Belalai gajah

2.4K 229 74
                                    

Ugi senang sekali hari ini. Setelah sembuh dari demamnya ia bakal diajak jalan-jalan ke taman kompleks dengan sang ibu. Kirain jalan-jalan kemana bu, lagi hemat ya?

Pagi-pagi Ugi sudah dimandikan, dia senang sekali karna sebentar lagi akan bertemu dengan banyak orang diluar setelah 3 hari hanya berdiam diri di kamar.
Kini Ugi baru saja diangkat dari jemuran, aish,, dari bath up maksudnya. Tubuh gembulnya hanya berbalut handuk kecil berwarna putih yang ujungnya ibu sempilin diantara lilitan pada tubuhnya, jadilah si gembul udah kaya lontong yang udah dikupas daunnya.

"Ayo abang buruan mandi nanti telat." Ibu meletakkan Ugi untuk berdiri disamping kasur sementara ibu mencoba membangunkan abang Jae yang matanya susah melek karna belek.

"Abang masih ngantuk." Gumamnya dengan mata yang masih terpejam. Ibu sudah siap mengangkat tubuh Jae untuk didudukkan tapi saat tangannya melingkari leher si abang, tangannya malah dipeluk dengan erat, memekik karna tiba-tiba si abang menggunakan tangan ibu untuk mengusap ilernya.

"Abang, ihh jorok!! Kalau abang gak bangun-bangun nanti ibu siram pakai air ya." Satu menit, dua menit. Si abang malah meringkukkan badan menggulung tubuh hingga tubuhnya sudah mirip trenggiling. Ugi yang melihat abangnya hanya terkikik lucu dan melompat-melompat kesenangan hingga handuknya melorot dan jatuh kelantai.

"Ibu siram betulan ya bang, awas aja." Ibu Min sudah beranjak kamar. Ugi yang melihat ibunya keluar kamar dengan wajah kesal hanya mendongak mengikuti arah sang ibu hingga pandangannya berhenti pada satu kotak diatas meja yang tak terlalu tinggi.

Dia tau itu kotak apa. Kotak itu berisi barang-barang miliknya yang biasa ia pakai setelah mandi. Karna ia merasa sudah mandi, kini ia berjalan setengah berlari dengan tubuh telanjangnya. Sedikit berjinjit untuk menarik kotak itu hingga kotak itu terjatuh dan isinya berhamburan.

Ugi tertawa senang, tangan gembulnya tak henti bertepuk tangan. Ia mulai berjongkok, wadah bedak yang sudah sedikit tumpah isinya itu ia ambil dan tak tanggung-tanggung langsung ia balik tempatnya hingga kini bedak itu sempurna berada diatas lantai.

Didudukkannya tubuh gembul itu dan berselonjor kaki. Tangannya terulur guna mengambil satu genggam bedak tabur dan mulai mengoleskannya di pipi, perut juga benda kecil yang menggangtung diselangkangannya tak luput untuk ia seka.

"Huh, ajah?" Ia baru sadar ada sesuatu diantara kedua pahanya. Ia tahu itu, ia biasa melihatnya di buku bergambar yang sering dibacakan sang ibu tentang hewan-hewan.

"Hihihi ajah cin." Benda itu sempurna mengambil atensi si bayi gembul. Ia terkikik dan sesekali mengernyit saat tangannya memainkan benda kecil itu. Ia towel, ia pelintir dan dicubit-cubit kecil.

Melihat benda kecil itu terbaluri bedak, ia mengembungkan pipinya kesal. Matanya melirik sekitar, memindai tiap benda yang ia lihat disana. Hingga matanya menatap botol berisi cairan bening.

"Ajah otol, andi-andi." Pikirnya sesuatu yang kotor harus mandi agar bersih, tapi bokongnya yang sudah menempel sempurna diatas lantai dingin itu malas sekali untuk beranjak hingga ide cemerlang muncul di kepalanya.

Ia ambil botol yang ternyata berisi minyak kayu putih itu, awalnya Ugi kesulitan membukanya tapi karna tipe tutup botol yang flip to flip akhirnya Ugi berhasil membukanya.

"Ajah andi, bicih-bicih." Ia tuang setengah isi minyak telon itu diatas belalainya hingga beberapa menit kemudian matanya nampak berkaca-kaca.














"Ya ampun Ugi!!" Ibu Min memekik kaget saat melihat si gembul kesayangannya yang baru selesai dimandikan kini sudah mirip mochi yang ditaburi gula halus.

Bukan hanya ibu yang kaget, si abang yang tidur mirip mayit itupun sampai terbangun gara-gara suara ibu yang sudah mirip tukang jual kasur keliling.

"Huwaaa bubu." Ibu kaget karena Ugi tiba-tiba nangis. Diankatnya tubuh gembul itu dan Ugi malah melonjak-lonjakkan tubuhnya dalam gendongan sang ibu. Ibu semakin kaget saat Ugi menggesek-gesekkan belalainya pada tubuh sang ibu.

"Ugi kenapa bu?" Si abang yang lihat adik kesayangannya menangis kejer langsung melompat turun dari kasur.

"Gak tau ini Ugi kenapa? Sayang kenapa nak?" Ibu Min sudah hampir ikutan nangis saat tangisan Ugi semakin keras. Wajahnya memerah dan tubuhnya makin bergerak cepat menggesek pada tubuh sang ibu.

"Huhuhu ajah anas, huwaa bubu." Ibu Min semakin tak mengerti, hanya satu kata yang ia tangkap, panas.

"Apanya yang panas sanyang?" Ibu mencoba meletakkan Ugi diatas kasur tapi kedua kakinya semakin melingkar pada tubuh sang ibu.

Si abang yang berdiri disamping sang ibu tiba-tiba menggerakkan hidungnya seperti anjing.

"Bu, koo bau minyak kayu putih. Ibu pakai minyak kayu putih?" Ibu Min baru sadar, karena panik dengan tangisan Ugi ia jadi tak fokus pada yang lain.

"Ibu gak pakai kok. Hingga sejenak mengabaikan tangisan si gembul, kedua pasang ibu dan anak itu kini sibuk mengendus. Mencari dimana kiranya asal usul bau minyak tersebut.




"Astatang!"

"Astaga ibu, ish." Koreksi si abang, ibu baru sadar kalau belalai Ugi jadi pusatnya.





















Kini si bayi hanya tertawa dan merem melek merasakan sensasi dingin menyegarkan dari bawah tubuhnya.

"Lain kali jangan nakal lagi ya Ugi, lihat sekarang belalainya Ugi jadi bengkak kan." Si ibu sibuk mengompres belalai Ugi yang mulai membiru dengan es batu.











Tbc




Ini apaan coba, huhuhuhu gk berfaedah kayanya baca ini chapter.😭😭

MbuLkachu ©✓Where stories live. Discover now