7. Sweet Night

51 19 4
                                    

"Malam itu terlalu indah, bahkan rasanya enggan untuk memejam mata di atas bantal, terlalu manis tuk tinggalkan gema canda dan tawa yang tercipta."
-Puma



Suasana hari serasa ringan sekali bagi Merry. Ya, kisah hidupnya yang buruk akhir-akhir ini--Maaf ralat, kisah cinta sih lebih tepatnya, memberikan begitu banyak beban berat yang ia pikul dalam hatinya. Bahkan ia pikir hidupnya sudah sampai di situ, itu akhir dari segala manis yang drastis menjadi pahit dalam sekejap. Ia bahkan sangat menyalahkan dirinya. Bayangkan saja, selama jadi seorang penulis, ia belum mencoba-- bahkan tidak pernah coba-coba menuliskan ending yang begitu menyedihkan, yang begitu menyakiti para penikmatnya. Dan dengan teganya orang lain yang bukan Tuhan, menuliskan rentetan kisah yang terlampau menyedihkan dan menyakitkan pada kehidupannya. Padahal jika dipikir kembali, itu memang sudah kisah hidupnya yang ditulis oleh Tuhan sejak ia lahir, sudah menjadi destiny. Tapi Merry tidak berpikir sebaik itu pada saat itu. Ia hanya pikir sang mantan calon suaminya lah yang menuliskan kisah menyakitkan itu dengan lancangnya. Baru calon, sudah jadi mantan, apa-apaan.

Merry tengah tersenyum sedari tadi. Di lokasi syuting dramanya, ditemani milkshake strawberry favoritnya, script dramanya, juga lantunan musik setengah jadi yang terngiang di kepalanya. Sebenarnya bukan hanya musiknya saja, tetapi momen di mana lagu itu dibuat, disempurnakan, istilahnya. Tatapannya memang terlihat mengarah kepada para crew dan pemain drama, namun jika dilihat kembali, ia bukan sedang menatap mereka, melainkan menatap rentetan momennya bersama Jun kemarin, seakan di depan sana terdapat layar dengan proyektor yang menampilkan itu semua. Di mana Jun yang tengah mencoret-coret melodi yang ia buat di kertasnya, Jun yang tiba-tiba gugup hingga tidak sengaja menginjak kabel hingga putus, Jun yang tiba-tiba menyanyikan beberapa melodi dan lirik dengan suaranya yang menurut Merry sangat lucu (tidak buruk, hanya saja itu terlihat dipaksakan dan berakhir lucu), padahal Merry sebenarnya paham melodi yang dimaksud Jun. Berakhir dengan mereka yang terus tertawa sehingga terdengar menggema di seisi ruangan. Bahkan momen itu tidak berakhir begitu saja. Keesokannya (yang mana adalah hari ini), Jun kembali mengantar Merry ke lokasi syuting. Dengan alasan...

"Kasihan melihat nona penulis yang manis ini pergi tanpa ditemani pria manis juga."  begitu katanya.

Menyebalkan, tetapi rasanya Jun manis sekali pada saat itu. Ah, bukankah Jun memang manis sejak dulu?

Hingga lamunannya itu terganggu seseorang, "Kak? Hello kak Merry?!" kata seorang gadis penata rias berwajah Rusia-Korea sambil melambaikan tangan di depan wajah Merry, yang mana merupakan teman dari adiknya, Yeri.

"Hah? Iya ada apa? Kau ini menggangguku sekali. Sama saja dengan Yeri."

"Ya maka dari itu kami berteman. Sama-sama pengganggu yang cantik, bukan?" ucap gadis bernama Ame itu.

Merry memutar bola mata, "Menyebalkan."

"Yang benar itu menggemaskan, Kak..."

"Ya ya ya terserah kau saja. Cepat katakan ada apa? Kurang puas aku berikan kesempatan menjadi penata rias kak Chang Wook?"

"Puas sekali!! Kakak memang yang terbaik!!"

"Lalu apa?"

"Kakak tidak tahu ini jam berapa?"

Merry tidak melihat jam, tapi lanjut berkata "Tidak. Memangnya ada apa? Take dramanya sudah selesai?"

"Mana ada kita selesai secepat itu, Kak. Kakak ni benar-benar ya. Aku adukan baru tahu rasa."

Dreaming Is Coming √Where stories live. Discover now