Reno tersenyum senang. "Gitu kek dari tadi." ia bangkit dari duduknya. "Al, ayo. Enak aja lo disini." sungut Reno.

Aldi hanya mengangguk malas, lalu mengikuti Reno yang akan memesan makanan.

"Nyalinya gede juga masih berani deket-deket, Renald."

"Pelakor mana punya malu. Makanya dia masih berani deket-deket walaupun banyak yang hujat dia."

"Lagian si Renald cocok sama si Zeva."

Tangan Reysa terkepal kuat dibawah meja. Membuat buku-buku jarinya memutih. Tatapannya berubah tajam menatap mereka yang tengah menatapnya.

"Nggak usah di dengerin, Rey." ujar Renald. Sadar tatapan Reysa yang begitu tajam menatap mereka.

"Mereka tuh sirik, Rey. Udahlah biarin aja." sahut Tania yang berada disamping gadis itu.

Reysa mendengus geli. "Nggak tau aja mereka, kalo gue nggak bisa nahan emosi."

Gadis itu meraih botol yang berisi setengah air mineral. Setelahnya ia melempar botol itu hingga menghantam salah satu wajah mereka.

"Aw..." pekik gadis yang terkena lembaran dari Reysa.

"Gila, keren banget lo, Rey." ujar Reno menatap kagum pada gadis itu.

"Anjir, tepat sasaran, Rey." sahut Tania yang merasa kagum dengan Reysa. Tidak hanya Tania, Adel dan juga Aldi juga kagum pada gadis itu. Tak terkecuali Renald.

"EH, LO YANG BENER AJA DONG!" salah satu dari mereka berteriak tidak terima pada Reysa.

Reysa bangkit dari duduknya, lalu bersedekap dada. "Lo kira gue bakal biarin mulut lo ngomongin gue terus?"

Mereka yang berada disana hanya menonton. Tadi sempat berteriak heboh ketika Reysa tiba-tiba melempar botol itu pada mereka.

"Coba kalo lo diposisi gue. Enak nggak kira-kira?"

Ia hanya akan membuang tenaganya sia-sia hanya untuk membalas mereka.

"Lo pantes diposisi itu. Lo itu perebut." sahutan dari seniornya itu membuat ia kembali mengepalkan tangannya.

"Tau apa lo tentang gue ngerebut dia dari Zeva? Lo bahkan nggak tau yang sebenernya kan? Jadi nggak usah sok-sokan nuduh gue cewek perebut."

Ia mendengus geli. "Coba sini lo jadi gue. Biar lo tau yang sebenernya."

Reysa menghela napas kasar. "Nggak ada gunanya gue jadi orang baik. Sialan!" setelahnya, gadis itu beranjak dari sana.

Ia benar-benar menunjukan sifat aslinya pada mereka. Dan itu baru sebagian dari dirinya. Belum sepenuhnya ia menunjukkan jati dirinya.

"Buat lo semua yang berani ngusik cewek gue. Siap-siap aja gue obrak-abrik lo semua."

Setelahnya, Renald beranjak menyusul Reysa. Ia jadi merasa bersalah pada gadis itu. Karenanya, Reysa harus mendengar cibiran dari mereka.

****

"REYSA!" teriak Renald mencoba menghentikan Reysa. Gadis itu menghentikan langkahnya, kemudian berbalik. Sementara Renald berjalan menghampiri gadis itu.

"Capek gue, Ren." ucap Reysa lirih.

Entah Renald mengerti atau tidak mengenai perasaannya. Ia ingin semua ini selesai dan ia bisa bernapas lega.

"Mau marah, tapi gue juga nggak berhak marah. Karena gue emang kaya perebut."

Renald menggeleng. "Enggak. Lo bukan perebut, Reysa."

Reysa tersenyum tipis. "Selesain apa yang perlu lo selesain. Gue nggak mau kaya gini terus."

"Kalo lo emang harus tunangan sama, Zeva. Gue nggak papa."

"Jangan libatin gue sama masalah lo. Gue udah capek ketemu masalah dimana-mana."

Gadis itu memilih pergi dari sana. Ia bisa saja menjatuhkan nama baik semua orang yang mengusiknya. Karena ia tahu mengenai mereka semua.

Tapi sepertinya, ia terlalu jahat jika benar-benar melakukan itu.

****

Tbc.

DISPARAÎTRE [END]Where stories live. Discover now