14. Selfish

23 7 0
                                    

"Apakah sikap egoisku dalam mencintaimu berakhir membuatmu bahagia?"
-PUMA

***

Kehadiran Merry ternyata membuat Jun semakin merasa tenang, ia sangat takut kehilangan Merry sehingga sepanjang hari ia mengenggam tangannya. Keadaan Jun memang belum sepenuhnya pulih, namun dokter menyarankan untuk tetap berada di rumah sakit karena takut jahitan pada lukanya terbuka.

Merry merawat Jun dengan sangat baik, ia menemani dari pagi hingga petang dan tidak pernah mengeluh lelah sedikit pun. Ketika Jun sedang tidur, ia memutuskan untuk berjalan keluar mencari makanan. Ia berharap Jun segera pulih, karena ia sudah rindu dengan Dreamy dan dunia luar.

"Merry?" ucap seseorang di belakangnya yang membuat Merry terkejut.

"Kau? Sedang apa kau disini?" Merry bertemu dengan pria yang menolong Jun saat itu.

"Hm, aku hanya ingin berkunjung," ia melihat pria itu membawa keranjang buah, "ah, ini untuk kekasihmu. Maaf aku tidak bisa berlama-lama disini karena ada urusan lain." Lanjut pria tersebut.

Dengan cepat pria tersebut meninggalkan Merry. "Seharusnya aku bertanya siapa nama pria itu." Gumam Merry.

Belum sempat beranjak dari tempat ia berdiri, Merry melihat ke bawah lantai. Terdapat sebuah kertas kecil dan sepertinya kertas itu telah jatuh dari saku celana pria tersebut. Merry pun mengambilnya, melihat sebuah nama yang membuatnya terkejut.

"Jackson?" tangannya seketika gemetar melihat nama itu tertulis jelas di kertas tersebut.

"Mengapa ada nama Jackson disini?" Merry benar-benar terpaku dan tidak bisa melakukan apa-apa, ia cukup terkejut saat melihatnya.

Pria yang baru saja meninggalkan Merry disana, akhirnya kembali dan tersenyum sinis ke arahnya. "Merry, kau tidak apa-apa?" sontak mata Merry menatap pria tersebut.

"Maafkan aku, sepertinya itu kertas yang baru saja jatuh dari saku celanaku," pria tersebut hendak mengambil kertas yang di pegang oleh Merry.

Namun, Merry tidak memberikannya. "Siapa Jackson?" tanya Merry.

Pria itu hanya berlagak tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Merry. "Siapa? Aku tidak mengenal Jackson." Sahutnya.

"Lalu ini apa?!" Merry menunjukkan nama yang ada dibalik kertas tersebut.

Dengan cepat pria tersebut menggelengkan kepalanya. "Aku benar-benar tidak mengenalnya. Aku baru saja mendapatkan kertas nama itu dari temanku. Sepertinya dia akan menjadi partner bisnisku."

"Siapa temanmu itu?"

"Kau tidak akan mengenalnya, Mer."

"Jawab, aku!" sentak Merry.

"Aku tidak yakin kau siap mendengarkan ini atau tidak."

Merry meremas kuat kertas tersebut. "Bawa aku padanya."

"Maksudmu?"

"Bawa aku pada Jackson, kau akan bertemu dengannya bukan?"

Tanpa Merry sadari, pria itu tersenyum seolah ia sudah menang di permainan kali ini. "Kau yakin ingin bertemu dengannya?"

"Mengapa tidak? Ada banyak hal yang perlu aku tanyakan padanya." Ucap Merry.

"Lalu, bagaimana dengan kekasihmu?" pertanyaan itu sungguh membuat Merry bingung.

Saat ini yang ada dipikirannya adalah bertemu dengan Jackson, jika ia tidak melakukannya sekarang mungkin ia akan kehilangan kesempatannya. "Jun, maafkan aku..." batin Merry.

Dreaming Is Coming √Where stories live. Discover now