35. Bodoh atau Ceroboh

942 66 10
                                    

Keramaian yang sama, aktivitas yang sama pula, hanya saja sekarang jauh lebih banyak kenangan di dalamnya—manis, pahit, semuanya ada.

Memandang kota ini sama halnya seperti membuka kembali lembar kertas pada sebuah buku kuno. Buku kuno yang terlihat tebal dan lengkap namun sebenarnya pasti ada bagian yang hilang walau hanya selembar. Buku kuno yang selalu menyimpan lembar usang di dalamnya. Jauh berbeda dengan kenangan, apa yang terlihat dan yang tak terlihat semuanya sama. Masih tertata rapi, tanpa ada satu bagian pun yang hilang. Walau otak dan hati berharap agar ada bagian tertentu menghilang, terutama bagian yang buruk namun kenangan tetaplah kenangan. Tak akan pernah berkurang apalagi menghilang.

Berbeda lagi dengan perasaan yang sering kita sebut dengan 'Cinta'. Cinta datang ketika kita menolak lalu hilang ketika kita mempertahankan. Kenangan dan cinta sama-sama menyakitkan karena keduanya tidak akan pernah hilang dari hati serta pikiran.

"Aku kehilangan cintaku di sini, di kota ini. Dia tidak membagi cinta yang dia berikan untukku, berbeda dengan apa yang menimpamu tapi dia membagi tubuhnya." Mengingat kembali kejadian itu, tersenyum hambar, menggeleng. "Tidak, aku salah! Maksudku memberikan seluruh tubuhnya."

Tak sedetikpun Lyora menoleh ke arah lawan bicaranya. Ia hanya terus mengoceh, menceritakan pengalaman hidupnya. Melalui angin gadis itu menyampaikan setiap luka yang tidak dapat terdengar walau dalam keheningan. Dia terluka, bukan karena luka baru melainkan luka lama.

"Aku tidak ingin membahasnya. Berhentilah, ku mohon ..." pinta seorang pria yang tengah berdiri tepat di belakang gadis itu.

Lyora berbalik, mata yang mulai mengkilap akibat air mata itu secara langsung bertatapan dengan mata sejuk milik pria ituKen. "Kenapa? Bukankah kau terluka karena cinta yang seharusnya hanya menjadi milikmu terbagi menjadi dua?"

"Aku hanya ingin memberitahumu bahwa bukan hanya kau saja yang pernah terluka melalui ceritaku ini," sambung gadis itu.

Ken menjauh, memposisikan tubuhnya tepat di ujung menara tinggi itu. Menghadap ke arah bawah menyaksikan beberapa orang yang terlihat sangat kecil dari atas sana dengan kedua tangan bertengger pada pembatas.

"Kenapa diam? Kau bosan mendengar ceritaku?" tebak Lyora masih di posisi yang sama. Ken mengabaikan sedangkan gadis itu tidak terima diacuhkan seperti itu hingga ia memutuskan untuk kembali menyambung cerita yang sempat terpotong tadi.

"Aku melihat mereka bersetubuh menggunakan mata kepalaku sendiri. Dunia terasa runtuh saat itu. Aku marah, aku tak percaya, aku kecewa, dan aku sangat terluka. Aku merasa sebagai wanita paling kurang beruntung di-"

"Cukup!" bentak Ken, memotong.

Air mata yang tadinya tertahan pun akhirnya jatuh dengan sendirinya. Tanpa melewati pipi melainkan langsung jatuh di atas lantai besi itu. Tubuh Lyora menegang mendengar suara bentakan yang Ken lontarkan. Ia terkejut, oleh karena itu ia menangis tanpa mengedipkan matanya sekalipun.

Meraih wajah Lyora, hal itulah yang pertama kali Ken lakukan ketika melihat gadis itu menangis. Sebagai seorang pria, Ken merasa lemah melihat seorang wanita menangis di hadapannya. Terlebih lagi Ken memang menaruh rasa kepada Lyora.

"Maaf, aku sangat menyesal." Mengecup telinga Lyora yang tertutupi oleh helaian rambut gadis itu sendiri.

Lyora masih menangis. Tidak tahu apa alasan sebenarnya ia menangis. Mungkin karena hanya terkejut atau memang terluka akan bentakan yang Ken lontarkan.

Ken mengusap sayang mulai dari puncak kepala gadis itu hingga ke punggungnya. Tak lupa pria itu berbisik, "Aku tidak suka mendengarmu menceritakan kisah tentang pria lain, terlebih lagi pria itu telah menyakitimu."

My Coolest Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang