Part 3

68K 2.1K 79
                                    

Dulu katamu kamu akan selalu ada di sisiku, menjalani hari denganku dan kita akan menua bersama. Itu semua bohong kan, Fa? Itu semua harapan palsu yang berhasil kamu torehkan di hatiku. Kamu pembohong iya kamu adalah pembohong terbaik yang kukenal.

Masih ingat saat Andre mendekatiku? Ah atau kalau bukan Andre masih ingatkah kamu dengan Bona? Waktu itu kamu bilang kalau mereka lelaki hidung belang, lelaki PHP, lalu sekarang apa bedanya denganmu? Kini kurasa semua lelaki sama, sama dengan keburukannya termasuk denganmu.

Masih ingat saat Delon menembakku? Kamu bilang buat apa aku pacaran kalau masih ada kamu yang akan menemaniku. Kamu akan selalu di sisiku katamu waktu itu. Kamu juga tak akan pernah bosan mendengar keluh kesahku. Kamu akan selalu menopang bahuku saat aku terpuruk. Kamu akan membantuku bangkit kembali saat aku terjatuh. Kamu selalu bilang akan selalu ada kapan pun dan dimanapun aku mau. Tapi apa? Sekarang kamu dimana saat aku menderita justru karenamu.

Kamu bilang akan memberi pelajaran kepada setiap lelaki yang menyakitiku. Lalu kalau kamu yang menyakitiku apa yang akan kamu lakukan? Bunuh diri? Hah, kata-katamu tidak ada yang bisa kupegang. Kamu pembohong, seperti lelaki lain yang pernah kamu judge sebagai pembohong. Kamu juga pembohong Fa, sama seperti mereka. Apa kamu juga lupa kalau dulu pernah berkata akan menikah denganku waktu di pesta itu? Kamu sendiri yang bilang kalau kita, aku dan kamu akan seperti mereka. Ah, lagi-lagi harapan palsu.

Kamu salah, dulu kamu pernah bilang kalau tidak akan ada cinta dalam persahabatan, yang ada hanyalah menua dan berbagi hari bersama. Tidak akan pernah ada yang hilang dari persahabatan. Lalu, apa yang kini kurasakan? Aku kehilanganmu, Fa! Sangat. Kamu juga salah, dulu kamu juga pernah bilang dimana ada Fa pasti ada Bila demikian juga sebaliknya tetapi faktanya kini aku sendiri. Ada Bila tetapi tidak ada Fa.

Aku percaya semua kata-katamu. Aku percaya kamu akan selalu ada untukku sampai akhirnya waktu menunjukkan semuanya. Kamu tidak sebaik itu. Terlalu banyak harapan tanpa adanya realita. Aku bodoh? Ya, aku terlalu bodoh karena percaya semua kata-katamu, menggantungkan hidup hanya padamu bahkan kamu sudah seperti alarm dalam hidupku. Kamu yang mengingatkanku makan, mandi dan juga shalat malam. Kamu yang selalu mengingatkanku akan alergi udang yang kumiliki. Kamu  yang selalu mengantar dan menjemputku ke kantor. Kamu yang selalu mengingatkanku untuk tidak begadang. Sekarang apa, Fa? Lihat bahkan aku masih terjaga sampai menjelang pagi. Apa kamu masih peduli?

Sampai kapanpun aku tidak akan percaya lagi kata-kata yang mengatakan kalau persahabatan itu akan abadi. Kini yang kutahu persahabatan antar dua lawan jenis akan terkikis oleh waktu, terpisah oleh adanya ikatan baru. Seperti aku dan juga dirimu, kita tak lagi bisa bersatu, berbagi waktu.

Fa, kalau tahu pada akhirnya akan seperti ini lebih baik aku menjauhi dirimu. Aku akan menjaga jarak dan sebisa mungkin belajar mandiri, berdiri tanpamu. Aku buntu tanpamu.

Aku bodoh, bodoh karena hanya menganggap rasa kenyamanan kita selama ini  adalah hal yang wajar antar sahabat. Aku bodoh karena baru menyadari kamu adalah bagian penting dalam hidupku. Kamu seperti udara yang membuatku terus bernafas dengan baik. Membayangkan hidupku tanpa dirimu pasti akan terasa hampa. Bodohnya aku yang baru tersadar setelah kehilanganmu. Seandainya tahu akan begini pasti aku akan mengikatmu dengan simpul mati. Tidak akan pernah ada yang memilikimu selain aku.

Ah, Fa! Kenapa harus wanita itu yang akhirnya menjadi teman hidupmu? Kenapa bukan aku? Apa hebatnya dia dibandingkan aku? Apa dia tahu tentangmu seperti aku mengenalmu? Apa dia tahu warna favoritmu, makanan kesukaanmu, atau film favoritmu? Kurasa tidak, karena aku jauh lebih mengenalmu dibandingkan siapapun. Lalu kenapa harus dia? Wanita yang bahkan tidak sampai dua bulan kamu tahu namanya? Menyedihkan bukan?

Fa, kalau kamu yang ada di posisiku saat ini. Sungguh aku ingin tahu apa yang kamu rasakan. Kehilangan atau justru kamu merasa senang? Ah, aku tak kan pernah tahu itu. Seharusnya Fa, kalau tahu akan seperti ini aku akan memilih menerima perjodohan dari Ayah dan Bunda. Meninggalkanmu dan membiarkanmu ada di posisiku seperti hari ini. Melihatku bersanding dengan orang lain. Seharusnya seperti itu.

BilaWhere stories live. Discover now