[2]: Raka dan Rossi

94 4 0
                                    

Langsung aja ya readers ! Happy reading ❤
-----------

"GWEN DAN TEMAN-TEMAN IKUT SAYA SEKARANG!"

Si jahat Gwen menghentikan aksinya. Badan Gwen langsung merinding ketakutan begitu melihat Bu Tina berkacak pinggang di pintu kelas. Aku lirik teman-teman yang berkerumun, mereka terlihat senang begitu Bu Tina memergoki Gwen.

"Bu, ini tidak disengaja," jawab Gwen santai.

"Tidak disengaja?! KAMU BODOH! Cepat ikuti saya ke ruang BK!" bentak Bu Tina.

Gwen dan anak buahnya meninggalkan kelas. Mengikuti langkah Bu Tina ke ruang BK. Raka yang sedari tadi cemas melihatku, dengan cepat menghambur ke arahku. Melepas ikatan tali kemudian menuntunku berdiri.

"Ayo, kamu harus bersihkan seragam mu," ajak Raka. Lalu ia merangkul bahuku. Membantuku melangkah ke kamar mandi.

Raka menyuruh anak-anak yang berkerumun untuk menepi. Di sepanjang koridor aku benar-benar jadi bahan tontonan. Ada yang melihatku dengan pandangan kasihan, ada juga yang tertawa. Mungkin yang melihatku tertawa tidak tahu penyiksaan apa yang baru saja kulalui.

"Kamu gak berusaha melawan, Tha?" tanya Raka, di tengah perjalanan menuju kamar mandi perempuan.

"Enggak. Nambah masalah aja. Nanti aku ikut-ikutan dipanggil guru BK," jawabku.

"Ya kamu jangan gampang menyerah gitu, dong. Kalau gak dilawan, nanti Gwen tambah macem-macem ulahnya," balas Raka.

Aku diam saja. Kamar mandi perempuan sudah semakin dekat.

"Aku masuk dulu ya, Ka."

"Eh bentar-bentar," sela Raka. Kemudian ia berlari meninggalkanku. Ia berlari kecil di koridor lalu berbelok ke kanan, menuju UKS.

"Dia mau ngapain?" gumamku. Emang aku kelihatan sakit banget ya? Ngapain dia ke UKS.

Satu menit kemudian Raka sudah kembali dengan membawa rok yang masih bersih. Lalu ia memberikan jaket berwarna biru dongker yang sudah sejak tadi dibawanya.

"Nanti kamu ganti seragammu pakai ini," Raka menunjuk ke jaket miliknya. "Terus rok mu juga ganti, ya. Ini udah aku ambil dari UKS. Aku udah izin ke petugas UKS nya."

"Pakai jaket? 'Kan gak boleh pakai jaket waktu pelajaran," protesku.

"Kamu 'kan ada alasannya. Toh, pasti guru-guru juga tahu apa yang terjadi sama kamu. Pakai ya?" balas Raka, terkesan sedikit memaksa.

"Oke deh," jawabku, lalu menerima sebuah rok abu-abu dan jaket biru dongker dari tangan Raka.

Aku tersenyum, lalu memandang wajah Raka. "Makasih, ya."

"Sama-sama. Mau ditungguin? Atau aku tinggal ke kelas?"

"Tinggal aja gak apa-apa kok."

"Oke, bye!" Raka melambaikan tangan padaku. Lantas ia berbalik menuju kelas.

"Baik banget sih, si Raka," gumamku. Tak menunggu lama, aku segera menuju kamar mandi, membersihkan tubuhku dari adonan kue milik Gwen.

Pura Pura Lupa Where stories live. Discover now