Jaehyun gila.

Kalimat itu pertama kali lintas dibenakku ketika melihatnya bersender pada kubikelku dengan tenang. Pria itu boleh saja bertingkah semena-mena di kantor miliknya—dan aku juga tak peduli—tapi tolong, saat ini ia berada di kantor tempatku bekerja! Walaupun pemilik perusahaan ini adalah Jo yang juga merupakan teman dekatnya, bukan berarti Jaehyun juga bisa bertingkah seenaknya di kantor Jo, bukan?

"Selamat siang pak Jaehyun," sapa Mas Chanyeol dengan formal. Mau bagaimanapun juga, jabatan Jaehyun lebih tinggi darinya. Aku mendengus pelan, dengan setengah hati aku ikut membungkuk sopan, "Selamat siang, pak."

Jaehyun membalas dengan anggukan kecil. Pria itu belum mengucapkan sepatah kata apapun, membuat ruangan ini terasa semakin mencekam. Doyoung bahkan diam, padahal ruangan ini adalah daerah kekuasaannya. Ia bisa saja mengusir Jaehyun saat ini juga. Bola mataku bertemu dengan bola mata hitam milik Jaehyun. Pria itu menatapku dalam sebelum akhirnya beralih menatap Mas Chanyeol yang masih berdiri ditempatnya.

"Kenapa masih berdiri disana? Silakan duduk di kubikel Anda, pak Chanyeol." Titahnya tegas. Aku bisa melihat bahwa Jaehyun melayangkan tatapan tak bersahabat pada Mas Chanyeol. Apa ia masih dendam kejadian di besement kemarin? Persetan, aku tidak peduli.

"Baik, pak." Mas Chanyeol kembali membungkuk kecil lalu menegakkan badannya dan berjalan menuju kubikelnya. Kini hanya aku seorang yang berdiri didepan Jaehyun. Menelan ludah kasar, aku ikut berjalan kembali ke kubikelku, sambil menahan langkah agar heelsku tidak membuat suara saat behentakkan dengan marmer. Aura Jaehyun membuatku takut bahkan hanya untuk berjalan normal. Namun belum sampai di kubikel, jantungku seketika berhenti ketika suara Jaehyun kembali terdengar.

"Tidak ada yang menyuruh Anda untuk kembali ke kubikel, Nyonya Park Hana."

Suara beratnya membuat napasku tercekat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara beratnya membuat napasku tercekat. Aku meringis, berusaha tak terpengaruh oleh aura indimidasinya. Oh ayolah Hana, bukankah tadi pagi kau bisa menamparnya tanpa berpikir dua kali ? Lalu mengapa sekarang kau hanya bisa diam tak berkutik?

Mataku mengerjap, baru menyadari sesuatu. Apa Jaehyun marah karena kejadian di dapur pagi tadi?

Kembali meneguk saliva, aku menoleh kepada Jaehyun. Pria itu tepat berada disampingku, masih dengan posisi bersandar dengan kedua tangan masuk kedalam saku celananya.

Tampan.

"Ada perlu, pak?" Aku menarik senyum dengan paksa, berusaha bersikap sopan karena sadar semua orang yang berada di ruangan ini sedang menatapku dan Jaehyun secara bergantian, termasuk Doyoung. Aku yakin semua temanku pasti bertanya-tanya tentang kehadiran Jaehyun di ruangan kami, khususnya Joy. Biarlah, aku bisa mengurus Joy dan Mas Chanyeol nanti. Saat ini ada yang lebih penting.

Jaehyun diam, matanya menatap lurus mataku. Kemudian tanpa aba-aba, tangannya meraih tanganku dan mengenggamnya erat. Tanpa mengatakan sepatah kata apapun, Jaehyun menarikku keluar dari ruangan, meninggalkan tatapan tanya seluruh orang.

DEGREES ft. JaehyunWhere stories live. Discover now