Dua Puluh Delapan

Start from the beginning
                                    

******

Hampir seluruh pasang mata yang berada di dalam ruangan langsung menoleh ketika Vanilla melangkah pelan memasuki ballroom yang sudah di hias sedemikian rupa. Beberapa orang terkejut, mungkin karena wajah Vanilla mirip dengan sang pengantin wanita. Dalam hati Vanilla mengutuk setiap pasang mata yang memperhatikannya.

Sementara Vanessa yang melihat kehadiran Vanilla langsung turun dan berjalan dengan mata berkaca-kaca kearah Vanilla. Vanilla tersenyum kearah Vanessa dan tertawa ketika Vanessa menabraknya dengan pelukan seraya menangis.

"Cengeng banget Lo," ejek Vanilla sama sekali tidak di gubris Vanessa. Vanessa semakin mempererat pelukannya dan menangis. "Udah cantik ini, pakai gaun dan make up mahal, masa nangis sih. Cupu Lo!"

Vanessa tertawa dan mengusap air matanya, "sialan Lo!" umpatnya membuat Vanilla tertawa.

"Congratulation sister! Semoga keluarga baru Lo senantiasa memberikan kehidupan yang bahagia."

Vanessa langsung menarik tangan Vanilla menuju tengah-tengah ruangan dan memberitahu kepada seluruh tamu undangan bahwa adik kembarnya, orang yang paling Vanessa rindu hadir di pernikahan sebagai kado teristimewa untuknya. Semua orang bertepuk tangan, Vanilla langsung di sambut pelukan oleh kedua orangtuanya yang menangis penuh penyesalan. Karena terlalu sendu, Vanilla ikut tak kuasa menahan air matanya. Ini benar-benar di luar dugaan Vanilla.

"Vanillaaaaa!!!!" teriakan cempreng itu mengalihkan perhatian Vanilla dan hampir saja terjatuh karena pelukan dari sahabat kecilnya Raquella.

Raquella memeluk Vanilla penuh tenaga hingga Vanilla merasa sesak dan kehabisan napas. "Jahat banget sih Lo!" Isak Raquell, "kan gue belum sempat minta maaf, Nil."

Vanilla diam. Vanilla tidak tahu apa yang sedang di bicarakan oleh Raquella. Lebih tepatnya Vanilla tidak ingat apa alasan Raquella meminta maaf. Maklum saja, ingatannya tidak bisa kembali sempurna seperti sedia kala. Penderita amnesia seperti Vanilla sedikit sulit beradaptasi dan merasa canggung dengan teman ataupun kehidupan lamanya.

Tiba-tiba seseorang menarik Raquella dan menggantikan posisi wanita itu memeluk Vanilla. Vanilla sempat kaget hingga akhirnya ia tertawa mendengar bisikan Leon yang mengatakan, "kangen gue siram pakai air seember gak?"

Seketika itu juga ingatan masa sekolahnya langsung terputar. Vanilla ingat saat ia sedang berada di taman, lalu seseorang menyiramnya dengan air kotor hingga basah kuyup. Sejak kejadian itu, Vanilla, Raquella, dan Leon selalu bersama. Sikap Leon yang sedikit humoris dan juga playboy, Raquella yang ketua dan cerewet, serta Vanilla yang ceroboh dan periang.

Vanilla bersyukur karena setidaknya ia mengingat sedikit masa lalu bersama orang terdekatnya.

*****

Walau awalnya canggung, Vanilla sudah mulai terbiasa dengan suasana di sekitarnya. Sedari tadi ia bersama Raquella dan Leon yang tak henti-hentinya bernostalgia dengan masa sekolah mereka. Ada pula Elang, Reza dan Vino serta Sandra yang menemani Vanilla.

Sikap konyol Elang memang tidak pernah berubah. Meski seumuran dengan Vanilla, Elang masih tidak bisa menghilangkan imej konyol yang menjadi mood booster tersendiri bagi orang-orang di dekatnya. Ada pula Reza yang semakin bijaksana, yang sekarang sedang mencari pasangan. Vino dan Sandra yang persis seperti kucing dan tikus tak henti-hentinya berdebat karena hal sepele.

Vanilla juga bertemu dengan Emily, yang hanya bisa datang sebentar untuk mengucapkan selamat karena ada urusan mendadak. Sayangnya Vanilla tidak melihat adik Emily karena Kiki sedang mempersiapkan diri untuk menjalani ujian nasional.

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now