38. "Aku bersedia."

206 9 6
                                    

Gaun, sepatu hak tinggi, seikat bunga, aku dan darah ini. Ku tatap elok pantulan tubuhku pada cermin menjulang tinggi. Dengan mata yang masih terpaku, tubuh yang kaku, dan mulut pun ikut membisu, huh, lengkap sudah penampilanku.

Rasanya aku ingin lari namun itu semua kan sia-sia. Ken akan menemukanku dengan mudahnya. Mencariku seolah-olah aku ini berharga dan penting untuknya. Pria itu, selama ini Ken baik padaku, dia juga berharap padaku. Berpikir bahwa aku dapat membahagiakannya dalam waktu yang lama. Ken seperti itu karena dia tak tahu apa yang ada di dalam tubuhku. Andai kau tahu.

Aku tersenyum getir menatap tubuhku sendiri, tampak sehat memang dimata siapa saja yang melihatnya. Tapi kenyataannya, ya, seperti inilah.

Siang menyapa, aku ingin menyambutnya. Ku langkahkan kakiku menuju balkon kamar ini. Sungguh, semuanya tampak indah dari atas sini. Pemandangan dari rumah mewah Ken memang tak pernah mengecewakan. Panca inderaku senantiasa terkesima dibuatnya.

 Panca inderaku senantiasa terkesima dibuatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei, kau sudah siap?"

Oh, tidak! Aku terperanjat dibuatnya. Ken, batinku refleks membulatkan mata.

"Lyora?" Pria itu bertanya kembali mungkin karena aku tak kunjung berbalik. Ba–bagaimana ini, cemasku sebab darah ini masih menempel pada jari-jariku.

"Eh!"

Seketika tubuhku berbalik, tentu bukan atas kehendakku. Kenlah yang memaksakannya.

"Huh …." Ku dengar helaan nafasnya. "Ku kira kau kesurupan."

Dahiku mengkerut, "A–apa maksudmu?" Tanyaku tak terima.

Tidak ada jawaban, pria itu justru malah tertawa menundukkan wajahnya. Aku cemberut dibuatnya.

Baru saja aku ingin meninggalkan pria itu, namun ia justru menahanku. "Tunggu!"

"Apa ini?" Ken menatap intens gaun yang ku kenakan. Aku terkejut, jangan-jangan, "Apa?"

Pria itu tampak mengabaikanku, disentuhnya noda merah itu. Sial, ternyata masih basah. Seketika mata indahnya menatapku dengan tajam sedangkan telunjuk dan ibu jari pria itu bergerak berlawanan seperti merasakan sesuatu.

"Apakah ini darahmu?"

"Ha …," tawaku terpotong. "Haha, tentu saja tidak. Dan apa? Darah? Ini bukan darah."

Tiba-tiba Ken menarik tanganku. Pria itu tampak terkejut, "Ada apa dengan jari-jarimu?" Aku melihat kekhawatiran tercetak jelas di atas wajahnya, tanpa ku sadari sebuah senyuman hinggap dibibirku.

"Almgren!"

"Saya, Tuan."

"Panggil dokter sekarang, cepat!"

"Tidak!" Aku berusaha mencegah langkah paman Almgren. "Tidak perlu, aku baik-baik saja."

Ken tampak tidak menyukainya namun saat kuberikan tatapan yang mungkin dapat diartikan 'Percayalah, aku baik-baik saja.' pria itu merubah perintahnya lalu meminta Almgren meninggalkan kami berdua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Coolest Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang