[3]: Hadiah dari Rossi

52 6 0
                                    

Happy reading guys ❤

--------

Satu minggu
setelah bertugas,

"Thalia, pulang bareng yuk," ajak Raka setelah pelajaran hari ini berakhir.

"Eh, aku harus beresin buku-buku dulu di perpustakaan," tolakku halus.

"Sama Rossi ya?" tambahnya. Raut wajahnya berubah. Mungkin ia terkejut karena untuk pertama kalinya aku menolak untuk pulang bersamanya.

"Iya. 'Kan dia partner kerjaku."

Raka mengangguk pelan. "Ya udah deh. Semoga sukses ya, beres-beresnya."

"Makasih, Raka. Hati-hati ya," balasku. Raka kemudian menghilang dari pandanganku. Ia meninggalkan sekolah menggunakan motornya.

Aku berbalik menuju perpustakaan. Pasti Rossi sudah ada di sana. Dia datang lebih awal daripada aku. Rossi memang laki-laki yang rajin, beda jauh sama aku yang dekil ini.

"Akhirnya kamu datang juga, Tha. Bantuin sini!"

Rossi sudah berkacak pinggang di dalam perpustakaan. Di sekelilingnya banyak sekali buku-buku berserakan. Aku termangu melihat semua itu. Tumben sekali perpustakaan seberantakan ini.

"Kok berantakan banget, sih?" tanyaku.

"Tadi Gwen ngamuk disini. Kebetulan setelah bel pulang sekolah aku langsung kesini. Terus aku usir dia," tutur Rossi.

"Ngamuk disini? Yang benar aja. Emang tadi perpustakaan gak dikunci?"

"Perpustakaan emang gak dikunci selama sekolah berlangsung, Tha."

"Gak ada yang jaga?"

"Biasanya Bu Eva yang jaga, tapi gak tahu kok tiba-tiba Bu Eva udah gak ada begitu Gwen masuk."

Aku manggut-manggut. Kuletakkan tas hitamku di atas meja Pak Ucok. Lalu berjalan mendekati Rossi, membantunya.

"Emang sialan tuh si Gwen!" umpat Rossi. "Nambah kerjaan orang aja."

"Udah udah, lakuin aja. Kalau marah-marah terus gak selesai."

Akhirnya aku dan Rossi membereskan buku-buku itu dalam diam. Fokus pada kerjaan masing-masing. Lelahku terasa berkurang begitu melihat buku-buku sudah ada pada tempatnya.

Aku menatap Rossi lamat-lamat. Dia semakin tampan jika sedang bekerja seperti ini. Rossi memang melakukan segalanya dengan cepat, tetapi teliti. Keren banget gak sih?

"Tha? Jangan ngalamun!" tegur Rossi. Aku gelagapan.

"Eh, enggak kok," Aku lanjut menata buku-buku di rak secara berurutan.

"Kamu suka sama aku, Tha?"

Gerakanku terhenti. Suka? Masa sih?

"Enggak. Kata siapa?"

"Aku tahu dari caramu lihatin aku. Belum ada perempuan di sekolah ini yang enggak suka sama aku," Rossi tersenyum jahil.

"Pede banget. Mentang-mentang kamu cakep terus banyak yang suka?"

"Ohh, jadi kamu mengakui kalau aku cakep? Ternyata kamu jatuh cinta juga 'kan?" Rossi menyudutkanku. Aku kesal karena yang diucapkan Rossi ada benarnya juga.

"Bisa dibilang begitu," Aku menyerah. Rossi sepertinya tidak bisa dibohongi.

"Baiklah. Sebagai hadiah karena kamu berhasil jatuh cinta sama aku, kita pulang bareng setelah pekerjaan kita selesai," ucap Rossi.

"Pulang bareng?"

Rossi menganggukkan kepala. "Iya. Kamu nggak mau? Padahal kamu udah jatuh cinta sama aku."

"Iya iya. Mau. Lagian aku gak ada temen buat pulang."

"Baiklah."

15 menit kemudian pekerjaan kami selesai. Aku merapikan rambutku di depan cermin bulat milik perpustakaan. Ransel hitam sudah menggantung di punggungku. Aku harus tampil rapi di hadapan Rossi.

"Ayo, Tha." Rossi memanggilku. Lalu kami berjalan beriringan menuju tempat parkir milik sekolah.

Hari ini akan menjadi hari terbaikku.

-----------

Terimakasih sudah membaca❤ insyaAllah part selanjutnya akan update besok. Stay tuned!

Eittss jangan lupa vote dan comment ya ✨

Pura Pura Lupa Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin