Dua Puluh Enam

Start bij het begin
                                    

Sandra membekap mulutnya tidak percaya. Jujur saja, Sandra seolah sedang menahan napas saat mendengarkan cerita dari Jason.

"Setelah itu keluarga gue memutuskan untuk kembali ke Jerman dan merawat Vanilla di rumah. Setiap hari selama hampir dua puluh empat jam, gue selalu ada untuk Vanilla. Bahkan gue rela gak punya teman demi Vanilla. Bukan karena gue terobsesi, tapi karena gue mau melindungi Vanilla, gue mau menjalankan peran gue sebagai Kakak untuk Vanilla."

"Vanilla memang terlihat kuat, periang, tapi aslinya Vanilla itu rapuh. Persis seperti apa yang Vanilla bilang sendiri, Vanilla lemah, terlalu baik hati, dan lebih mementingkan perasaan orang lain di banding perasaannya sendiri."

"Jadi, maksud lo---" Sandra menggantungkan ucapannya, "Vanilla beneran bipolar?"

Jason menggelengkan kepala, "Alterego,"  jawab Jason. "Di umur Vanilla yang ke sepuluh, Vanilla menciptakan kepribadian lain yang bernama Revan. Vanilla lemah, sebaliknya Revan berani dan kuat, Vanilla baik hati, sebaliknya Revan egois, Vanilla lebih mementingkan orang lain, sebaliknya Revan tidak peduli dengan orang lain. Vanilla menciptakan Revan untuk menutupi kekurangan dan kelemahan Vanilla. Dengan adanya Revan, sosok Vanilla makin terlihat sempurna."

"Jadi Vanilla punya kepribadian ganda?" tanya Sandra lagi.

"Lebih tepatnya perubahan identitas karena Vanilla sepenuhnya sadar setiap kali Revan mengambil alih pikiran Vanilla. Tapi orang sering menyalah artikan sebagai penyakit mental. Alter ego kepribadian yang di bentuk secara sadar, sedangkan Dissociative Identity Disorder adalah kepribadian ganda yang sesungguhnya. Orang yang memiliki DID tidak akan ingat apa yang di lakukan ketika kepribadian lain mengambil alih tubuhnya, dan perubahannya lebih dratis. Dia memiliki nama, jenis kelamin yang berbeda, usia, bahkan hingga cara berjalan pun berbeda, dan biasanya lebih suka menggunakan kata 'kami' yang menunjukan lebih dari satu kepribadian."

"Tunggu deh, bukannya dulu psikeater Vanilla sendiri yang bilang kalau Vanilla punya kepribadian ganda karena kecelakaan itu?" sahut Vino karena merasa ada yang janggal.

Jason kembali menggelengkan kepala, "kami sengaja membiarkan orang tahu bahwa Vanilla mengidap kepribadian ganda. Meski sebenarnya itu kepribadian yang Vanilla ciptakan sendiri ketika ia masih kecil. Kecelakaan itu menyebabkan Vanilla depressi, trauma, dan terkadang Revan muncul untuk mengembalikan pikiran Vanilla, menguatkan Vanilla agar tidak terus-terusan berpikir bahwa Vanilla lah yang menjadi penyebab kecelakaan itu. Bisa di bilang sosok Revan lah yang menjadi penyemangat Vanilla."

Vino menggaruk kepalanya, sementara Sandra hanya mengangguk-anggukan kepala tidak mengerti. Lebih baik Sandra di berondongi pertanyaan seputar obat-obatan di banding masalah mental seperti ini.

"Berarti yang menjadi masalah bukan Revan, melainkan rasa trauma dan depresi Vanilla?"

Jason menjentikkan jarinya tanda bahwa ucapan Sandra benar. "Mimpi buruk yang sering Vanilla alami itu karena kejadian di masa lalu dia. Kepanikan Vanilla itu karena rasa takut Vanilla yang sangat besar, dan juga sekarang Vanilla mengidap amnesia, sebagian besar memorinya hilang."

Vino menggembungkan pipinya sementara Sandra kini menggaruk kepalanya. Baru kali ini Sandra bertemu orang dengan jalan hidup yang sangat sangat berliku seperti Vanilla. Jika di ceritakan detailnya, akan di pastikan Sandra ikut kehilangan akal sehatnya.

"Intinya sekarang, gimana pun caranya Vanilla harus kembali dan memperbaiki segala yang pernah terjadi di masa lalu." Vino angkat bicara menandakan bahwa Jason harus menghentikan ceritanya. "Gue sudah buat rencana sejauh ini, dan tugas Lo sebagai kakak adalah meyakinkan Vanilla. Gue gak mau rencana gue ini gagal."

Tiba-tiba Sandra berdiri dan mengangkat tangannya, "itu urusan kalian berdua dan gue gak mau ikut campur," ujarnya melenggang pergi menuju dapur karena hendak menyiapkan makan malam.

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu