TIGA

61.8K 3.2K 230
                                    

[Edisi Revisi]

"PUASA GOBLOK!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"PUASA GOBLOK!"

Vano menjelaskannya dengan berteriak setelah itu ia langsung menutup kembali mulutnya.

"Anjing, untung telinganya di sumpel."

Vano bernafas lega setelah memastikan jika Reta tidak mendengar teriakannya.

"Lo sih ngomong kok gak ada suaranya." Ujar Aldo sambil menoyor kepala Vano. Tentu Vano langsung memberikan tatapan tajamnya.

"Kalau ada suaranya, Reta dengerlah bego!" Adit menoyor kepala Aldo dan langsung diacungi jempol oleh Vano. "Terwakilkan."

"Eh, ini kan bukan bulan ramadhan, kok dia puasa sih Van?" Tanya Adit pada Vano seraya berkacak pinggang.

Vano mengerutkan kening berpikir sebelum akhirnya menggelengkan kepala tidak tahu. Memang pengetahuan Vano tentang agama sangat minim.

"Puasa buat ganti hutang mungkin." Ucapan Bayu langsung membuat raut Aldo juga Adit berbinar.

"Kalau gitu gue puasa aja biar hutang gue lunas." Sahut Aldo dengan semangat. Sedangkan Adit bertanya, "Emang hutang bisa diganti dengan puasa ya Bay?"

Bayu menghela nafasnya pelan lalu tersenyum memaklumi. "Maksud gue, biasanya kan cewek kalau lagi dapet pas bulan ramadhan tidak diwajibkan puasa tuh, nah itu harus diganti dilain hari."

"Dapet apa Bay?"

Pertanyaan Adit membuat Vano dan Aldo tersenyum geram menahan amarah. Secara Adit sudah hampir sebelas tahun menuntut ilmu, ya kali tidak tau.

"Dit, dulu mak lo waktu hamil lo ngidam apaan?" Tanya Aldo dengan bibir terkatup menahan hujatan.

Adit nampak berpikir, "Kata bapak, mak gue waktu hamil gue minta pizza, kerenkan? Tapi waktu dimakan, mak gue muntah."

"Kenapa lo gak ikut keluar bareng muntahan sekalian sih?" Tanya Vano geram.

"Loh, kalian ini gak tau atau gimana? Bukannya guru biologi kita udah jelasin jika bayi itu gak keluar lewat mulut, tapi lewat..."

Adit menggantung ucapannya dan memandang satu persatu sahabatnya yang sepertinya sudah menanti kalimat selanjutnya. Adit menyengir kemudian langsung merangkul ketiga sahabatnya untuk didekatkan.

"..."

Begitu selesai melanjutkan kalimatnya, Vano, Aldo, dan Bayu segera menjauhkan diri.

"Kalau itu aja ngerti. Heran gue."

Vano tidak mengerti lagi. Ingin sekali ia meneriaki telinga Adit dengan nama macam-macam binatang. Anjing misalnya, tetapi ia ingat tempat, ini masih di sekolah.

Vano menghembuskan nafas kemudian berjalan pergi membuat semua sahabatnya mengikut dari belakang.

Mereka berjalan ke arah kantin untuk makan siang. Banyak sekali yang meneriaki nama Vano. Vano tentu senang, ia tersenyum ramah sambil sesekali mengedipkan sebelah matanya menggoda.

A L I S [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang