18

4.9K 423 36
                                    

Kini Prilly diijinkan pulang, tak ada pembicaraan dengan Ali. Hanya diam dan diam, Prilly masih kesal dengan Ali yang banyak diam. Biarlah dia tau akibatnya, Prilly menoleh pada Ali yang sedang menelpon, rautnya terbilang serius. Mungkin urusan pekerjaannya.

"Mohon maaf Pak Robert, untuk hari ini saya cuti. Dikarenakan istri saya sedang sakit."

"Maaf Pak, sekali lagi saya tidak bisa."

Hanya itu yang Prilly dengar, Prilly memalingkan wajahnya melihat jalanan yang banyak kendaraannya. Ali melirik Prilly kemudian sibuk kembali dengan ponselnya, rasanya Prilly ingin berbicara pada Ali. Terus terang saja Prilly tak enak terus-terusan berdiam seperti ini, Prilly mengusap tekuknya, lalu melihat Ali.

"Kak Alii masih enggak mau jujur?"

Ali terdiam, lalu Ali keluar dari mobilnya. Meninggalkan Prilly yang masih saja kesal pada Ali, Prilly turun dengan pelan-pelan kemudian menoleh kebelakang. Rasanya ada yang memantaunya, tapi apa, Prilly menggelengkan kepalanya kemudian berjalan memasuki rumah Ali.

Deg

Ternyata ada Ibu, Prilly melangkahkan kakinya menuju Ibu yang menatapnya datar. Prilly juga melihat Ali terdiam disisi Ibu, ada apa dengan raut wajah mereka? Prilly duduk diseberang Ali.

"Ada apa?" Prilly heran, kenapa Ali seperti ada masalah. Padahal sewaktu dimobil, raut Ali tidak sekusam sekarang.

"Mending kamu cerai aja sama Ali, Ibu gak tega melihat kamu sakit-sakitan terus. Sekarang Ibu udah sadar, harta bukan segalanya buat Ibu. Lebih baik kamu tinggal lagi bareng Ibu lebih aman daripada disini." Tutur Amalia enteng.

Rasanya ada yang jatuh, Prilly menggelengkan kepalanya membuat Amalia terperangah. Dulu saja Amalia memaksanya untuk menikah dengan Ali, dan sekarang, malah memintanya untuk bercerai dengan Ali. Sebenarnya ada apa dengan Amalia? Kenapa Amalia seperti memperlakukannya seperti robot.

"Aku gak mau Bu, aku udah bisa menerima pernikahan ini. Lagian dulu saja Ibu kemana, waktu aku nolak mentah-mentah pernikahan ini. Ibu hanya diam, aku udah ikhlas Bu dengan pernikahan ini. Karena prinsipku Bu, pernikahan itu sekali seumur hidup."

Setelah berpikir matang-matang, Prilly memutuskan agar tidak bercerai dengan Ali. Lagian, Ali juga tak mau menceraikannya. Prilly bingung dengan prilaku Ibu yang seenaknya mengatur dirinya, Prilly sekarang bukan anak kecil lagi yang serba diatur.

"Oke, kalo kamu enggak mau ceraikan Ali. Ali harus kirim uang ke Ibu." Amalia berkata tegas.

Ali yang sejak tadi menunduk pun, langsung mendongak. Apa dirinya tak salah mendengar, tadi katanya tidak lagi gila harat. Tapi sekarang, malah menyogoknya. Ali menatap Prilly yang langsung bersandar pada sofa.

"Ibu plin-plan, tadi bilang enggak sekarang iya." Setelah berkata itu, Prilly melangkahkan kakinya menuju Lift. Ali menatap tegas kearah Amalia.

"Semua sudah saya berikan pada anda, jangan pernah meminta uang pada saya. Dan tutup mulut anda tentang semua ini." Ali berkata dingin.

Amalia mendengus kemudian mengangguk, Amalia pergi tanpa berpamitan pada Ali. Tanpa Ali tau, Prilly mendengar perkataan Ali. Jadi, Amalia tau alasan Ali menikahinya. Prilly harus menanyakan ini semua pada Amalia, semua teka-teki ini harus cepat terbongkar.

Prilly lelah bermain teka-teki yang menurutnya rumit, dari keberadaan Nadya yang dirinya tak tau. Peneror yang membuatnya dilarikan kerumah sakit, tentang Ali yang menikahinya tanpa alasan. Dan juga, Ibu. Entahlah Amalia sepertinya menyembunyikan semua ini padanya.

"Mending maen TTS daripada teka-teki kayak benang kusut aja." Gerutu Prilly.

