Bagian 3 (Gambar Pertama)

151 0 0
                                    


Ahh hari ini dingin, tapi tak bisa membekukan hatiku yang sedang hangat-hangatnya.

"Dia senyum, iya pasti tadi dia senyum ke aku ahihihihi". Tanpa sadar aku mengucapkan apa yang sedari tadi menjadi lamunanku.
Aku memutar badanku yang semula menelentang menjadi miring, aku menenggelamkan muka ku pada bantal guling.
'ah dasar manusia yang dimabuk cinta' mungkin itulah yang akan diucapkan si bantal kepadaku seandainya ia bisa.

"woi kak!" tiba-tiba Dewi melempar ku menggunakan bantal yang hanya mengenai punggungku, yang memang aku membelakangi dia. Aku melongokkan kepalaku melihatnya sekilas, tapi langung kembali membenamkan kepalaku.

"eh apa sih dewi, AHahahahahahaha" aku meronta tak kala Dewi menggelitiki pingganggangku.

"Rasainlah kakak tu!, ngapain kakak dari tadi ngelamun sambil senyum-senyum" katanya sambil terus menggelitikiku yang berusaha menghindari tangannya.

"ahahaha iya iya ampuun!" ucapku menyerah, kemudian mengambil posisi duduk tak tahan di gelitiki Dewi.

"ayo kakak cerita!" ucap Dewi lagi dengan ekspresi gemas setelah menghentikan kegiatannya menggelitiki ku.

"iya iyaa adikkuuuuu tayaaang, jangan gelitik lagi" ucapku dengan mengangkat tangan tanda menyerah.
"jadi tadi tu pas pulang sekolah kakak papasan sama bg Tigor, terus kan dia senyum ke kakak.. ughhh" ucapku sambil memeluk bantal guling ala-ala anak kecil yang memeluk bonekanya dengan riang.

"aaa iyaaa seriusaaan kaaak?" ucap Dewi sambil menggoncang goncang pundakku.

"iyaaiaiaiaiaiaiaia" balasku dengan suara yang tidak beraturan akibat tubuhku yang tergoncang-goncang.

Tiba-tiba Dewi terdiam menatapku dan akupun terdiam menatapnya, kami tersenyum dan "kyaaa!!!". Kami serentak teriak sambil saling memukulkan bantal yang kami pegang.
Kemudian sejenak terdiam dan teriak lagi sambil perang bantal, itu kami lakukan berulang kali.

"kak! Dewi!" suara Ola yang sedikit membentak tiba-tiba mengagetkan kami. Ola tiba-tiba muncul dari pintu kamar kami lengkap dengan masker putih yang dipakainya, mirip seperti mba-mba kunti. Apalagi rambutnya yang ikal dan mengembang, dia gerai.

"astagfirullah Ola, kaget kakak" ucapku sambil mengelus dada.
"hehe ya ngapain sih kak, kok heboh banget" jawab Ola tanpa dosa.
"haaa bg Tigor senyum ke kak Husna kemarin kak!" kata Dewi antusias.

Mendengar itu tiba-tiba Ola duduk sambil memegang Pundak ku.
Ola memandangku dan Dewi bergantian, ia kemudian tersenyum "kyaaa!!" teriak kami lagi bertiga sambil perang bantal.

"seriuuuss kak??" kata Ola sambil membenarkan letak maskernya yang sudah berantakan. Aku mengangguk antusias dan kami lagi lagi teriak tidak jelas.

Hingga 'DUK DUK', "husnaaaa, tidur lagi deeek" terdengar kak Tenti tetangga sebelah mengetuk dinding.
Karena memang kos kami dengan rumah  tetangga hanya berbataskan dinding sehingga suara kami dan suara kak Tenti dapat terdengar dengan jelas.
"iyaaa kaak ehehehe maaf kaaak" sorak ku membalas. Kami bertiga hanya cekikikan, kemudian bersiap-siap kembali tidur Dan Ola juga kembali ke kamarnya.

Malam terasa Panjang, aku sampai tidak bisa tidur dibuatnya. Tigor merupakan cinta pertama ku yang aku rasakan secara tidak sengaja. Ketika itu aku melihatnya bermain bola didepan kelasku saat kelas 1 dan entah mengapa aku begith penasaran dengannya. Hingga akhirnya aku tau semua tentangnya.

Karena kebetulan ketika aku menjadi anggota OSIS di tahun pertama. Koordinator ku merupakan kakak kandungnya atau lebih tepatnya kembarannya, namun beda jenis kelamin.

Tigor berada di kelas 1 sedangkan kakaknya di kelas 2, yang aku sendiri tidak tau mengapa mereka berbeda tahun masuk.

Orang pertama yang mengetahui perasaanku ini adalah sahabatku Ewi.
Semua kuceritakan padanya, baru kemudian adik-adik kos ku. Yang entah bagaimana sejak aku dikelas 2, cerita ini diketahui hampir satu sekolah.

