Waiting For You (1)

246 23 5
                                    

Bayangmu hingga kini selalu menyelimuti pikiranku, mengapa aku tidak pernah bosan untuk hal semacam itu. Terkadang aku suka membayangkan bagaimana matamu yang selalu terlihat bersinar,  senyummu yang terlampau manis, bahkan sikapmu yang membuat hari-hariku semakin ceria dan bermakna. Namun aku hanya bisa mendeskripsikan sesuatu yang ada pada dirimu tanpa aku melihatmu langsung seperti dahulu. Bahkan aku suka berpikir apakah kau masih mengingatku atau tidak. Terkadang aku benar-benar ingin mengetahui bagaimana kabarmu. Apa kau baik? Semoga saja iya, tetapi apa kau tau aku disini tidak begitu baik. Memang fisikku terlihat masih sangat baik, namun tidak dengan hatiku yang benar-benar hancur. Dan akupun menutupi semua itu dengan topeng yang aku miliki.

“Hey Bin apa yang sedang kau lakukan?”, ucap salah satu teman Hanbin bernama Hayi yang tiba-tiba datang dan membuat Hanbin terlonjak kaget.

“Ah tidak”, sahut Hanbin cepat dan langsung membereskan buku-buku yang berada di atas meja termasuk buku yang salama ini ia simpan baik-baik dan ia gunakan ketika ingin menulis apa yang ingin ia tulis mengenai namja manis tersebut ketika rindu yang sudah tidak bisa ia bendung.

“Sepertinya tadi kau menulis sangat serius ketika kuperhatikan dari belakang”, jawab Hayi merasa aneh terhadap Hanbin, tidak biasanya ia bersikap seperti itu.
“Sudahlah, jangan terlalu mencampuri urusanku. Yang ada kau hanya membuatku merasa kesal”, balas Hanbin yang langsung bangkit dari kursinya dan meninggalkan Hayi sendirian.

"Ishh! Mengapa dia berkata seperti itu? Sedangkan aku hanya bertanya saja. Ada apa denganya?”, pekik Hayi yang membuatnya merasa sangat penasaran.







Saat ini Hanbin dan kedua temannya yaitu Bobby dan Junhoe berada di salah satu cafe terdekat kampus yang menjadi langganan para mahasiswa ketika mereka merasa suntuk setelah melewatkan beberapa mata kuliah yang membuat mereka harus mengistirahatkan otaknya.

“Bin apa kau sadar, sepertinya Hayi menyukaimu”, ucap Bobby spontan yang memecahkan keheningan.
Hanbin menghela nafasnya ketika mendengar apa yang dibicarakan oleh Bobby.
“Ya aku sadar akan hal itu, tetapi kau tau kan aku tidak menyukainya.”, balas Hanbin merasa jengah.
“Kau harusnya jangan terlalu dingin terhadap wanita. Cobalah untuk hal-hal baru tanpa melihat masa lalu, lihatlah dirimu. Bahkan aku saja merasa iri dengan ketampananmu, walaupun aku juga tak kalah tampan darimu”, jawab Bobby santai sambil menyesap softdrinknya.

Junhoe pun yang mendengar perbincangan mereka akhirnya mengangguk setuju tentang apa yang Bobby sudah katakan kepada Hanbin. Hanbin yang mencerna kalimat terakhir yang Bobby lontarkan membuatnya hanya diam dan hanyut dalam pikirannya sendiri.

Tak lama kemudian, terlihat namja pendek nan manis yang saat ini baru memasuki cafe dengan membawa buku yang dipegang dengan tangannya sendiri.

Deg!

Hanbin yang melihatnya hampir merasa ragu apakah namja itu adalah namja yang sampai saat ini Hanbin tunggu-tunggu kehadirannya. Hanbin mengusap matanya berkali-kali ia merasa penglihatannya mulai sedikit rusak akibat terlalu lama memandangi namja manis tersebut hanya dalam sebuah album foto yang menjadi sebuah kenangan.

Namja itu pun duduk sendiri yang tak jauh dari tempat yang Hanbin, Bobby dan Junhoe tempati saat ini. Hanbin tidak ingin membuatnya merasa bodoh di depan teman-temannya ketika secara tiba-tiba langsung menghampiri namja tersebut. Sehingga Hanbin harus menahan dirinya sendiri, dan yang bisa ia lakukan hanyalah memandangi namja tersebut.

“Apa aku tak salah lihat bahwa itu dirimu? Bahkan aku tidak pernah lupa sedikitpun tentang wajahmu, kau masih tetap sama. Hanya saja kini kau terlihat dua kali lipat lebih cantik dan sepertinya kau juga sudah dewasa, berbeda dengan dirimu yang dulu ketika kau masih sangat polos dan tentunya masih sangat menggemaskan. Namun sekarang kau malah lebih menggemaskan. Aku senang ketika melihatmu lagi”, batin Hanbin dan tetap memfokuskan untuk tetap menatapnya yang kini sedang membaca buku entah itu sebuah novel atau buku yang lainnya.

Oneshoot Twoshoot BinhwanWhere stories live. Discover now