END

8.6K 482 387
                                    





Hari-hari berlalu, kini bulan berganti, seseorang merasakan kebahagiaan, namun dibalik itu semua terdapat manusia kuat yang menahan kesedihan demi kebahagiaannya.

Park jimin, lelaki ini telah dapat menikmati bagaimana bahagianya sebuah kehidupan, ia selalu dikawal oleh para pria gagah, dan juga mendapat perlakuan bak seorang raja.

Ia kini tengah tertidur pulas di kamar mewahnya, sinar mentari dan sejuknya pagi tidak membuatnya terusik dari alam mimpi.

Namun tanpa ia sadari, alarm tiba-tiba saja berbunyi, sontak suara nyaringnya membuat ia terusik dari sang mimpi.

"Enggh!" jimin mulai menggeliat dan menyibak selimutnya

Ia bangkit dan menyandarkan dirinya pada headboard ranjang, ia menyisir rambutnya kebelakang, dan mengusap wajah bantalnya.

Kini ia meraih segelas air putih di meja nakas dan menenggaknya habis, tak lupa ia juga mematikan alarm yang telah berbunyi sejak tadi.

"Aku akan mandi!"

Ia beranjak dari kasur dan membuka piyama tidurnya, lantas terpampanglah sebuah pemandangan yang membuat kaum wanita terpesona, yakni otot perutnya.

Tiba-tiba ponselnya berdering, ia pun menghentikan langkahnya dan meraih ponselnya.

"Halo?"

"...."

"Apa sangat di haruskan?"

"...."

"Memangnya ini sudah saatnya?"

"...."

"Baiklah, aku akan datang sedikit lambat"

Titt!....

Jimin memutus panggilannya, ia pun segera menghempaskan ponselnya ke ranjang dan berniat untuk mandi terlebih dulu.

"Ck!, merepotkan!"

Ia masuk ke dalam kamar mandi, air hangat turun mengguyur seluruh lekuk tubuhnya, dan seakan-akan memberi sebuah belaian hangat di tubuhnya.

Panggilan yang ia terima tadi adalah perintah dari seorang dokter agar dia segera melakukan check up, ini adalah kali pertamanya, karena ia harus melakukannya dalam tiga bulan sekali.

Walaupun jimin sudah terjamin kesehatannya, namun tak menutup kemungkinan bahwa ia bisa saja kembali bermasalah jika tidak menjaga organnya dengan baik.

Sampai saat ini, bahkan detik ini juga, ia sama sekali tidak mengetahui siapakah yang menjadi penolongnya saat nyawanya hampir saja melayang.

Sesekali ia bertanya pada pengawalnya yang ikut mengantarnya ke rumah sakit, namun jawaban yang mereka lontarkan sangatlah kompak, yakni bahwa mereka tidak mengetahui sang pendonor yang menolong majikannya.

.....


Selang infus, dan monitor jantung kini menjadi temannya saat ia terbaring lemah, bau khas obat-obatan dan sunyinya keadaan menggambarkan dirinya yang kini tengah terbaring di rumah sakit.

Rahyun, paras cantik nan manis adalah salah satu keistimewaan yang dimilikinya, namun sayangnya ia tak bernasib baik dalam hidupnya.

Sudah berbulan-bulan ia terbaring lemah disini, bahkan dokter menyatakan bahwa sudah tidak ada harapan lagi untuk sembuh.

Ginjalnya kini sudah tidak dapat berfungsi secara maksimal, bahkan rumah sakit belum menerima pendonor sampai saat ini juga.

Rahyun pasrah dengan apa yang terjadi pada dirinya, ia sama sekali tidak berharap untuk kembali sembuh atau bahkan mendapatkan donor ginjal.

What's Wrong With My Husband? Where stories live. Discover now