19. Autophobia

19 3 0
                                    


"Tolong aku, hentikan mereka. Aku sungguh tak bisa sendirian."

-Puma




"Mer, aku minta maaf."

"Maaf tak bisa menjagamu."

"Maaf telah meninggalkanmu dengan harapan yang kian menjadi semu."

"Maaf aku pergi tanpa pamit."

"Maaf meninggalkanmu di hari kita yang suci."

"Sebenarnya aku tidak rela hatimu telah kau serahkan pada yang lain, tapi aku tidak bisa apa-apa."

"Mer, lekaslah berbahagia."

"Janji padaku, temukan kebahagiaanmu yang nyata."

"Aku itu semu, ia pun sama. Maka dari itu carilah seseorang yang nyata, yang bisa membuatmu merasakan kebahagiaan yang sempurna."

"Aku pergi. Sampai bertemu di dunia mimpi lain kali di kala kau merasa sepi."

"Sampai bertemu di kehidupan selanjutnya, di mana semua benar-benar nyata."

"Aku mencintaimu. Masih sangat mencintaimu."



Bulir air mata kembali jatuh, ditemani gelengan kepala yang tak kunjung membukakan mata.

"Hentikan! Kau bohong, J! Cintamu palsu layaknya dirimu! Mana bisa cinta timbulkan luka?! Mana bisa dikatakan cinta tapi nyatanya pergi meninggalkan!" ucap Merry yang masih memejamkan mata sambil terisak.

"Jangan membuatku merasakan rindu yang semu kembali, aku mohooon.. Jika kalian ingin pergi, pergilah. Jangan semakin mengacaukan hati seperti ini. Jangan kembali datang jika ingin kembali pergi, hiks.. hiks. Aku lelah merindu. Aku lelah mencari kenyataan." Ucap Merry yang masih meringkuk tersedu-sedu.

"Pergi! Pergi! Pergi!"

Brakk!

Seorang pria telah membuka pintu secara kasar karena mendengar jeritan kesakitan lekas menghampiri Merry, ia menyingkirkan anak rambut Merry yang menutupi diri,

"Mer, hey, are you okay?!" ucap pria tersebut sambil turut menepuk pipi Merry agak cepat.

"Mer, bangun! Hey!"

Yang dibangunkan langsung tersentak sambil duduk. Ia menutup kedua telinga sambil sesekali meremas kepala dan berkata, "Tidak, pergi! Pergi kalian! Cukup.." sambil menangis kian histeris.

Sang pria lekas menghampiri lebih dekat dan memegang kedua bahu sang wanita, "Hey, buka matamu. Lihat aku. Aku Jin, Seokjin, lihat."

Merry perlahan membuka mata yang kini terlihat kacau karena sembap. Ia melirik Jin di sebelahnya tanpa peduli derai air mata tetap turun membasahi pipinya. "J-Jin.."

Merry langsung memeluk Jin erat, terlampau erat seperti tak ingin dipisahkan.

"Tolong hentikan bisikan mereka, Jin.. Aku rasanya tidak sanggup lagi jika terus mendengar mereka.. Me-mereka yang memilih pergi, tapi kenapa justru selalu aku yang merasa sakit sendiri."

Jin mengelus punggung dan juga kepala Merry, "Sshh.. Kau akan baik-baik saja, aku di sini.."

"Kau merindukan mereka, Mer.. Kau masih menyimpan rasa bagi mereka. Cintamu yang luar biasalah yang tidak mudah dihilangkan, juga kenangan yang sulit terlupakan membawa mereka padamu."

Dreaming Is Coming √Où les histoires vivent. Découvrez maintenant