03 [Gladi Bersih]

4 1 0
                                    

Seharusnya, di hari Sabtu yang cerah ini Abi melakukan kegiatan rutin bersama keluarganya. Tapi, sepertinya ia harus rela untuk tidak ikut lagi karena gladi bersih. Besok, tepatnya hari Minggu, acara putra-putri sekolah berlangsung. Jadi, semua peserta diwajibkan untuk mengikuti gladi ini. Lagipula, pemberitahuannya pun sudah jauh-jauh hari diberikan. Jadi, tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak ikut, kecuali jika mereka ingin didiskualifikasi.

Fiuh. Abi menghela napasnya berkali-kali. Ia sangat berharap gladi ini cepat selesai sehingga ia bisa menyusul keluarganya. Namun, tentu saja itu bukanlah harapan yang bisa terkabul karena nyatanya, saat latihan saja sampai sore.

Meskipun Abi tidak bisa mengikuti acara rutin keluarganya, setidaknya ia masih bisa melihat sebuah pemandangan yang membuat rasa kecewanya menguap seketika. Siapa lagi kalau bukan Rere?

Abi berdecak kagum saat melihat gadis itu memasuki area lapangan. Sungguh salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna. Ah, ralat. Mendekati sempurna, karena tidak ada yang sempurna di dunia ini. Iya kan?

Begitu mata Rere menangkap siluet Abi di tengah terpaan sinar matahari sore, ia langsung menghampirinya dengan setengah berlari. Namun, yang terlihat di mata Abi tidaklah seperti itu. Abi malah membayangkan jika Rere berlari dengan slowmotion ke arahnya. Dengan senyum yang menghiasi bibirnya, serta rambutnya yang berkibar seperti bendera saat terkena angin. Jika diibaratkan seorang laki-laki, maka keadaan Rere saat ini sama seperti saat seorang cowok tengah berlari di tengah lapangan sambil bermain basket dengan peluh yang membanjiri tubuh mereka. Sungguh mempesona.

Hingga Rere berhenti tepat di depan Abi dengan sedikit terengah. Abi pun baru sadar jika bukan hanya dirinya yang mengamati setiap pergerakan Rere tadi, melainkan hampir semua laki-laki yang berada di lapangan pun melakukan hal yang sama dengannya.

Huh. Abi menghela napasnya, lalu menunduk sebentar. Siapa juga yang tidak tertarik dengan gadis secantik Rere? Bahkan, Abi yang masa bodoh dengan perempuan pun merasa sedikit tertarik. Terhitung sejak ia melihat adegan Rere yang berlari kecil menghampirinya.

Huh. Abi kembali menghela napasnya. Kali ini berbarengan dengan menggelengkan kepalanya. Kemudian, ia mengingatkan dirinya sendiri bahwa saat ini ia sedang gladi bersih, jadi pikirannya harus fokus.

Abi tidak berharap menang sih, tapi setidaknya ia tidak tampil memalukan. Lagipula, ia akan membawa nama kelasnya. Jika ia melakukan kesalahan, bukan hanya dirinya yang menanggung malu, teman satu kelasnya pun juga.

"Bi? Lo sehat kan?" tanya Rere.

"Hah? Oh, gue sehat kok. Tenang aja. Hehehe..." jawab Abi kikuk. Sepertinya, ia terlalu lama melakukan adegan menunduk hingga membuat Rere bertanya.

"Ke sana dulu yuk, sekalian nunggu yang lain. Masih sedikit kayaknya yang dateng," ajak Rere sambil menunjuk sebuah kursi panjang yang memang ada di tiap depan kelas.

Sedangkan Abi hanya mengangguk. Ia mengekori Rere yang sudah duluan berjalan.

•~•~•

Hari ini, latihan paskibra sedang libur. Karena lapangan dan juga aula—tempat latihan paskibra sedang digunakan untuk gladi bersih.

Icha merasa senang dan juga sedih. Senang karena ia akhirnya bisa istirahat dan pulang sore, sedih karena ia tidak bisa melampiaskan bebannya hari ini. Jika orang lain memilih bernyanyi, berteriak, ngebut-ngebutan di jalan, atau hal lain untuk melampiaskan amarah mereka, tentu berbeda dengan Icha. Ia lebih memilih untuk ikut paskibra. Selain bisa menjadikannya disiplin, ia juga senang jika pelampiasaannya ini membawa manfaat. Entah itu untuk adik kelas yang sedang dilatihnya, atau untuk sekolah jika ia menang lomba.

CHANTIKWhere stories live. Discover now