EMPAT

58.1K 2.8K 45
                                    

[Edisi Revisi]

"Termasuk Reta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Termasuk Reta." Lanjut Farah dengan penuh penekanan. Setelahnya Farah pergi meninggalkan kantin bersama kedua pengikutnya.

Vano, Aldo, Adit, dan Bayu nampak bingung mendengar ucapan Farah. Pasalnya tidak ada yang tahu tentang taruhan itu selain mereka berempat dan Nathan. Mungkinkah Nathan yang memberitahu? Jika iya, Vano jug tidak peduli karena yang terpenting dirinya mendapatkan uang dua puluh lima juta.

"Kita ke kelas aja!" Ajak Vano.

"Gak sabar mau ketemu Reta?" Goda Adit membuat Vano tertawa. "Iya, ketemu dua puluh lima juta."

Vano berjalan terlebih dahulu meninggalkan kantin. Ketiga sahabat Vano hanya menggelengkan kepala melihat tingkah salah satu sahabatnya yang mungkin sudah tidak waras itu.

Mood makan Vano telah hancur karena kejadian di kantin. Pipinya ditampar dan kakinya diinjak tanpa rasa kasihan.

Dan sekarang mereka sedang berjalan di koridor dengan santai. Seperti biasa juga saat Vano lewat perhatian langsung mengarah padanya.

"Muka pas-pasan gak usah sok-sok an."  Celutuk Aldo. Adit yang merasa disindir itu menghembuskan nafas kesalnya.

Memang Adit barusaja mempraktekkan apa yang biasa Vano lakukan pada semua wanita, tetapi nyatanya tersenyum ramah menggoda dan kedipan mata tidak berhasil memikat satupun wanita. Malah yang ada wanita itu menanggapi dengan kesal dan berekspresi ingin muntah.

"Lo juga pas-pasan. Buktinya gak ada yang mau nerima perasaan cinta lo."

Aldo mendengus. "Bukan gak ada, gue itu lagi milih yang gak cuma cantik, tapi juga sholehah, dan berjilbab."

Seketika semua pandangan mengarah pada Aldo. Dan sedetik kemudian semua tertawa terpingkal-pingkal hingga Adit sampai menangis terharu.

Sebelah tangan Adit memukul pundak Aldo sembari berkata, "Jodoh itu cerminan diri kita sendiri. Kalau lo aja kayak gini mintanya kok yang spesial. HALU!"

Vano dan Bayu tak kalah tertawanya, tetapi tawa mereka tak selepas Adit.

Aldo berdecak, "Lulus SMA gue mau ke pesantren. Lihat aja nanti sepuluh tahun ke depan, gue akan jadi mantunya pak kyai."

"Halah, yang belum tentu terjadi gak usah diomongin."

"Berisik!" Tegur Vano saat sudah sampai di depan pintu kelas. Kelas sudah cukup ramai karena beberapa menit lagi bel masuk akan berbunyi.

Saat Vano dan sahabatnya masuk ke dalam kelas tak sengaja tatapan Reta dan Vano bertemu. Tentu Reta langsung menunduk dan melanjutkan kembali aktifitasnya membaca novel.

Vano tersenyum geli melihat reaksi Reta saat ia beri senyuman, gadis itu terlihat malu-malu.

"Van? Cita-cita lo apa?" Tanya Aldo setelah mereka semua duduk di bangkunya masing-masing.

A L I S [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang