Aku tersenyum "Maafin ya yah. Adek bayinya lagi pengen ngelihat wajah tampan ayah. Biar nular." Kataku mewakili bayi kecil yang sedang bersemayam di rahim ku.
Kak Alvin tertawa lagi.
"Ya udah, ayah makan ya sayang..." katanya lalu melahap nasi goreng di depamnya. Ketampanannya langsung terpancar jelas, membuat mataku puas menatap.
Satu tahun pasca keguguran yang menyedihkan itu, Allah akhirnya kembali menitipkan bayi kecil di dalam rahimku. Dalam menunggu kedatangannya, aku menjalani kehidupanku dengan sebaik mungkin tanpa berlarut larut dalam kesedihan di masa lalu. Bekerja di cafe tanpa melupakan tanggung jawabku sebagai istri dan ibu dari kak Alvin dan Alifia. Aku tak berhenti berdoa, berusaha dan bertawakal. Dan kini, tinggal menunggu hari saja, keluarga kami akan kedatangan anggota baru.
***
"Kak.. bangun, sholat subuh dulu"
Tanpa berlama lama, kak Alvin langsung bangkit setelah mengiyakan ajakanku.
"Kakak hari ini sholat subuh di rumah ya. Zahra takut sendirian di rumah, bulan ini kan waktunya Zahra melahirkan. Sudah sering kontraksi juga, Zahra khwatir aja kalau tiba tiba brojol" kataku dengan canggung. Aku tau sebuah kewajiban baginya untuk sholat berjamaah di masjid. Kak Alvin juga sudah istiqomah mengerjakannya, namun entah kenapa aku tak ingin ditinggal.
Kak Alvin mengangguk paham. "Ya sudah, hari ini kita berjama'ah di rumah aja" katanya lalu berjalan mengambil air wudhu
Kami mendirikan sholat sunnah qabliyah subuh dan lanjut mendirikan sholat subuh.
Di rakaat terakhir sholat, aku merasakan perutku seperti diremas. Ada guncangan sakit yang membuat perut buncitku terasa keras dan kaku. Menjelang persalinan, kontraksi sesaat memang sering terjadi. Sampai saat aku merapalkan dua salam terakhir, rasa sakit itu semakin terasa. Jantungku berdegup kencang dan keringat yang tercurah dari tubuhku sudah merembes membasahi baju tidur yang aku kenakan.
Perlahan aku berdiri, dan merasakan cairan mengalir menjalari kedua betisku, dengan takut takut aku melihatnya, bukan darah seperti saat keguguran dulu melainkan cairan bening tak berwarna, aku sedikit bernafas lega. Bagaimana pun trauma keguguran itu masih ada.
"K-kak.." panggilku dengan suara serak sedikit bergetar.
Kak Alvin yang baru saja melipat sajadahnya menoleh ke arahku "Ya, sayang?"
Senyum terpancar dari bibirnya sirna saat melihat wajahku yang menahan sakit, dia mendekat ke arahku. "Kamu kenapa?"
"Ketuban Zahra pecah kak, sepertinya.." kataku yang berhasil membuatnya membelalakkan mata. Dia melihat ke arah kakiku
"Astagfirullah..." pekiknya
"Tanpa berfikir panjang kak Alvin langsung menyerahkan khimar instan panjang ke arahku dan membantuku memakainya, kemudian ia langsung menarikku dalam gendongannya, syukurlah badanku sangat mungil sehingga tak sulit dibawa.
"Alifiaaaa.. nak, ayo ikut ayah, mama mau melahirkan"
Kak Alvin meneriaki Alifia yang baru bangun dari tidur, ia membawaku ke dalam mobil dan berlari lagi ke dalam rumah untuk menggendong Alifia yang masih belum mengerti apa yang terjadi. Kak Alvin dengan kecepatan extra membawa mobil menuju rumah sakit. Suasana masih gelap dan jalanan masih lengang, perjalanan kami menjadi lebih mudah tanpa hambatan.
YOU ARE READING
Imam Impian {Next Part}
SpiritualPART 1-21 ADA DI CERITA OLEH AKUN PERTAMA SAYA @anitazahr_ PART 22-TAMAT ADA DI CERITA INI. YANG BARU BACA BISA CEK AKUN PERTAMA SAYA. 💗💗💗 [END] Genre > Spritual-Romance Siti Fatimah Az-Zahra Dia mencintai sahabatnya. Walaupun tidak mendapat bala...
EXTRA PART - 3
Start from the beginning
