Extra Part --- Daffa 2 (re-post)

Bắt đầu từ đầu
                                    

"Bil," panggilku mencoba menarik perhatiannya, berharap dia mau menoleh ke arahku.

"Hemn," jawabnya tanpa mau repot menolehkan kepalanya.

"Aku ingin buat bayi."

Aku berucap asal demi mendapatkan perhatian Bila, minimal dia tidak tidur memunggungiku. Aku pernah mendengar kalau hal ini tidak diperbolehkan.

"KAK DAFFA GILA! SESUAI KESEPAKATAN NGGAK ADA BUAT BAYI SEBELUM SALING MENCINTAI!"

Gotcha! Aku berteriak senang dalam hati, rencanaku untuk menarik perhatiannya sukses. Saat ini Bila sudah memutar badannya sehingga kami tidur berhadapan. Dia memandangku dengan wajah yang terlihat horror.

"Tapi aku ingin bayi," ujarku lagi. Entah mengapa membuat wanita yang ada di hadapanku ini kesal rasanya menyenangkan. Jadi, tidak ada salahnya aku melanjutkan permintaan konyol yang tadi sudah kusebutkan.

"Beli aja di warung sana."

"Warungnya sudah ada di sini. Dan aku tadi sudah membelinya dengan mahar."

"Memangnya aku dagangan. Sekali lagi Kak Daffa sebut bayi tidur aja di lantai sana," ucap Bila yang kini terlihat menahan emosinya.

Lain halnya dengan Bila, kini aku justru tersenyum karena untuk pertama kalinya mendapatkan teman berdebat yang seimbang. Aku merasa menemukan seorang partner untuk berbicara panjang setelah sekian lama hidup sendiri. Senyum di wajahku perlahan menghilang saat Bila akhirnya kembali memutar badan untuk membelakangiku. Aku sengaja memeluk Bila dari belakang untuk memberinya peringatan, peringatan kalau aku tidak akan kalah jika hanya berdebat dengan dia.

"Tidak boleh tidur memunggungi suami," bisikku saat Bila hanya diam saja ketika aku memeluk pinggangnya.

Suasana hening menyelimuti kami berdua, awalnya aku berpikir Bila sudah terlelap sebelum kemudian dia menjauhkan tanganku dari pinggangnya.

"Ehm, Bila mau ke kamar mandi!"

Selanjutnya, aku melihat Bila yang melangkah cepat menuju ke kamar mandi, bersamaan dengan itu rasa kantuk mulai menghampiri.

**

Aku memandang ke arah Bila yang kini hanya berbalut handuk. Dia ada di sana, di depan kamar mandi dengan handuknya yang berwarna biru laut. Sejak tadi malam, dia berubah menjadi pendiam, termasuk saat kami shalat jamaah tadi pagi. Begitu pula saat ini, Bila memandangku dalam diam sementara aku sibuk menenangkan pikiran liarku. Aku baru tahu kalau selama ini punya sisi liar yang tertimbun di bagian paling dalam otakku, sayangnya sisi liar itu kini muncul saat melihat Bila, istriku, wanita yang sudah halal bagiku dan ada di depan mata dengan pakaian yang errrrrrrrrr.

Aku menggelengkan kepala dengan cepat demi membunuh pikiran-pikiran yang mulai tidak sopan masuk ke otak. Demi keamanan aku terpaksa memilih keluar yang tanpa sengaja tanganku sudah membanting pintu. Aku terlalu kesal kepada diriku sendiri yang tidak bisa menahan diri.

"Kak Daffa, udah ditunggu Ayah sama yang lain di bawah."

Aku menatap Rangga yang ada dibawah tangga sambil mengacungkan kedua jempol. Urusan Bila bisa di-pending, saat ini yang terpenting adalah bagaimana caranya menyampaikan berita kepada semuanya kalau tujuan ke Puncak kami harus dibatalkan. Tadi malam aku memang sengaja berkata sudah mengatakan kepada para orangtua padahal faktanya adalah belum berbicara sama sekali.

"Yah, Daffa sama Bila batal ke Bogor, soalnya ada urusan di kantor. Jadi, untuk sementara di-pending dulu ke sananya."

Bila sudah muncul saat aku baru mengatakan berita agung ini. Ternyata dia bukan tipe wanita yang suka berlama-lama di cermin.

BilaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