kedua orang itu hanya berkata, “Ini menara kehidupan.” Ia tertawa juga.
Riz terdiam, kemudian berjalan menjauh dari mereka semua. Waktu yang dia punya tinggal 20 menit lagi.

“Hei, Azaria. Aku tidak tahu apa maksudmu menyeretku ke tempat aneh ini, tapi kalau aku menjadi orang yang lebih baik, aku kan bebas, ‘kan?” Riz menertawakan dirinya sendiri. Menertawakan dirinya yang tidak pernah menghargai orang lain, menertawakan dirinya yang selalu merasa paling benar, menertawakan dirinya yang tidak menyukai ayahnya sendiri, dan menertawakan dirinya yang mau menuruti semua permintaan ibunya tanpa mengetahui alasannya lebih dulu. Kini, Riz menyadari bahwa ibunya tidak sebaik itu. Namun, dia tidak pernah menganggap ibunya seagai orang jahat.

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Dec 20, 2023 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

7 LinesTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon