8. HEARTBEAT

468 65 0
                                    

"What's wrong with him now? Why did he feel fluttered by his words?"

***

Seperti janji Renald pada Reysa siang tadi. Laki-laki sekarang tengah menunggu gadis itu datang. Ia berada didepan rumah gadis itu, dan tengah duduk diatas motornya.

Renald hanya mengenakan hoodie dan juga ripped jeans, yang dipadukan dengan sepatu converse berwarna putih.

Renald tersenyum ketika gadis yang ditunggunya keluar dari gerbang. Netranya sibuk mengamati penampilan Reysa yang, cantik mungkin. Siapa sangka, kalau Reysa mengenakan sweater warna senada seperti hoodie yang dipakai oleh Renald.

Reysa berdehem, membuat laki-laki itu tersadar dari lamunannya. "Lo cantik banget Rey." puji Renald sembari menunjukkan raut kagum pada gadis itu.

Reysa hanya bisa menahan gejolak dalam jantungnya yang seperti akan meledak sekarang juga. Ia berdehem untuk menghilangkan kegugupan.

"Eh-iya makasih." ucap Reysa disela kegugupannya. Ia mengutuk dirinya sendiri, mengapa ia bisa gugup hanya dengan sebuah pujian dari Renald.

"Yuk." ajak Renald, sembari menyodorkan helm berwarna pink yang sering Reysa gunakan akhir-akhir ini. Ya mau bagaimana lagi, Renald itu aneh.

Kadang Reysa heran sendiri dengan tingkah Renald. Ada-ada saja yang membuat ia kagum dan juga marah pada laki-laki itu.

Renald menghidupkan mesin motornya ketika gadis itu sudah naik ke atas motor. Segera Renald menancap gas agar tak membuang waktu.

Pasar malam adalah tujuannya sekarang. Renald juga tidak tahu, Reysa menyukai tempat ini atau tidak. Semoga saja suka.

Ia hanya ingin bersenang-senang disana, sembari menaiki wahana. Atau membeli sesuatu yang enak di pasar malam itu.

Renald melirik Reysa yang masih setia memandang ke arah pasar malam. Ada raut tidak suka, dan mungkin suka. "Lo gak seneng ya Rey, gue ajak ke sini?" seketika Reysa menoleh ke arah Renald.

"Seneng kok. Udah jarang banget gue kesini." balas Reysa. Senyum gadis itu mengembang. Sudah lama sekali ia tidak mengunjungi tempat ini.

"Yuk." ajak Renald. Tak lupa menggenggam tangan Reysa yang membuat jantung Reysa tiba-tiba berdebar. Entah perasaan seperti apa yang tengah Reysa rasakan.

Ada rasa senang dan juga tidak enak karena laki-laki itu selalu bersikap baik padanya. Sementara dirinya, hanya terus menaikkan volume suara pada laki-laki itu.

Pasar malam itu tidak terlalu ramai, tapi bisa dikatakan ramai. Mungkin karena hari besok bukan hari libur. Maka dari itu, mereka lebih memilih menetap di rumah untuk sekedar membaca materi untuk esok hari.

"Mau naik apa?" tanya Renald sembari memandang gadis itu.

Reysa mengubah raut wajahnya, kemudian menggeleng.  "Gue nggak mau. Lo aja."


Ia hanya kurang menyukai wahana pasar malam yang membuat nyawanya seperti melayang. Ia hanya menyukai jajanan yang dijual ditempat ini.

Renald mengerutkan keningnya. "Kenapan takut?"

DISPARAÎTRE [END]Where stories live. Discover now