Kemudian Prilly menekan tombol Lift, sesampainya dikamarnya. Prilly tak langsung berbaring diatas ranjang, Prilly memilih menikmati angin sore yang sangatlah enak. Prilly melihat sunset yang sangatlah indah, Prilly menundukkan kepalanya kebawah. Banyak sekali bodyguart yang Ali tugaskan untuk menjaga rumah ini.

Namun, rasanya ada yang mengganjil. Prilly melihat keanehan pada bodyguart yang terus saja menunduk, sedangkan yang lain sibuk menjaga. Dan juga Prilly perhatikan seperti sedang memantau saja, mungkin hanya perasaannya saja. Prilly membalikkan badannya, namun Prilly menabrak dada bidang seseorang membuat jantungnya rasanya ingin berhenti saja.

"Ada apa?"

"A--anu Kak, tadi aku sempat liat. Ada yang aneh gitu sama suruhan Kakak dibawah, gelagatnya itu yang aneh. Mungkin perasaan aku aja." Ucap Prilly terus terang pada Ali.

Ali terdiam kemudian menggunakan matanya, Ali menyuruh Prilly untuk masuk kedalam. Ali mengambil ponselnya kemudian menelpon suruhannya agar berkumpul, Ali harus memastikan ini semua. Takutnya akan membuat Prilly celaka lagi jika dirinya ceroboh.

Tangannya mengepal, benar-benar ketentramannya terusik. Ali memukul besi yang berada dihadapannya, Ali takkan membiarkan orang itu hidup tentram. Ali akan membuat orang itu sengsara akibat perbuatannya yang sudah melukai Prilly.

Ali masuk kedalam kamarnya, dirinya melihat Prilly yang sedang diam didepan kamar. Karena pintu yang sedikit terbuka, Ali menyusul Prilly dan mengikuti arah pandang Prilly.

"Mama, Papa!"

Benar, dihadapan Prilly ada Dira serta Wisnu yang menatap Ali dingin. Ali tak mengerti kenapa mereka datang tanpa sepengetahuannya, Dira menyilangkan tangannya kemudian menatap sinis Prilly.

"Gara-gara dia, kamu jadi males kerja Li. Waktu Nadya ada disini, kamu gak kayak gini. Selalu semangat, tapi sejak kehadiran benalu ini. Kamu berantakkan Li, Mama kan udah bilang. Jangan menikah lagi, kamu mau ngikutin jejak Papa mu itu Hah!" Cerca Dira.

Prilly menoleh pada Ali yang terdiam, hatinya sudah terbiasa mendapat cercaan seperti ini. Terlebih Dira yang sudah menunjukkan rasa tak sukanya, Prilly memainkan jarinya sambil menunduk tak ingin menatap mata sinis serta mata dingin itu.

"Lebih baik anda pergi jauh-jauh dari anak saya, saya akan memberikan sejumlah uang yang anda mau. Dengan syarat anda harus pergi dari kehidupan anak saya!" Wisnu berkata dingin.

Prilly menggelengkan kepalanya, kenapa semua orang memintanya untuk pergi dari kehidupan Ali. Padahal Ali lah yang menahannya agar tidak pergi, Prilly merasakan tangannya tergenggam oleh tangan Ali. Rasanya ingin menangis disini, namun Prilly menahan ini semua.

"Ini pernikahanku, kalian tidak berhak ikut campur. Aku bukan anak kecil lagi Ma, Pa. Lebih baik kalian pulang saja, daripada kalian membuat Prilly semakin tertekan." Usir Ali. Prilly menoleh pada Ali yang mengusir orang tuanya sendiri.

Ali menoleh pada Prilly yang menggelengkan kepalanya, Dira tak percaya putranya seperti itu. Dira kemudian berlalu diikuti oleh Wisnu, Ali masuk diikuti Prilly yang berada dibelakangnya.

"Kenapa semua orang menyuruhku untuk pergi Kak? Setelah dirumah sakit, aku sudah berpikir untuk tidak pergi dari kehidupan Kakak. Aku memilih bertahan, Kak. Kakaklah orang yang menyuruhku untuk tetap mempertahankan pernikahan ini, disaat aku mulai lelah dengan sikap Kakak yang tak pernah terus terang."

Ali mendekati Prilly, kemudian memeluknya dari belakang. Prilly menangis dipelukan Ali, disaat dirinya mulai nyaman. Ada saja yang menyuruhnya untuk berhenti.

"Tetaplah bersamaku, apapun yang akan terjadi."

Ada yang tau perasaan Ali?

Sabtu, 9 mei 2020

TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Where stories live. Discover now