[5]: Ulah Busuk Gwen

61 3 0
                                    

Alhamdulillah akhirnya bisa update lagi 💜 Langsung dibaca aja ya. Happy reading gais

--------------

3 minggu berlalu, aku merasa sedih. Hari ini adalah hari terakhir aku bekerja di perpustakaan sekolah bersama Rossi. Pak Ucok sudah mengonfirmasi pada sekolah bahwa beliau akan datang besok.

“Gak usah sedih, Tha. Kita bisa deket di luar perpustakaan kayak biasanya juga kok,” Rossi menghiburku.

Aku melayani anak-anak di perpustakaan dengan wajah masam. Sedangkan Rossi terlihat baik-baik saja. Mana bisa aku menyembunyikan kesedihanku. Aku takut tidak bisa bersama Rossi lagi setelah ini.

Ketika bel masuk sekolah sudah berbunyi, anak-anak berhamburan meninggalkan perpustakaan. Saat aku dan Rossi akan beranjak dari sana, seorang gadis berambut pirang melangkah masuk.

“Halo. Apa kabar kalian berdua?”

Telingaku sudah tidak asing mendengar suara itu. Itu suara musuh bebuyutan ku, Gwen.

“Mau apa kamu kesini?” tanya Rossi. Ia sepertinya masih kesal karena ulah Gwen mengacaukan perpustakaan beberapa waktu lalu.

“Kenapa, Sayang? Gak suka ya kalau aku datang?”

Aku terkejut. “Sayang? Maksudmu apa?!”

Gwen menoleh kearahku. Tangannya yang lentik itu mendorong dahiku. “Siapa kamu berani marah-marah? Emang gak boleh ya, manggil orang cakep pake kata 'sayang'?"

“Aku temen dekatnya Rossi! Sejak kapan kamu punya urusan sama Rossi?”

“Loh, Rossi sudah kenal aku lebih dulu daripada kamu!”

Sialan! Gwen gak berhenti nyari masalah dari dulu.  Padahal Gwen sudah di DO dari sini, tapi dendam di hatinya masih belum di DO juga.

“Bukannya satpam udah gak bolehin anak yang di DO masuk, ya?” Rossi akhirnya turut bersuara.

“Oh, boleh kok, Rossi sayang. Tentunya pakai ini,” Gwen menunjuk ke dompet mewahnya.

“Penyuap!” umpatku pada Gwen.

“Sudah sudah. Sekarang inti masalahnya bukan ini,” Tangan Gwen merogoh ke dalam tas nya. Ia mengeluarkan ponsel lalu tangannya dengan lincah menggeser layar. Lantas ia menunjukkan sesuatu pada kami.

“Ini kamu ‘kan, Thalia.”

Aku dan Rossi mengamati foto di dalam ponsel itu. Itu foto saat Raka mengunjungi rumahku beberapa hari yang lalu sebelum Rossi. Memang saat itu Raka membawa sebuket bunga. Sebagai teman, aku terima saja buket bunga itu. Toh, lumayan sebagai hiasan ruang tamu.

“Raka dan Thalia, indah bukan?” Gwen memanas-manasi.

“Tapi aku sama Raka gak ada hubungan apa-apa! Kita cuma teman biasa!” Aku menolak mentah-mentah pernyataan Gwen.

“Cuma teman tapi kamu dikasih buket bunga sama Raka? Mana ada teman tapi bisa romantis seperti itu!”

“Romantis Raka itu beda, Gwen!”

Gwen hanya menyeringai. Rossi buru-buru pergi dari perpustakaan. Aku memanggilnya berulang kali. Namun, Rossi tidak kembali.

Pura Pura Lupa Where stories live. Discover now