Tapi hingga kini Tigor tidak menyadarinya atau ia hanya pura-pura tidak tau? Sejauh ini dia bersikap biasa saja. yah, akupun tidak punya keberanian untuk mengetahuinya.

Tigor, tentu saja menurutku ganteng karena cinta memang membutakan. Skip Menurut Ewi manis dan biasa saja menurut adik-adik kos ku.

Dia berkulit putih dengan mata sipit, karakter wajahnya khas seperti orang batak dengan senyum yang manis. Tingginya kira-kira 175 cm dengan badan yang tegap dan berisi,tapi tidak gendut. Dia hobi bermain bola, dia anak yang terlihat kalem dan tidak menonjol. Ia memilih masuk ke jurusan IPS. Sehingga pupuslah harapanku bisa sekelas dengannya.

Keesokan harinya aku sangat mengantuk dikelas, dan membuatku mengikuti rutinitas gilang dikelas yakni tidur.

"woi!! Kenapa lu bro?" tepukan Ewi dipundakku menyadarkan ku.
"tumben tiduuur, ga bikin gambar?"
Kata dia lagi.
"aaahhhh ga bisa tidur tadi malam, jadi ngantuk banget..." ucapku sambil sedikit peregangan.

Akupun menceritakan kejadian kemarin padanya dan ia pun kegirangan mendengarnya. Kemajuan besar katanya. Tidak berapa lama Ewi pun pergi karena aku menolak ajakannya ke kantin.

Akupun kembali bersemangat dan mulai mengeluarkan kertas dan alat tulisku. Aku hendak menggambar karena kebetulan sekali sampai jam istirahat kami hanya mengerjakan tugas yang ditinggalkan oleh guru yang seharusnya mengajar, karena guru tengah rapat.

'Hmm kira-kira bagusnya gambar apa ya?' baru saja aku hendak memikirkan apa yang akan aku buat, temanku Yoni mendatangi mejaku dan mengambil posisi duduk disebelahku.

"Husna, bikinin aku gambar wajah cowo aku dong... buat kado ultah cowo aku" katanya padaku. "haah.. aku gak yakin bisa mirip yon, nanti kamu kecewa" jawabku.

"gakpapa hus, coba dulu deh.. aku tau kok gambarmu bagus semua hus.. pleaseeeee nanti aku bayar jasa kamu deeeh" bujuknya padaku.

"hmmm menarik.. tapi aku gak PD nih yon, yakin kamu?" jawabku ragu.

"iya huus, dah deal yaaak nanti aku kirim fotonya ke kamu hehehe, dia ultah seminggu lagi!" ucapnya seraya pergi meninggalkan ku. Karena temannya memanggilnya dari luar kelas.

Aku masih sedikit bengong, karena baru kali ini aku menggambar dengan bayar jasa. Memang biasanya teman-teman ada yang meminta tolong membuatkan gambar sekedar untuk tugasnya.

Tapi aku tidak pernah meminta balas jasa, alias jasa terimakasih. Dan aku tetap senang. karena selain hobi,itu berarti teman-teman mengakui kemampuanku.

Setelah mencoret-coret kertas yang tadinya putih hingga menjadi abu-abu oleh sketsa pensilku, tidak terasa bel pun berbunyi. Diiringi dengan pengumuman bahwa hari ini sekolah dipulangkan lebih awal, karena guru ada urusan mendesak.

Tidak ada momen seperti kemarin kali ini, karena aku jadi lebih perhatian kearah sekitar. Seperti biasa aku akan memutar arah jika tau akan berpapasan dengan Tigor, aku sangat malu dan gugup. Apalagi setelah kejadian kemarin yang membuatku merasa seperti orang paling memalukan didunia.

Hari-hari berikutnya aku lewati seperti biasa, namun yang membedakan hanyalah aku tengah fokus menggarap permintaan Yoni. Aku stress tidak karuan, menggambar wajah adalah hal yang paling sulit menurutku. Karena aku butuh mendiamkan gambarku paling tidak satu hari untuk kembali melihat bahwa itu sudah cukup mirip dan memiliki aura yang sama dengan orang yang aku gambar ketika dilihat.

Dan orang ini sama sekali aku tidak mengenalnya apalagi bertemu dengannya. Aku hanya mengira-ngira dari selembar gambar diri. Dan sialnya besok adalah hari dimana aku harus memberikan gambarku, astagaaaa aku tidak percaya diri sama sekali.

Aku merasa diriku tidak cukup handal dalam menggambar, aku hanya menyukainya itulah yang aku fikirkan.

"yosh Husna, Setidaknya kamu sudah mencoba! Kamu harus terima kalau Yoni besok kecewa atau tidak suka" ucapku pada diriku.

"yosh Husna, Setidaknya kamu sudah mencoba! Kamu harus terima kalau Yoni besok kecewa atau tidak suka" ucapku pada diriku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kertas Abu-AbuWhere stories live. Discover now