05. Lembaran Baru Fiora

Start from the beginning
                                    

Betapa gelisah dan resahnya Fiora, hingga menyebabkan keterbungkaman, tubuhnya bergeming. Tidak sesuai dugaan, Erina berujar berkebalikkan, dengan, perkiraan Fiora, dirinya malah mengatakan, bahwa, Fiora merupakan berkat dari Tuhan yang khusus dikirim untuk keluarga Kusuma, melalui, rahim Lina Salsika. Napas Fiora tersendat, ia menelan saliva. Tanpa sadar irisnya telah basah oleh air mata. Ia dapat melihat kekalahan perdebatan Istari, dan, pergi dari sana, dengan, wajah tidak percaya oleh pernyataan Erina yang barusan terdengar. Fiora benar-benar dicintai dengan tulus....

"Hei." Fiora mengerjap, lamunannya hilang, tergantikan suasana hening kelas, yang sedang, mendengarkan guru menjelaskan materi. Fiora menoleh, mendapatkan teman sebangkunya berusaha memanggil dirinya berulang kali. Fiora menyahut, "Apa?"

Gadis berkacamata itu, memiliki iris hitam, bentuk wajah mungil terbingkai poni, dan, beberapa helaian di kedua sisi telinga. Ia berujar ragu. "Aku kehabisan tinta pulpen, boleh pinjem punya kamu?" Oh pulpen, Fiora mengangguk, mengambil tempat pensil pemberian neneknya, lalu, memberikan alat tulis yang diminta. "Um, nama kamu?" Dia kembali bertanya, membuat Fiora menoleh kedua kali. Ingatan lama terkenang, di mana seorang lelaki juga pernah menanyai nama Fiora.

Fiora menorehkan senyum simpul. "Tadi di depan kan udah." Fiora dapat melihat keterkejutan teman barunya yang seakan malu. Ia memalingkan pandangan, namun tetap berucap, "Oh iya ya?" tanya gadis itu pada dirinya sendiri. Fiora tersenyum geli, merasa kasihan jika terus mempermainkan teman barunya, Fiora menjawab, "Fiora, kamu?" Dan Fiora baru tahu bahwa teman sebangkunya bernama, "Juni Astina," jawabnya membalas senyum Fiora hingga terlihat manis.

Fiora melanjutkan kegiatan tertunda: mencatat. Ia mengerutkan kening, saat, merasa, beberapa angka dan tulisan tak terbaca di papan tulis, sehingga, membuatnya harus memincingkan mata, lalu kembali, menggerakkan jemarinya menyalin. Ternyata, tidak buruk juga bersekolah umum seperti ini, pikir gadis berambut hitam terkepang satu itu.

Kemudian, bel istirahat berbunyi setelah pelajaran keempat berakhir, Fiora membuka bekal buatan Erina, berbinar, ketika nasi goreng dan telur ceplok menyambutnya. Gadis itu melahap bekal senang. Berbicara tentang bekal, Juni juga sama seperti Fiora, memilih menghabiskan istirahat untuk makan di kelas.

Dua gadis yang sama membawa bekal menghampiri meja Fiora, gadis terkepang satu itu mengangkat wajah penuh tanda tanya. Salah satu berambut pendek dengan poni dijepit memecah keheningan. "Kita ikutan gabung ya?" tanyanya yang diangguki Fiora ramah.

Juni menyahut, "Iya, biasanya juga kalian gabung sama aku, nggak izin."

Gadis satunya yang berkacamata seperti Juni ikut menjawab. "Ih kan ada anak baru, Jun!"

Fiora tersenyum melihat interaksi mereka bertiga, yang, baru pertama kali dirinya rasakan. Mereka berdua duduk di kursi depan, menghadap meja Fiora, diam-diam, Fiora memperhatikan wajah teman barunya, satu demi satu.

"Eh kenalin, aku Mika. Nah temen aku yang hadapan sama temen sebangku kamu yang pake kacamata ini namanya Utami." Gadis berambut pendek dijepit itu memperkenalkan diri, Fiora mengangguk menghapal satu per satu nama mereka dalam ingatan. "Nggak perlu ngasih tahu nama, aku udah tahu tadi di depan. Nama kamu Fiora kan?" Lagi, Fiora mengangguk tersenyum. Mika tampak terlihat, seperti, gadis yang banyak bicara.

Kini perbincangan diambil alih oleh Utami. "Jadi Fi, dulu tempat kamu itu sebenernya didudukin sama yang namanya Binar. Orangnya pendiem banget, jarang senyum juga, tahu-tahu baru satu bulan dia pindah, tiba-tiba udah pindah lagi. Makannya sampingnya Juni kosong." Ahh ralat, nyatanya Utami juga sama banyak bicaranya. Pantas saja mereka terlihat sangat cocok. Fiora mengangguk mengerti. "Oh gitu."

Juni memakan nasi beserta wortel ke dalam mulut, melirik bekal Fiora ia berucap, "Aku mau cobain bekal kamu dong, Fi."

Fiora mengiyakan. "Ambil aja." Tanpa banyak bicara, Juni segera mencicipi nasi goreng beserta telur dari bekal Fiora senang. "Enak banget, siapa yang buat bekal kamu?" tanya Juni memasang wajah penasaran. Sorot Fiora berubah, pandangan matanya melembut seketika. "Oma aku," katanya dengan bangga.

DarkpunzelWhere stories live. Discover now