Kamulah Takdirku-Part 8

38K 3.6K 39
                                    

"Sesakit apapun aku saat bersamamu tak mampu menjadi alasan untuk aku melepaskanmu."

-Kamulah Takdirku-

🍃🍃🍃

Bantu tandain kalau ada typo ygy

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, membelah keramaian jalan raya ibu kota. Banyak kebandaraan roda dua juga roda empat yang berlalu lalang, semua itu tidak luput dari pandanganku.

"Belok kiri atau kanan nyonya?" tanya Pak Mamat memecah keheningan.

"Kanan, Pak. Terus lurus saja. Nanti ada rumah warna putih gerbang coklat."

"Rumahnya nyoya?"

"Bukan. Rumah tetangga Killa. Ya rumah Killa, lah Pak," ucapku lalu tertawa pelan.

"Oalahh, nyonya Killa suka bercanda ternyata," Pak Mamat ikut terkekeh. Ia melajukam mobil sesuai dengan arahanku.

Pak Mamat menghentikan laju mobilnya di depan gerbang hitam sesuai perintahku, "Yang ini, nyonya?"

Aku mengangguk, "Iya Pak. Ya sudah saya pamit dulu ya Pak. Terimakasih," ujarku.

"Sama-sama nyonya. Nanti saya jemput jam berapa nyonya?"

"Gak usah pak. Nanti Killa bisa pulang sendiri."

"Baik nyonya."

Aku mengangguk seraya tersenyum, "Killa pamit, Pak Mamat hati-hati ya. Assalammualaikum," ujarku sambil beranjak keluar dari mobil.

"Iya nyonya, waalaikumussalam."

Aku berdiri di depan gerbang rumah kedua orang tuaku. Aku menatap lekat rumah itu, rumah di mana aku tumbuh hingga sedewasa sekarang. Rumah yang selalu membuatku merasakan kebahagiaan, kehangatan, dan keceriaan. Di rumah ini aku merasakan suka dan duka bersamaan.

Namun, kini berbeda, semua itu tidak kutemukan di rumah baruku. Di rumah baruku hanya ada duka, hanya kesedihan yang diri ini rasakan. Mengingat semua duka yang ku alami, kini air mata ku menetes, rasa sakit itu kembali membekas. Seandainya aku belum menikah, mungkin aku tidak merasakan luka sepedih ini.

Aku menghapus air mataku, tidak ada yang boleh melihat aku menangis apalagi umi dan abi. Bibirku melengkung ke atas membentuk senyuman.

"Bismillah," aku menekan bel gerbang rumah. "Assalammualaikum, Mang Ujang!!" panggilku.

"Mang Ujang!!" teriakku.

Aku tersenyum saat melihat Mang Ujang berlari ke arahku. Saat menyadari diriku, laki-laki paruh baya itu segera membukakan gerbang untukku.

"Waalaikumussalam nona Killa. Apa kabar non?"

Aku tersenyum sembari melangkah masuk, "Alhamdulillah baik. Kalau Mang Ujang gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik juga non," jawabnya seraya tersemyum.

Aku mengulas senyuman, "Ohya, umi dan abi ada di rumah gak?"

"Ada non Killa."

"Kalau begitu Killa masuk dulu ya, assalammualaikum."

"Iya nyonya. Wa'alaikumussalam."

Aku melangkah semangat, tidak sabar untuk bertemu dengan ummi dan abi. Rasanya aku ingin sekali bercerita tentang semua yang aku hadapi sekarang. Terutama tentang Kak Rafka yang tidak memperlakukanku layaknya seorang istri.

Kamulah Takdirku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang