Waiting For You (2)

132 21 9
                                    

“Arghh!” Hanbin mengacak-acak rambutnya frustasi.
“Mengapa dia benar-benar tega kepadaku? Pertemuan yang tak disangka-sangka kukira akan berjalan dengan mulus, tapi mengapa sebaliknya?”, ucapnya kesal dan akhirnya mengeluarkan teriakan kekesalannya yang berada dikamarnya saat ini.

Hanbin masih cukup waras untuk tidak mengacak-acak seluruh benda yang ada di kamarnya.

“Ya kau benar nan, sepertinya aku sudah sangat membencimu saat ini”, ucap Hanbin kembali dengan menonjokkan tangannya ke dinding tembok kamarnya.














.
.
.
.
.

















Hanbin menjalankan hari-harinya seperti biasa, namun sebenarnya ia sangat kehilangan rasa semangatnya. Hanbin tetap berinteraksi dengan yang lain, tetap mengikuti mata kuliahnya, tetap selalu menebarkan senyuman hingga candaan yang dilontarkan. Tetapi bayang-bayang Jinhwan benar-benar tidak bisa lenyap dari pikirannya. Itu yang menyebabkan Hanbin merasa frustasi dengan dirinya sendiri.

Saat ini Hanbin sedang berada di balkon kampus, menghirup udara segar di sore hari. Ia ingin mengistirahatkan sejenak otaknya tanpa ingin diganggu oleh siapapun. Setelah seminggu yang lalu bertemu Jinhwan sampai saat ini pun ia belum bertemu dengannya lagi. Tak bisa dipungkiri jika memang Hanbin merindukannya, bahkan kalimat yang ia ucapkan jika ia membencinya itu hanya angan-angan ketika waktu itu sangat merasa marah terhadap Jinhwan.

“Aku bahkan tidak bisa membencimu Jinani, yang ada perasaan ini semakin besar kepadamu. Aku tidak peduli kau sudah mempunyai tunangan, semoga saja kau tidak ditakdirkan dengannya tapi malah denganku. Aku tidak menentang takdir, tapi aku hanya berharap jika takdir akan memihak kepadaku”, ucap batin Hanbin dengan menatap sekitaran dengan pandangan iba.

Sepertinya lamunan Hanbin menjadi buyar ketika seseorang memanggilnya, yaitu Hayi yang saat ini berada di belakang Hanbin.
“Kau kenapa akhir-akhir ini? Apa ada yang mengacaukan pikiranmu?” Hayi mendekatkan langkahnya untuk mensejajarkan dengan Hanbin.
“Jika kau butuh teman untuk curhatanmu, ceritalah kepadaku. Tapi tenang saja aku tak memaksakan kau untuk cerita kepadaku, dan aku tak bermaksud mencampuri urusanmu. Aku hanya ingin membuatmu merasa bebas dari beban yang saat ini kau rasakan”, ucap Hayi kembali penuh dengan kelembutan, namun Hanbin tetap menatap kedepan tanpa menatapnya.

Entah sesuatu apa yang merasuki pikirannya, ia membalas ucapan Hayi tanpa nada tinggi yang selalu ia ucapkan biasanya dan kali ini bisa dibilang ucapannya sangat bersahabat.

“Terkadang aku merasa lelah dengan semuanya, aku merasa hidupku bisa hancur karena sebuah cinta. Aku terlalu memfokuskan diriku padanya saja, bahkan bisa dibilang hidupku tidak lengkap tanpanya”, Hanbin pun menundukkan kepalanya ketika setelah berucap.
“Tak kusangka ternyata kau mempunyai sifat melow juga tentang cinta, kukira di balik wajahmu yang ceria menandakan bahwa hidupmu sangat baik-baik saja. Menurutku kau kejar saja wanita yang kau maksud, perlahan tapi pasti. Jangan gampang menyerah, lakukan apa yang bisa kau lakukan demi mendapatkan cintamu itu. Jangan seperti diriku yang mudah menyerah untuk mendapatkan cintamu Bin”, balas Arini menyarankan dan mengelus pundak Hanbin.
“Gamsahaeyo Hayi-ah, tapi aku minta maaf jika aku selalu bersikap dingin padamu. Bahkan aku tidak bisa membuka hatiku untukmu ataupun untuk yang lainnya. Karena aku ingin selalu menjaga hatiku untuk wanita yang kucintai”, jawab Hanbin.
“Baguslah, sebaiknya memang begitu. Kau harus tetap semangat, kalau begitu aku duluan Bin. Senang bisa berbicara panjang denganmu”, sahut Hayi yang juga melangkahkan kakinya namun seketika berhenti ketika Hanbin memanggilnya dan Hayi pun menoleh.

“Hayi-ah aku butuh bantuanmu, apa kau mau menjadi kekasih bohonganku ketika aku bertemu dengannya? Aku hanya ingin tahu apakah dia akan merasa cemburu atau tidak”, ucap Hanbin yang kini sedang menunggu jawaban yang dikeluarkan dari mulut Hayi.
“Baiklah”, jawab Hayi dengan senyumannya dan melangkah kan kaki nya kembali untuk meninggalkan Hanbin sendiri.
“Walau hanya sekadar kekasih bohongan”, gumam Hayi.






Oneshoot Twoshoot BinhwanWhere stories live. Discover now