Kejutan?

8.4K 292 22
                                    

"Mukanya kenapa ditekuk gitu?" tanya Daffa kepada Bila yang malam ini memasang wajah masam.

"Aku kesel deh, habis Ave, masa sekarang Andra sama Rara ikut-ikutan bikin buku. Nggak kreatif, ah."

Daffa menatap Bila tidak mengerti. Kalau Andra dan Rara membuat buku, lalu apa hubungannya dengan Bila?

"Seharusnya kamu senang dong. Kamu dukung mereka, promoin bukunya biar laku keras," ujar Daffa menasehati..

Bila mendengus. "Ntar kalau aku promoin terus kita kalah tenar gimana?"

Daffa tertawa geli mendengar jawaban Bila. Jadi, hanya karena takut kalah tenar istrinya bermuka masam? Kalau ini terjadi ketika Masha masih bayi itu wajar. Sekarang? Masha sudah punya adik, bahkan dua, masih saja kekanakan.

Akhirnya, Daffa duduk di seberang Bila yang sedang melipat pakaian. Tumpukan pakaian menjadi pembatas keduanya. Diambilnya beberapa pakaian anak-anak, lalu ikut melipatnya.

"Bil, soal tenar atau nggak, setiap cerita itu punya penikmatnya sendiri. Tidak perlu takut kalah tenar, karena ada yang baca itu sudah luar biasa. Oh iya, aku baca lho reviewnya di goodreads sama playstore, banyak kok yang suka. Terus kamu tahu tidak apa komentarnya kebanyakan?"

Bila menatap Daffa dengan mata berbinar. Sampai sekarang, dia masih takjub jika mendengar lelakinya berkata panjang. Dia memang sering mendengarnya, tetapi itu ditujukan kepada anak mereka. Ini Kak Daffa lho, lelakinya yang hemat berbicara.

"Serius baca, Kak? Terus-terus, komentarnya gimana?" tanya Bila bersemangat.

"Mereka nge-fans sama aku. Katanya mau versi KW-ku. Terus katanya kamu kekanakan, galon—gagal move on," jawab Daffa dengan kalem.

Bila langsung cemberut. "Ini semacam sombong ya, Kak?"

"Siapa yang sombong?"

"Kak Daffa-lah, itu barusan memuji diri sendiri."

Daffa tertawa senang mendengar Bila yang menjadi cerewet. Matanya memandangnya penuh protes. Ini lebih baik daripada muka masam sebelumnya. "Siapa bilang? Itu kata pembaca kok."

"Terus, Kak Daffa bangga gitu?"

"Kamu yang harusnya bangga sudah tak nikahi, Bil."

Kalimat sederhana yang terdengar, mampu membuat wajah Bila merona. Dia menunduk tersipu

Ampun deh, Bil, kayak pengantin baru aja!

Setelah beberapa saat, akhirnya Bila kembali mendongak, menatap suaminya. Sementara itu yang ditatap terlihat menahan senyum.

"Oh iya, tadi aku ada transfer uang ke kamu."

Senyum otomatis terbingkai di wajah cantik Bila. Uang itu memang kebutuhan. Dia bisalah ya belanja tas baru mengingat kebutuhan anak-anak untuk bulan ini sudah teratasi. Diambilnya ponsel di samping dan langsung mengecek internet banking. Wihhhh, lumayan.

"Itu buat beli buku DIA, novelnya Andra."

"Ini mah sisa, Kak. Boleh ya buat belanja, ya?" tanyanya riang.

"Semuanya buat beli buku DIA," ujar Daffa meluruskan.

Bila bengong. Buat apa beli buku banyak-banyak? Satu saja cukup dan awet. Sementara uang yang masuk ke rekeningnya cukup untuk membeli 10 biji. Memangnya pakaian yang harus sering ganti? Lha, ini?

"Seriusan, Kak."

"Iya, aku serius."

"Kenapa?" tanya Bila masih tidak mengerti.

BilaWhere stories live. Discover now