8. Warn

52 19 12
                                    

"Meski peringatan telah dilayangkan, namun rasa cinta yang kian muncul tetaplah tak tertahankan. Kini bukan hanya sekedar peduli, tapi sudah mulai menetapkan hati."
-Puma


Malam yang manis berganti dengan pagi yang berseri. Bagaimana tidak, disaat mata terbuka dari gelapnya malam, ia melihat sesosok manusia yang membuat bibirnya melengkungkan senyuman paling menawan. Merry masih betah untuk menyandarkan kepalanya di punggung sofa hanya untuk memandang sosok di depannya. Yang ternyata sama-sama tertidur dalam keadaan duduk di tempat yang bisa dikatakan tidak layak menjadi tempat tidur untuk dua orang, apalagi dengan posisi duduk menyamping seperti itu. Berhadapan pula. Sangat tidak sehat untuk jantung dan bibir Merry yang kini berdebar dan tersenyum sendiri.

Namun ia tersadar akan sesuatu. Jun tidur dengan pakaian berlengan pendek tanpa selimut di kala cuaca yang cukup dingin, pun dengan keadaan AC yang dinyalakan. Lalu Merry dengan inisiatifnya memutuskan untuk memberikan Jun selimut yang ada pada dirinya karena mungkin tidur Jun masih sedikit lebih lama.

Namun saat dirinya mencoba duduk tegap, leher dan bahunya begitu sakit dan rasanya ia begitu pusing hingga tanpa sengaja meringis agak keras. Mendengar adanya sebuah ringisian, Jun mencoba membuka matanya dan langsung terbangun melihat Merry-- yang nyatanya telah terbangun lebih dulu-- lalu dengan cepat bergeser ke sebelah Merry dan bertanya..

"Kenapa? Ada apa?" ucap Jun panik sambil memegang salah satu bahu Merry.

Merry masih memegang kepalanya, "Tidak tahu. Rasanya leherku sakit sekali dan aku pusing."

"Kau tidak biasa tidur di sofa seperti ini, ya?"

"Dalam posisi ini sih memang baru pertama. Aku menghindari tertidur dalam posisi tidak seharusnya karena memiliki riwayat vertigo. Sepertinya sekarang agak kambuh lagi."

"Astaga, aku tidak tahu, maaf. Tahu begitu aku memindahkanmu ke kamarku saja. Atau setidaknya aku memindahkanmu ke dalam posisi tidur biasanya meski di sofa. Maafkan aku, sungguh." ucap Jun merasa bersalah.

"Tidak usah merasa seperti itu, Jun. Salahku juga tidur tidak tahu tempat. Maafkan aku juga sudah tertidur di apartemenmu seperti ini." sanggah Merry.

"Kemari, akan ku coba pijat kepalamu agar terasa lebih ringan." pinta Jun.

Merry agak sedikit menimbang permintaan Jun. Namun pada akhirnya ia menurutinya karena memang sakit pada kepalanya ini sungguh mengganggu. Ia pun memunggungi Jun. Dengan segera, Jun pun memijat kepala Merry perlahan.

"Kau tidak merasa sakit atau pegal?"

"Hm? Aku? Memang sakit karena apa?"

"Kau tidur sama sepertiku, dengan posisi seperti itu. Kau pun tidak memakai selimut, padahal udara cukup dingin."

"Ah itu. Aku sudah biasa dengan cuaca dingin, Mer. Sudah biasa juga dengan posisi tidur seperti itu. Aku sering melakukannya tanpa sadar jika sudah terlalu lelah bekerja."

"Itu tidak baik, Jun. Aku saja tidak sesering kau rasanya sakit di mana-mana."

"Ya bagaimana lagi, jika tubuh sudah lelah dan menemukan sesuatu yang nyaman dalam sekali temu, pasti susah untuk pindah dan mencari lagi posisi nyaman."

"Ya tapi kau harus sayang pada dirimu sendiri. Kau memberikan selimut padaku, tapi tidak untuk dirimu sendiri, bagaimana."

"Sayangnya pada kau sih, Mer, bagaimana dong?" ucap Jun sambil tertawa setelahnya.

Lantas Merry mencubit paha Jun.

"Aw! Mer! That's hurting, you know?!" ucap Jun lanjut mengusap-usap pahanya. (Aw! Mer! Itu sakit, tahu!)

Dreaming Is Coming √Where stories live. Discover now