Takjil

2K 193 106
                                    

Ini hari ke-14 bulan puasa. Kompleks Seoltang seperti tahun-tahun sebelumnya sangatlah ramai ketika hari menjelang sore.

Di perempatan dekat masjid utama memang tempat yang strategis bagi warga-warga kompleks yang mendadak menjadi pebisnis takjil dan makanan siap santap yang memang selalu banyak diburu di bulan puasa.

Seperti sore ini, jalanan di sekitar masjid nampak padat, banyak sekali ibu-ibu dan juga bocil-bocil yang berdesakan dan mengantri untuk membeli jajanan. Sedangkan, jaug dari pasar takjil yang juga masih berada di dalam kompleks Seoltang, ada bocah yang merengek pada ibunya untuk pergi ke pasar takjil guna membeli gulali enjot kesukaannya sejak dua hari yang lalu.

"Ibu ... ayo ke perempat sana, Abang pengen gulali enjot," rengek si sulung Min. Tangannya sedari tadi menarik-narik rok sepan sang ibu untuk di ajak pergi.

"Abang sejak kapan sih suka makan gulali, kan Ibu gak pernah beliin?" jawab ibu Min yang sedang asik suapin bayi gembul dengan kolak biji salak. Tenang, babymbul gak bakal keselek soalnya udah dikemahin sma ibu.

"Kemaren pas abis sholat dhuhur di masjid-- eh,"

"ABANG GAK PUASA?!"




Uhukk ... Hukk uhukk ...

Kali ini beneran keselek baby mbul gegara si ibu teriak pas Ugi mau nelen.













Setelah acara menjewer kuping si abang yang udah bohongin ibu kemarin dan serentetan wejangan,juga karena ayah Min yang mendadak ingin makan gorengan, jadilah kini ibu Min jalan sambil gendong Ugi dan sebelah tangan gandeng si abang menuju pasar takjil di perempatan.

Di tengah perjalanan, ibu Min bertemu dengan Hobi dan keponakannya, Joonie yang sepertinya juga hendak menuju pasar takjil.

"Joonie mau ayam bakar pake saus madu ya paman, terus roti bakar, es kelapa parut sama--"

"Enggak-enggak, enak aja minta banyak-banyak, kak Nami kan cuma kasih uang lima ribu, jatah kamu cuma tiwul."

"Eeh ... anak-anak mau ke pasar takjil juga ya?" tanya ibu Min pada kedua bocah beda usia yang sepertinya tengah debat di pinggir jalan itu.

"Iya, bi. Tapi tapi, paman Hobi gak mau beliin Joonie makanan, hiks Joonie cuma diberi kliwul, huwaaa Joonie gamau rambutnya Joonie jadi Kliwul."

Hobi dan Jaebum mencep-mencep mendengar penuturan Joonie. Dasar anak mama memang, gak pernah makan makanan kampung jadi kudet.

"Iwul?" Ugi yang ada dalam kain gendong yang semula menyedot rakus kuah kolak dari dalam shippy cup nya pun ikut mendongak dan memasang wajah bertanya, bukankah itu cemilan kesukaannya?

"Tiwul itu juga makanan, Joonie. Enak lho, Joonie pasti suka. Bibi juga sering buatkan Ugi tiwul tapi bibi buat yang lebih lembut, maklum Ugi kan belum banyak tumbuh gigi."

Mendengar penuturan dari calon ibu mertua, Joonie jadi mengehentikan tangisnya, diganti dengan wajah cerah karena kini ia tahu salah satu  makanan kesukaan si bayi pujaannya.

Kini ibu Min sudah mirip dengan induk bebek yang momong keempat anaknya. Posisi Jaebum yang semula digandeng oleh sang ibu kini digantikan oleh Joonie yang sangat senang karena sesekali ia berbicara dengan Ugi. Sedangkan di barisan belakang ada dua bocah seangkatan yang nampak tak nyaman dengan posisinya.

"Abang kok liatin Hobi--"

"Umur kita sama ya,jangan bikin aku jadi tua, dasar kuda." Yang disebut pun hanya nyengir semakin lebar.

MbuLkachu ©✓Where stories live. Discover now