Chapter ● 23 ✈

3.7K 133 19
                                        

Sepanjang jalan kami tidak membuka bicara. Saat tiba di rumah, kami berdua langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah.

"Sayang, kamu jangan sedih lagi," ujarku sambil menarik lengan gadisku yang membuatnya berhenti melangkah.

"Aku gak sedih, cuma aku ngerasa. Kayaknya emang aku gak pantes buat kamu," ujarnya sambil menundukkan kepala.

Aku mensejajarkan posisiku dengan dirinya yang lebih pendek 10cm dariku. Ku raih kedua tangan mungilnya lalu berucap. "Sayang, jangan berfikiran seperti itu. Kamu pantes buat aku, karna aku yang memutuskan untuk menjadikan kamu istri aku."

"Tapi Lang, aku gak secantik perempuan yang ayah kamu jodohin," lirihnya.

"Memangnya, kamu udah lihat wajahnya seperti apa?" tanyaku yang di balas gelengan olehnya.

"Mau secantik apapun mereka, kalau aku milihnya kamu, mereka bisa apa?" ucapanku justru membuatnya meneteskan air mata, segera ku hapus air matanya lalu memeluknya ke dalam dekapanku. "Jangan nangis lagi, aku gak suka."

"Terimakasih, karna kamu udah tulus nerima aku apa adanya."

"Sama-sama, untuk mu akan ku lakukan." dia semakin mengeratkan pelukannya, sungguh aku semakin tak mau kehilangannya. Segala cara akan ku lakukan agar ayah membatalkan perjodohan sialan itu.

"Boleh aku mencintai, kamu?" tanya dia yang ku balas dengan kerutan di dahi. "Lebih dari, 3000." sambungnya yang membuatku mengecup keningnya.

Aku tak berani menyentuh dirinya selain mengecup kening dan pipi. Karna aku ingin menjaganya, bukan untuk merusaknya. Dia gadisku, aku harus menjaganya sampai dia sah menjadi istriku.

✈●✈●✈

Pagi harinya gadis itu berangkat sekolah di antar oleh Langit seperti biasa.

"Aku takut, nanti guru-guru memarahiku," cicit Senja sambil meremas ujung seragamnya.

"Aku sudah bilang, ke mereka. Jadi kamu gak usah khawatir."

"Sana masuk kelas, belajar yang rajin biar jadi calon ibu yang cerdas," ujar Langit yang membuat pipi gadis itu sudah merona pagi-pagi.

"Ayay kapten!" seru gadis itu seraya hormat di hadapan Langit, yang membuat Langit gemas sendiri melihatnya.

Senja menyalami tangan Langit layaknya seperti suami--istri. Setelah itu Senja turun dari mobil dan masuk ke dalam kelas.

.

Saat di dalam kelas, dirinya langsung di peluk oleh sahabatnya. "Huaa Senja, lo kemana aja."

"Aku gak kemana-mana, kok."

"Pasti lo jalan-jalan ya? Sama om pilot?" tebak Raina dengan mata memincing.

"Iya, tapi kalian jangan bilang siapa-siapa," ujar Senja dengan suara pelan bahkan nyaris berbisik.

"Lo ngomong sama manusia, apa sama semut si? Kecil banget," gerutu Fanya dengan kesal.

Gadis itu berdecak. "Ck! Kenapa telinga kalian menjadi budeg?"

"Enak saja, aku selalu membersihkannya," ujar Raina tak terima.

"Om pilot kemarin nyatain perasaannya, terus aku terima," celetuk gadis itu yang membuat kedua sahabatnya tersedak saliva sendiri. "Uhuk! Demi apa lo?"

The Perfect Pilot [OPEN PO]Where stories live. Discover now