09. FRIENDS?

140 18 1
                                    

Asher, Nolan, Fannon, Vincent, Askar, Xavier, dan Riz masih terus mengamati pergerakan makhluk aneh di bawah mereka. Vincent membuka buku sihir yang ditemukannya beberapa waktu lalu. Pada awalnya dia memang tidak percaya pada hal-hal seperti itu, tapi laki-laki itu jadi percaya ketika mempraktekannya langsung. Bahkan, ia sudah mencoba untuk membangun gedung batu, jadi kali ini Vincent Aroon penuh dengan rasa percaya diri.

“Aku bisa membuat pembatas untuk sementara,” ujarnya.

Riz melirik Vincent. “Seberapa lama?”

Vincent terlihat memperhatikan sekitar. "Tidak lama.”

Kedua telapak tangannya menempel dengan tanah, sontak membuat semuanya memperhatikan tanah yang mulai meninggi membentuk tembok. Sementara raungan terdengar semakin mendekat, Askar tiba-tiba merasakan ada sesuatu di dalam dirinya—sesuatu yang luar biasa.

Ting!

Layar mengambangnya muncul, menunjukkan beberapa rincian mengenai kapasitasnya:
Strength: 20
Agility: 22
Vitality: 20
Intelligence: 25
Dexterity: 23
Luck: 24

Askar mengernyit bingung, dia bertanya-tanya apakah yang lainnya juga mendapat layar mengambang berisi kapasitas mereka atau tidak. Namun, sepertinya figure skater itu tidak perlu khawatir karena yang lain juga mulai mendapat keberuntungan mereka, sepertinya.

“Gunakan aku jika kalian butuh teropong,” celetuk Fannon tiba-tiba.

Mendengar itu Vincent tertawa. “Seberapa jauh jarak pandangmu?” tanyanya. “Apa kau bisa lihat isi hatiku juga?”

Nolan berdeham. “Berhenti menggabungkan urusan pribadi.”

Alih-alih membalas Vincent seperti biasa, kali ini Fannon memilih untuk jadi orang yang lebih diam. Dia tidak gegabah. “1 kilometer.”

Nolan tersenyum. “Baiklah, sekarang tetap di sini sambil mencari Mr. Seek.”

Asher menggaruk tengkuknya. “Mau aku cek?” tawarnya. “Sekarang entah kenapa kecepatanku meningkat pesat.”

“Tentu.”

Mereka membentuk kerja sama tim. Namun, di tengah-tengah itu semua tiba-tiba saja Vincent berusaha mudur-mundur ke belakang.

“Pergi!” serunya, lalu berteriak histeris, membuat semua perhatian tertuju padanya.

Nolan menepuk pundak Vincent. "Kau berhalusinasi?"

Semuanya saling memandang, mereka mencoba berpikir apa yang sebenarnya telah terjadi di sini, kalau Mr. Seek itu belum juga ditemukan, mereka akan benar-benar mati. Tinggal 6 jam lagi sampai waktu permainan pertama berakhir, dan bagi yang tidak berhasil akan mendapat hukuman.

"Hei Fannon, apa yang kau lihat?" Nolan menunduk.

“Tidak ada, tapi akan segera ada.”

Dia melihat Asher yang berlari dari kejauhan sambil memberi isyarat seolah mengusir, tapi mereka yang berada di pohon sama sekali tidak peka.

"Wa-wanita itu, yang kau bilang, dia menatap kita dengan sangat menyeramkan, a-apa kita... Ti-tidak akan bisa keluar?"

Mendadak menjadi hening, apa yang ditanyakan oleh Vincent, ada hal yang sama yang ingin mereka tanyakan juga. Xavier melihat ke langit, ini terlalu nyata kalau disebut mimpi. Rasa sakit yang mereka rasakan benar-benar nyata, semua kejadian yang sudah terjadi benar-benar terasa nyata. Mereka baru memainkan satu permainan dan sudah begini, apalagi dua, apa mereka akan mati? Sementara permainan yang harus diselesaikan seperti yang tertera di layar mengambang adalah lebih dari 5.

"Kalau kita mati, apa semuanya akan berakhir?" Askar memainkan ranting yang dari tadi dipegangnya, "Kalau kita mati di sini, berarti permainannya berakhir 'kan? Kita bisa hidup normal."

7 Linesजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें