10

33 4 0
                                    

06:00 Parkiran SMA Garuda

Kini Dielta duduk bersandar motornya. Ia sengaja datang lebih awal untuk membicarakan sesuatu pada Revan. Hanya seorang Revan tidak dengan teman yang lainnya. Kenapa? karena jika ia membicarakan sesuatu dengan Revan dan ada teman yang lain maka ia tak akan memperdulikannya. Berbeda jika ia berbicara 4 mata, ia akan menganggapnya serius. Tak lama kemudian Revan datang menggunakan motor ninja kesayangannya.

"Tumben lo masih pagi dah dateng" Sapa Revan yang biasanya mengetahui jika Dielta biasanya kurang 20 menit bel ia baru sampai ke sekolah.

"hm ada yang peelu gue omongin ke Lo" Dielta

"Ngomongin apa?" Tanya Revan sembari melepas helm yang ia kenakan tadi

"Soal Excel" Dielta

Revan mengernyitkan dahinya "Excel?? kenapa? Ngak usah bahas dia lagi males gue!" Ketus Revan

"Van lo kenapasih dia adek lo kan?" Tanya Dielta memastikan

Degg Revan terkejut "K kok lo tau"

"Gue tanya sama bi Laurent sendiri" Jujur Revan

"Lu kenapa sih Van? Kok lo ga ngangep dia adek? dan kemaren kenapa lo bilang ke kita dia anak pungut? Van kalo lo ada masalah lo bisa cerita ke gue jangan diem mulu mungkin gue bisa bantu" Ucap Dielta
"Dan kemarin gue kedapur lo buat ambil minum gue ngeliat kayak luka sayatan tapi bentuknya macan dan disalah satu bagian pipinya tu kayaknya agak dalem mungkin tertancap sesuatu?" tambah Dielta

"Lo ada tanya ke dia??" Ucap Revan

"Kemarin gue tanya kenapa tangan lo, sakit ngak dan dia cuma ngejawab enggak dan katanya cuma tato! Ngak mungkin bukan itu tato padahal kalo dilihat itu luka beneran? Tapi kalo itu memang bener apa dia melukai dirinya sendiri atau karna orang lain?" Dielta

"Gue" Singkat Revan

"maksudnya?" tanya Dielta yang tak mengetahui apa maksud dari Revan

"Gue! gue yang ngelakuin" tegas Revan

Dielta membulatkan matanya ketika mendengar ucapan dari Revan "tapi atas dasar apa lo nglakuin itu?"

"Dia mecahin figura kesayayangan peninggalan mamah gue!" Revan

"Then, lo ngasih sayatan gitu ke dia? Gila lo Van!" Dielta

" Terus lo mau bela dia gitu!? dia udah ngrusak figura peninggalan satu satunya mamah gue!" tegas Revan

"Gue ngak ngebela siapa pun di sini gue penengah dan lo seharusnya ngak gitu ke adik lo sendiri dia bisa takut sama lo dia bisa depresi karna lo bro lo omongin baik baik deh sama dia. Coba pikir dingin" Ucap Dielta

Revan hanya mengusap kepalanya frustasi
"Apa gue salah?"

" Kalo dijawab ngak itu salah tapi kalo iya mungkin bener. Bro. pertama, ngak diangep adik sama kakak sendiri tu rasanya sakit apa lagi dibilang anak pungut. Kedua, kalau ada masalah coba deh lo pikir dengan kepala dingin. Lawan amarah lo tahan emosi lo. Ketiga, gue ngak mau kalo sahabat gue ngalamin yang sama kayak gue. Lo masih ingetkan Riema adek gue. Gue nyesel sekarang dan gue udah ngak bisa ketemu dia lagi" Jelas Dielta panjang lebar

"Terus sekarang yang harus gue lakuin apa?" Tanya Revan

"Cobadeh lo terima dia. Perlakuin dia sebagai mana adek ke kakak nya" Dielta

"Tapi gue ngak bisa! ada satu alasan" Tegas Revan yang langsung meninggalkan Dielta












Sementara di sebuah kantor milik Excel

" Ley berkas yang kemarin dah lo selesain kan?" tanya Excel yang masih berkutat dengan berkas yang lainyya

"udah, gue kasih di laci. Nih tanda tangan" ucap Lesley seraya memberikan berkas yang harus ditandatanganinya

"Oh ya btw kakak lo gimana udah nerima lo?" Tanya Lesley

Excel mengernyitkan dahinya "Belum" jawabnya tak mengalihkan pandangan ke berkasnya

"Kayaknya saran dari kakek lo perlu lo lakuin deh. Coba lo cari tau apa penyebabnya?!" Lesley

"Persetan dengan itu" Ucap Excel
sesaat kemudian ia membatin 'tapi ngak salah juga'

"Gue pergi dulu" Ucap Excel yang mengambil kunci mobilnya

Ohh lord hidup ini kadang rumit kadang tak bisa dijelaskan dengan kata tapi mau bagaimana pun kita harus menjalaninya. Excel yang pergi ke Caffe Icy, Caffe ia sendiri.
Yang sedari tadi duduk di bangku dan memainkan ponselnya. Tiba tiba dikejutkan dengan seseorang.

"Excel??" ucap seseorang

Ia menoleh kesumber suara yang pernah ia dengar.

" Iya. Temenya kak Revan ya?" Tanya Excel

"iya pangil aja Ken. Lo kesini sendiri?" Ucap Ken seraya duduk dibangku Caffe

"Iya. Ini siapa kak?" Tanya Excel yang menunjuk seseorang perempuam yang disamping Ken dengan dagunya

"Oh ini. Em Capar" Ken

"Capar??" Excel

"Calon Pacar" Ucap Ken dan yang disebelahnya hanya senyum senyum tidak jelas

"Gue Hana" Ucap Cewek itu memperkenalkan diri

"Excel"

Mereka memesan makanan dan berbincang bincang. Belum puas dengan itu Ken mengajak Excel mabar.

"cel mabar yok" Ken

"Boleh"

Mereka bermain game di ponselnya kecuali cewek yang namanya Hana. Karna keasyikan Hana jadi dikacangin.
Excel yang mengetahui itupun langsung menyudahi aktivitas bermain ponselnya

" Loh cel kurang dikit lagi kok malah out game sih?" Ken

"Ada Cewek lain jangan dikacangin noh Copar lo" Ucap Excel

"Eh iya maaf ya keasyikan main game hehe" Ucap Ken ke Hana

"Gapapa kok main aja" Hana

"Ngode tuh Kak biar diperhatiin" Ucap Excel sembari tertawa sedangkan orang yang dibicarakan hanya Blushing.
"Gue pergi dulu kak ada urusan" Pamit Excel ke Ken dan Hana








Ih Vote dong
VOTE

Reveal : HatredМесто, где живут истории. Откройте их для себя