Chapter ● 14 ✈

4.7K 178 16
                                        

"Senja aduin sama papah, kalau Om jahat sama Senja," ujarku sambil mengerucutkan bibir.

"Adukan saja, om Keno tidak akan percaya," tantang Langit.

Langit menaiki kasur yang membuat aku berteriak histeris. "AAAA!! OM MAU NGAPAIN?"

Yang kulihat, Langit menutup kedua telinganya sambil menggosokkan kedua telinganya. "Gak usah teriak, kayak gitu. Kau pikir suara mu bagus?"

"Terus om ngapain, naik ke kasur?" tanyaku.

"Mau tidur lha, sana kembali ke kamar mu," usir Langit.

"Ini kamar kak Dev, suka-suka aku dong," ujarku.

Kulihat pria itu beranjak dari kasur dan melesat pergi. Kini aku sendirian di kamar kak Dev. Aku menggenggam erat selimut yang ku gunakan.

Jduar!

Suara petir kembali terdengar di telingaku. Aku buru-buru beranjak dari kasur dan menghampiri Langit.

Aku mengetuk kamar tamu berkali-kali karna aku sangat takut dengan kegelapan di tambah suara petir bersahutan.

Tok! Tok! Tok!

"Ompedoo ... buka pintunya, Senja takut," teriakku.

Seseorang membuka pintu, ternyata Langit. Ia menatap datar ke arahku. Apa dia merajuk? Cih, seperti anak kecil saja.

"Ada apa lagi? Aku ngantuk gadis nakal," ujarnya sambil mengucek mata.

Kok ompedo kiyut begitu ya?

Ish, gak boleh! Dia menyebalkan dan selalu seperti itu.

"Senja tidur sama Om ya?" tanyaku yang membuat matanya seketika melebar dengan sempurna. "Ti--tidur?"

Aku berdecak sebal, pikirannya mesum sekali. "Om tidur di sofa, aku tidur di kasur."

Kulihat dirinya menghela nafas dan akhirnya mengangguk pertanda setuju. Aku masuk ke dalam kamar dan tidur di kasur.

Sekarang sudah pukul 02.00 tetapi aku tak bisa tertidur. Aku mencoba untuk membangunkan ompedo itu. "Om, Senja gak bisa tidur."

Ku lihat wajah tampan ompedo itu menggeliat sambil berusaha membuka matanya. "Kenapa? Nanti kau sakit." ujarnya dengan suara serak.

"Temenin Senja tidur, tapi om jangan macem-macem!" ujarku.

Langit beranjak dari sofa, aku kesian melihatnya. Sepertinya sakit tidur di sofa karna aku pernah merasakannya.

Aku naik ke atas kasur di ikuti Langit di sampingku, dia memeluk pinggang rampingku. Posisi kita saat ini berhadap-hadapan, dengan kepala dia di atas kepalaku.

"Cepat tidur, besok kau sekolah." ujarnya yang ku balas anggukan dan mulai memejamkan mata.

.

Pagi harinya.

Aku sedang sarapan bersama ompedo, dia benar-benar menjagaku. "Cepat sarapannya, nanti kau terlambat." Aku mengangguk, dan setelah itu aku berangkat sekolah di antar olehnya.

Setibanya di sekolah, aku masuk berjalan dengan santai sambil masuk ke dalam kelas.

"Ja, lo di anter siapa?" tanya Fanya.

"Di anter ompedo," jawabku yang membuat mereka berdua mengerutkan kening. "Om pedo? Ompedo siapa, Ja?"

"Pilot di bandara, dia nginep dirumah sampai mamah papah pulang," ujarku yang membuat mereka berteriak histeris.

"Gue boleh maen kerumah lo, gak?" tanya Raina sambil menggulum bibirnya.

"Mau ngapain?"

"Liat om pilot, hehehe. Siapa tau kecantol sama gue," ujar Raina sambil memasang senyum manisnya.

The Perfect Pilot [OPEN PO]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora