BAB 8

3K 197 30
                                    

Menghindar memang jalan seorang pecundang. Tetapi dengan menghindar kita bisa memikirkan apa yang harus kita lakukan kedepannya agar lawan tunduk

-Aletha Nathalia William-

"Ale ini ada apa lagi? Kamu baru pulang dari rumah sakit dan sudah membuat ulah?" tanya dady dengan penuh amarah

"Bu...bukan Ale dad. Tapi, Selvia menginginkan boneka ini" ucap Ale sambil menunjuk boneka yang dipeluknya

"Terus? Mengapa tidak kamu berikan Ale? Boneka itu bisa saja akan dad belikan berapa pun"

"Tapi ini boneka Ale dad"

"Akan dad berikan yang baru"

"Kalau begitu, mengapa yang baru tidak diberikan saja kepada Selvia? Ini kan punya Ale dad"

"Selvia tidak mau yang baru dad! Selvia mau yang itu hiks... " tunjuk Selvia pada boneka yang dipeluk erat Ale sambil menangis

"Selvia tidak mau Ale. Dad mohon, tolong cobalah mengalah kepada Selvia. Selvia itu adik kamu Ale"

"Kalau Selvia tidak mau apa bedanya dengan Ale?"

"ALE! KAMU SUDAH BERANI MELAWAN KEMBALI? PLAKKK.... " ucap dad sambil menamparku

"Awwws pe...rih" ucap Ale lirih

"Ale bukan melawan dad bukan. Kemarin kemarin Ale ditampar. Sekarang? Ale ditampar? Dad lebih percaya sama Selvia ya?" ucap Ale dengan menahan cairan yang siap akan keluar jika tidak ditahan

"Bu...bukan begitu maksud dad, maafkan dad Ale. Dad tidak bermaksud menampar kamu" ucap dady Ale dengan tangan bergetar

"Tapi nyatanya Dad menampar Ale lagi. Dad ingat bukan? Ini bukan kali pertamanya dad nampar Ale"

"Dad minta maaf Ale"

"Ale senang kok dad. Dari sekian banyak dad menampar Ale tetapi baru kali ini dad meminta maaf" ucap Ale yang membuat semua orang merasa getir

"Maafkan dad Ale"

"Ini bukan kesalahan dad saja kok. Jika saja Ale memberikan boneka itu kepada Selvia, mungkin tidak seperti ini" ucap bang Arsen yang sedari tadi diam ikut bicara

"Bagaimana Ale akan menyerahkan boneka ini kalau boneka ini satu-satunya pemberian dad ketika Ale masih belum merasakan tamparan ini?" tanya Ale yang membuat semua orang membeku

"Dan untuk Selvia, sekali lagi Ale mohon maaf. Ale tidak bisa memberikan boneka ini. Boneka ini sangat berarti bagi Ale

"Tapi selain tidak mau memberikan boneka itu, Ale tadi menghina boneka Selvia bukan? Hiks... " tangis Selvia mulai pecah kembali

"Selvia kita sudah besar. Bukan begitu maksud Ale. Tetapi Ale cuma mau menawarkan saja boneka beruang untuk Selvia, akan tetapi boneka ini tetap milik Ale"

"Tapi Selvia gak mau Ale! Selvia mau boneka pikachu Ale hiks..."

"Boneka beruang aja ya Sel"

"Gak! Selvia gak mau"

"DIAM!" teriak mom yang mulai jengah

"Kalian itu bukan anak-anak lagi! Ale berikan saja bonekamu pada Selvia. Nanti dad akan belikan yang baru" tambah mom

"Gak mom! Ini punya Ale"

"Ale mengalah sekali saja"

"Sekali? Ale sudah mengalah berkali-kali mom. 
Ketika Selvia meminta novel kesukaan Ale. Ale memberikannya. Ketika Ale berulang tahun, Ale rela lilin Ale ditiup Selvia. Dan kemarin? Kemarin Ale rela ditampar dad hanya karena kesalah pahaman. Bahkan itu ketika Ale berulang tahun mom. Bukan hanya itu saja, tetapi banyak hal yang harus Ale relakan mom. Hanya apa? Hanya untuk Selvia" ucap Ale tanpa sadar mengeluarkan air yang sedari tadi ditahannya

"Ale! Berbicaralah yang sopan pada momy mu! " bentak dady

"Jadi Ale harus berbicara seperti apa biar kalian semua mengerti?

