[1] : Insiden Kala Itu

287 10 5
                                    

Halo teman-teman 🌸 aku kembali lagi dengan cerita baru yang berjudul Pura Pura Lupa. Aku yakin kalian pasti udah familiar banget sama lagu ini.

Menurutku, lagu ini emang bener-bener keren dan baper banget jadi aku buat versi ceritanya. Semoga kalian suka ❤

----------
Suasana kamar mandi perempuan benar-benar sunyi. Sebenarnya aku sudah tidak betah di dalam sini, tetapi Gwen sejak tadi mengejarku, hendak melampiaskan dendamnya. Akulah satu-satunya saingan yang paling dibenci oleh Gwen.

Aku dan Gwen memang dikenal sebagai saingan terberat di kelas. Akhir kelas 10 kemarin, aku menduduki peringkat pertama dan Gwen di peringkat kedua. Tak terima kedudukannya direbut, Gwen akhirnya membullyku.

Padahal awalnya kami baik-baik saja. Gwen yang memulai pertengkaran kami selama hampir satu semester. Kelas 11 memang tahun yang tidak menyenangkan, aku malas sekali jika sudah berhadapan dengan Gwen.

"Thalia! Keluar kamu!" teriak Gwen dari koridor sekolah. Sayup-sayup kudengar langkah kakinya mulai mendekati kamar mandi.

Aku tidak boleh ketahuan.

"Sekarang kamu gak bisa kabur, Thalia sayang. Si penakut Jenna berhasil memberitahuku kalau kamu disini."

Sial! Jenna memang penakut. Dibentak sedikit oleh Gwen pasti dia sudah bertekuk lutut, tidak mau dilukai oleh Gwen sama sekali.

DUK! DUK! DUK!

Gwen mengetuk pintu kamar mandi dengan kasar. Aku mulai merasakan bulu kudukku berdiri.

"Aku tahu kamu disini, Thalia! Keluar!" teriak Gwen. Aku bergeming. Tak akan aku serahkan diriku begitu saja pada musuhku.

Sesuatu yang tak terduga terjadi, ular mainan muncul begitu saja di dalam kamar mandi. Aku yang mengira itu adalah ular sungguhan, segera membuka kamar mandi lalu aku menabrak tubuh Gwen.

"Ular mainan ku berhasil kan?" seringai Gwen. Tangannya yang berisi mulai menjambak rambut panjangku. Kemudian ia menyeretku keluar dari kamar mandi.

"Lepasin, dodol! Kamu gak ada hak buat megang rambutku!" bentakku.

Anak-anak yang berada di koridor menatap was-was ke arah kami. Beberapa ingin membantu, tetapi terhalang oleh tatapan seram dari Gwen. Kakiku seolah sudah berubah posisi tulangnya, terasa nyeri. Gwen menyeretku dengan paksa.

Gwen tentunya tidak menanggapi ucapanku. Dengan marah dia menghardik anak-anak lain yang berjalan di depannya.

"Minggir semua! Si sombong mau lewat!" Gwen berteriak. Telunjuk kanannya menunjuk ke arahku.

Aku sudah tahu mau dibawa kemana. Gwen pasti akan membawaku ke kelas agar aku dijadikan bahan tertawaan teman-teman. Dia memang kejam luar biasa!

"Gwen! Kamu apain si Thalia!" Raka yang berada di pintu kelas terkejut melihatku yang sudah berantakan.

"Diam! Gak usah ikut campur!" Gwen melotot. Kemudian dia lanjut membawaku ke dalam kelas. Geng milik Gwen sudah berdiri di sana, menyiapkan satu kursi untukku.

Kursi kayu itu diletakkan di depan papan tulis. Aku didudukkan di sana, kemudian dayang-dayang Gwen mulai mengikatku dengan tali. Tanganku diarahkan kebelakang kursi lalu diikat.

"Woy! Ini aku mau diapain?" seruku. Mereka semua benar-benar kacau otaknya.

"Gak usah bawel deh, Tha," ujar Henna, salah satu dayang milik Gwen. 10 detik kemudian kedua tanganku sudah saling bertaut.

"Udah udah. Cukup. Kalian minggir," perintah Gwen pada anak buah kesayangannya.

Aku diam saja. Kira-kira eksperimen apa yang akan dilakukan Gwen kali ini. Akankah aku jadi bahan candaan lagi? Urgh! Tali ini kuat sekali. Aku tidak bisa melepasnya.

Mataku melirik kearah meja guru. Di sana sudah ada semangkuk tepung terigu dan 5 buah telur. Perasaan aku tidak ulangtahun hari ini.

PLAK!

Gwen menampar pipi kananku. "Lihat aku!" Kedua bola matanya mulai melotot ke arahku.

"Sekarang, kami mengandaikan kamu itu adalah calon kue. Nanti kamu bakal.."

"Calon kue? Kayak anak kecil aja mau main masak-masakan," ejekku. Seringai lebar mulai tampak pada wajahku.

PLAK!

Rachel memukul kepalaku dengan penggaris kayu milik guru. Sumpah ini benar-benar sakit. Aku meringis.

"Jadi, langkah pertama untuk membuat kue adalah masukkan tepung terigu," lanjut Gwen, setelah memuji Rachel atas tindakannya padaku.

Sedetik kemudian seluruh tepung terigu menghujani tubuhku. Sorak gembira dari Gwen dan kawan-kawan menambah kebencianku. Anak-anak di koridor mulai mengerubungi kelas kami. Ingin tahu apa yang sedang Gwen lakukan pada saingan terberatnya.

"Gwen! Otakmu udah benar-benar kacau! Pergi ke rumah sakit jiwa sana!" komentar Raka, daritadi kulihat dia menggelengkan kepala melihat tingkah Gwen.

Gwen dengan santai melambaikan tangan kearah Raka. Ia tidak peduli.

"Setelah tepung terigu apa anak-anak?" lanjut Gwen, seraya menatap seluruh anak buahnya. Kulihat sebuah telur sudah bertengger di masing-masing tangan mereka.

"Telur! Hahaha!" jawab anak buah Gwen sembari melemparkan telur ke arahku. Kini tubuhku sudah berlumur tepung dan telur. Seragamku benar-benar kotor dan berbau amis. Ini menjijikkan!

"Bagus sekali. Bagus sekali. Menyenangkan bukan? Inilah yang disebut masak-masakan anti-mainstream," ucap Gwen, tersenyum jahat.

"Maumu apa, Gwen? Kamu mau jadi peringkat satu? Ya gak masalah. Aku ikhlas kok jadi peringkat kedua!" tawarku akhirnya. Mencoba mengajak berdamai.

"Aku terima tawaranmu kalau kamu sudah menjalani ritual kami yang terakhir. Biasanya, kalau sudah dikasih tepung, telur, lalu dibuat adonan. Selanjutnya dipanggang," lanjut Gwen. Ia memainkan jemarinya dengan centil.

Dipanggang? Yang benar aja. Masa badanku mau dimasukkan oven?

------------

Waduuhh kira-kira Thalia mau diapain ya sama si licik Gwen? Apa Thalia bakal lanjut disiksa oleh Gwen? Tunggu di part selanjutnya yaa 🌠

Btw, jangan lupa vote nya 🎶

Pura Pura Lupa Where stories live. Discover now