MSL - BAB 37

10.4K 349 2
                                    

Haiiii . . . . siapa yang udah kangen nih???

Aku bakalan kasih yang seru-seru termasuk konfliknya yaaa

____________________________________

After The Storm

Stelah badai selalu ada hari yang cerah, selama dunia belum berakhir, dan aku percaya itu. Karena masih ada hari yang cerah, dan hubungan kami membaik, maka aku menganggap bahwa ini bukan akhir antara diriku dan Christ.

Pagi ini gencatan terjadi dipelopori oleh Granny, entah bagaimana aku harus berterimakasih padanya. Setelah aku berbaikan dengan Christ kukirim pesan singkat pada Granny.

*Thank you Granny* Tulisku.

*Tidak ada lain kali!* Balasnya.

*I promise you* Balasku lagi.

Entah bagaiman aku merasa bahwa Granny adalah wanita yang keras diluar tapi sangat lembut dan manis dalam hatinya. Jika dia benar-benar membenciku tentu saja dia tidak akan menolongku disaat-saat kritis seperti sekarang ini.

Christ berpamitan untuk ke kantor setelah perdamaian diantara kami terjadi, tapi anehnya dia memintaku untuk tidak ke kedai hari ini. Dia memintaku untuk tetap tinggal di rumah tanpa alasan yang jelas. Akses di rumah kami bahkan diperketat.

Aku sempat bertanya tentang apa yang terjadi tapi Christ tidak menjawab. Dia hanya memintaku untuk mendekorasi ulang kamarnya hari ini, kemudian memintaku untuk memasak makan malam yang kubisa.

"Kau tidak sedang mengerjaiku kan?" Protesku sambil memasangkan dasi untuknya.

"Tidak." Katanya cepat, dia menatapku dalam, seolah meyakinkanku bahwa dia benar-benar tidak sedang mengerjaiku.

"Pilih design yang kau suka, aku sudah mengambilkan katalognya, kau bisa menghubungi vendor setelah kau memutuskan design yang kau suka. Mereka akan mengirim barangnya kerumah dan tagihannya ke kantorku." Christ menjelaskan detil teknisnya.

"Kau ingin aku kelelahan ya?" Tanyaku.

"Tidak sayang." Dia mengecup bibirku sekilas. "Alfonso bisa menghandle coffee shop, jadi aku ingin kau belajar menjadi isteri yang baik." Katanya sambil mengenakan blazernya sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah setelah mengecup bibirku sekali lagi.

Apa dia benar-benar berencana menikahiku? Gumamku dalam hati. Ah entahlah, hanya pria itu yang tahu apa yang sebenarnya ada didalam kepalanya.

Aku berjalan ke meja dan mengambil catalog itu kemudian melihat-lihat design yang menarik perhatianku. Kamar Christ sungguh membosankan dengan nuansa gelap dan minimalis. Mungkin aku harus membuat kamarnya sedikit berwarna. Mungkin dengan begitu akan mempengaruhi kepribadian Christ, menjadi pria yang tidak terlalu kaku.

Setelah memutuskan dekorasi yang kusukai, aku menghubungi vendor penyedia barang-barang interior dan memesan semua yang aku perlukan. Bahkan wallpaper di kamar ini juga aku ganti sesuai keinginanku.

Bye Bye kamar gelap dan membosankan. Gumamku dalam hati. Benar saja, tak butuh waktu lebih dari dua jam, semua perlengkapan itu datang, tentu saja setelah diperiksa dengan ketat oleh tim keamanan yang dipekerjakan Christ mereka baru boleh masuk bersama barang-barangnya.

Enam orang masuk ke kamar itu dan segera mengupas semua wallpaper lama Christ kemudian menggantinya dengan yang baru. Mengganti Gordyn dengan yang baru sesuai pesananku. Furniture, semua kuganti. Dan setelah merapikan semua furniture lama mereka pergi.

Oh sial, aku lelah sekali. Meski sebagian besar aku hanya memerintahkan dan mereka yang melakukan, tapi ini cukup menguras tenagaku.

Setelah semuanya beres, ternyata hari sudah gelap. Dan Christ memintaku untuk memasak apa yang kubisa. Padahal dirumah ini sebenarnya Christ sering memanggil chef handal untuk memasak jika dia ingin makan dirumah. Tapi kali ini kuputuskan untuk memasak dengan tanganku sendiri.

My Sweet Lecturer (Done) Edisi RevisiWhere stories live. Discover now