"CUKUP! Ale! Siapa yang mengajarimu seperti ini? "

"Perilaku bukan dibentuk dari siapa yang mengajarkan dad. Akan tetapi, perilaku terbentuk dari hal yang sudah ia alami dari setiap situasi" ucap Ale dengan lirih

"Sudah pintar bicara kamu ya! Sekarang Dady semakin yakin kalau kamu bukan anak dady" ucap dady lantang tanpa pikir panjang

"A... apa? Bagaimana mungkin dad"

"Mungkin saja. Sifat kami tidak ada yang membangkang seperti kamu Ale!"

Sudah cukup! Kini Ale harus pergi menenangkan diri sebelum Ale mengeluarkan air yang sedari tadi ia tahan mati-matian agar tidak keluar

"Ale permisi" ucap Ale lirih

"Selain pembangkan ternyata Ale juga seorang pengecut ya! Meninggalkan masalah yang ia buat dan melarikan diri" komentar bang Arsen

"Menghindar memang jalan seorang pecundang. Tetapi dengan menghindar kita bisa memikirkan apa yang harus kita lakukan kedepannya agar lawan tunduk bang" ucap Ale lirih

Setelah mengucapkan kata tersebut, Ale lari menuju balkon

"Huhh langit... lagi-lagi dad lebih percaya sama Selvia bahkan bukan cuma dad saja" ucapnya sambil mengatur napas

"Apa Ale tidak pantas bahagia ya? Apa Ale terlalu jahat? Jika dengan baik Ale akan mendapatkan kepercayaan mom dan dad. Ale bersedia kok akan selamanya menjadi baik"

"Tapi... Apakah benar Ale bukan anak dad hiks.. ?"

"Apa benar Ale bukan termasuk keluarga William? "

"Tapi mengapa?"

"Bukankah rambut Ale dan mom sama? Sedangkan Selvia? Rambut Selvia bergelombang bagian bawahnya. Dan mata? Mata Ale dan dad juga sama. Ale dad dad memiliki mata biru, sedangkan yang lain coklat. Tetapi kenapa dad berkata Ale bukan anaknya?"

"Apa segitu bencinya ya dad sama Ale?"

"Tapi kenapa?"

"Bang Satya dimana? Ale butuh abang hiks"

"Awwwws" tiba-tiba kaki Ale tanpa sengaja mengenai serpihan kaca

"Bahkan luka ini tidak separah dengan luka yang dihati Ale"

"Ale.... A... ale hanya ingin pelukan dad dan mom. Apa segitu susahnya ya?" ucap Ale menatap nanar kedepan

"Selvia mendapatkan pelukan itu. Akan tetapi Ale? A... ale tidak pernah mendapatkan pelukan itu setelah Selvia hadir"

"Apa Selvia sangat berharga bagi mereka?"

"Lantas Ale tidak berharga begitu?"

"Ale ingin kehidupan seperti Selvia dad"

"Ale ingin pelukan itu kembali hadir mom"

"Pelukan dan candaan yang dilontarkan dad"

"Bermain bersama bang Arsen dan bang Satya"

"Tetapi kenapa Ale tidak bisa seperti dulu lagi mom,dad?"

"A... ale hikss Ale cuma minta kembali seperti dulu hikss"

"Kembali seperti tidak ada tamparan yang dad berikan hikss tidak ada lirikan sinis bang Arsen dan juga tidak ada tatapan tajam mom hikss"

"Tapi mengapa tidak bisa? Hikss.... Ale benci kehidupan seperti ini"

"Eh? Kenapa Ale ngomong sendiri? Ih Ale sudah mulai gila kali ya? Eh kok malah nanya diri sendiri sih" ucap Ale sebal sambil mengerucutkan bibir

Inilah sifat Ale yang menarik. Ia bisa menahan segala rasa akan tetapi selalu ada sifat yang membuat ia kembali ceria.

Kepribadian ganda? Mungkin tidak. Hanya saja Ale bisa mengontrol emosi dan mengeluarkan aura yang berbeda hanya untuk membuat ia jadi lebih lega dari masalah yang ia hadapi.

ALETA [ HIATUS ! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang