15. TWO HARD CHOICES

Start from the beginning
                                    

Reysa menghela napas. "Sorry, kak." hanya itu yang bisa Reysa katakan.

N

oda darah yang baru saja mendarat ditangannya, membuat ia cepat-cepat mengusapnya. Ia mencoba menghentikan darah itu yang terus keluar dari lubang hidungnya.

Membuat Rina dan Dheni tampak khawatir dengan gadis itu. Dheni menyentuh bagu gadis itu. "Kamu kenapa?"

"Reysa capek, pa."

Hanya itu. Hanya itu yang keluar dari mulut Reysa. Kalimat yang menggambarkan keadaannya sekarang.


****


Perlahan namun pasti, senyum Renald luntur begitu saja. Ia menatap Shella yang meminta jawaban atas apa yang wanita itu katakan.

"Mama mau, kamu terima perjodohan ini."

Permintaan itu seolah-olah tidak boleh ia tolak. Bahkan tatapan Shella membuat ia tidak berani menolaknya.

Tidak seperti yang ia pikirkan sebelumnya. Bahkan ia tidak bisa mengatasi ini semua.

"Mama tau ini sulit buat kamu. Tapi kamu bisa kan, kabulin permintaan mama?"

Padahal kemarin Shella tidak terlalu peduli dengan perjodohan ini. Apa Lukman yang telah mendesak wanita itu?

"Ini demi kebaikan semuanya, sayang."

Renald tertawa miris. Ini bukan untuk kebaikan semuanya, tetapi kebaikan Lukman dan juga mereka yang menginginkan perjodohan ini.

"Ini bukan kebaikan semua orang, ma. Tapi kebaikan mama sama papa dan juga orang tua Zeva." sesulit apapun itu, ia pasti bisa mengatasi ini semua. Ia tidak akan pernah membuat Reysa sakit hati karenanya.

Shella menggeleng. Menggenggam tangan Renald erat. "Kamu nggak mungkin nolak keinginan mama, kan?"

"Mama pasti sedih kalo kamu sampe nolak perjodohan ini."

Mengapa mereka tidak mencoba memahami tentang dirinya. Ini terlalu menuntutnya untuk membuat mereka bahagia. Bahkan mereka tidak tahu, bahwa ada seseorang yang begitu terluka.

"Ma..."

"Renald. Mama udah undang semua orang buat dateng ke acara ini. Kamu mau permaluin keluarga kita?" mengapa Shella terus mendesaknya?

Apa ia tidak berhak untuk menolak apapun itu? Bagaimana dengan Reysa nanti. Apa gadis itu akan baik-baik saja?

"Renald punya pilihan sendiri, ma. Kalian nggak bisa maksain Renald buat kemauan kalian." menolakpun, rasanya benar sia-sia.

"Ren, sekali ini aja ikutin apa kemauan mama sama papa. Kita nggak pernah minta lebih selain ini." ia benar-benar lemah jika Shella sudah memohon kepadanya.

Benar kata Reysa. Orang tuanya pasti akan sangat terluka jika ia tidak mengabulkan kemauannya.

Ia benar-benar berada disituasi yang sangat sulit. Antara harus mengikuti kemauan orang tuanya, atau mereka akan sedih jika ia menolaknya. Tetapi masih ada Reysa, ia tidak mau mengecewakan gadis itu.

"Mama tau nggak rasanya dikasih pilihan sesulit ini?"

Jantung Shella berdebar. Pandangan Renald begitu dalam menatapnya. Telapak tangan laki-laki itu begitu dingin. Sorot matanya terlihat begitu terluka. Seolah-olah pilihan ini adalah beban berat yang membuat Renald tidak kuat.

"Disatu sisi, Renald nggak mau bikin mama sedih. Dan disisi lain, Renald nggak mau bikin Reysa kecewa."

"Re-Reysa?"

Renald mengangguk. "Ini alasan Renald, kenapa Renald nggak mau nerima perjodohan ini. Renald nggak mau bikin orang yang Renald sayang kecewa."

"Tapi mama lebih kecewa kalo kamu sampe nolak perjodohan ini." Shella beranjak. Ia tidak kuat lagi melihat tatapan Renald.

Sebenarnya ia tidak benar-benar melakukan hal ini atas kehendak hatinya. Tetapi karena Lukman.

Ia tidak tahu harus menolak seperti apa ketika Lukman berkata kasar padanya. Ia tahu, suaminya itu terlalu banyak memikirkan sesuatu. Maka dari itu, Lukman membentaknya tadi.

Ia hanya tidak mau membuat Lukman kecewa. Sebagai seorang ibu, ia paham tentang perasaan mereka satu sama lain. Ia tidak tahu harus menolak permintaan siapa.

Ia terlalu lemah untuk keduanya.


****

Tbc.



DISPARAÎTRE [END]Where stories live. Discover now