13. Rindu Hanya Untuk Lelaki Kuat

Start from the beginning
                                    

Saat Astia dan panitia mengukur tubuh Rayyan, geng butler dan maid diam-diam menatap lagi. Mereka kembali berbisik-bisik. Para maid sepertinya memuji, sedangkan para butler membuat tatapan iri. Rayyan membalas mereka dengan senyum yang tenang. Sebagian dari mereka membalasnya dengan senyum canggung.

Rayyan tak terlalu banyak tahu tentang coplay, anime, dan lainnya. Yang Rayyan tahu paling hanya seputar game yang terakhir ia mainkan saat SMP. Ia mungkin tak akan bisa bergaul dengan mereka. Bekerja profesional, itu saja yang perlu Rayyan lakukan.

"Kak Ra coba duduk di kursi, mau styling rambut," pinta Astia. "Punten, ya, Kak."

"Astia, kamu yakin mau rekrut saya jadi butler? Cowok homo kayak saya mungkin kurang diterima di komunitasmu."

"Kenapa? Padahal kakak paling keren!" Astia putar mata. "Santai aja, Kak. Di komunitasku banyak fujoshi. Tamu-tamunya juga nanti pasti rata-rata fujo. Kita juga suka kok yang yaoi asli! Sejauh ini, komunitasku adem-adem aja."

Lalu, Astia berbisik. "Ssh, tenang aja, Kak. Enggak ada yang tahu kok kalau Kakak gay, kecuali beberapa orang panitia selain aku, yang juga fujo. Butler-butler lain juga enggak tahu Kakak siapa, mereka mikir Kak Ra itu model profesional."

Panitia perempuan yang berdiri di samping Astia membuat muka tak nyaman. Hm, mungkin Astia lupa bahwa ada juga fujoshi yang lebih memilih yaoi untuk tokoh 2D saja, bukan yang real gay di kehidupan nyata.

Astia menata rambutnya dengan gel. Poni Rayyan disisir ke belakang. Gaya sleek, tetapi masih menyisakan sedikit poni di depan dan tampilan rambut yang agak messy.

"Ih Kak Ra keren banget! Pasti Dadd—ehem, pasti semua tamu suka, deh! Kak Ra enggak perlu makeup juga, paling sedikit di bagian mata."

"Semoga saya enggak malu-maluin, ya."

"Enggak, dong. Aku yakin. Tinggal latihan jadi butler. Cara berdiri, cara jalan, cara muasin tamu, he he, bentar lagi kita latihan sama butler lain juga!"

"Kamu jadi mau minjemin saya komik tentang butler untuk bahan referensi?"

"Oh, ya, ya!" Astia mengobok-obok tas, dengan bangga mengeluarkan sebundel komik homo. "Ini, Kak!"

Rayyan menerima komik itu. Judulnya My Sexy Butler. Pengarangnya menurut Astia adalah artist asal Indonesia bernama Anjero-kun, entah siapa.

Isi komiknya ... berkisah tentang butler tampan penuh drama yang dipaksa berasmara dan melayani tuannya. Gambarnya ... terbilang vulgar, tetapi tokoh-tokohnya sangat enak dipandang. Top-nya tampan, bottom-nya manis feminin. Romansanya nice. Ternyata perempuan suka dengan kisah cinta gay yang lembut seperti ini? Rayyan tak paham mengapa Astia berani menyimpan komik semacam ini di dalam tasnya. Gimana caranya komik beginian bisa lolos dari undang-undang pornografi?

Namun, bukan itu semua yang membuat Rayyan terkejut.

Wajah tokoh utamanya, sang butler, sangat mirip dengan dirinya.

Rayyan seperti melihat ilustrasi diri. Sosoknya dijadikan tokoh komik. Aneh, tetapi nyata. Seolah-olah pengarang komik ini melukis tak jauh darinya, menjadikan Rayyan sebagai model.

"Keren, kan!" Astia nyengir lebar. "Apalagi yang bagian ini nih, ada adegan kabedon! Kyaaa! Ah, um, kabedon itu maksudnya pose nekan ke dinding gini. Terus, yang ini di-grepe di ruang anggur. Terus—"

"Oke." Rayyan mengangguk-angguk, berusaha memahami dunia gadis itu. "Jadi saya harus akting dorong tindih—apa namanya—kabedon partner saya ke meja kayak gini?"

DADDY HOT ✔Where stories live. Discover now