MSL - BAB 25

13.4K 439 10
                                    

GOLDEN PART

Mudah-mudahan kalian nggak terganggu dengan adegan-adengan dibawah ini. Nah buat yang belum cukup umur, makthor ingetin, skip aja part ini ya. Ini khusus buat pembaca dewasa 21+.

Thank you.

Makthor berharap kalian bijak dalam memilah bacaan yaaaa, dan jangan lupa kasih vote dan komentar yakkkkk

____________________________

Crazy Christ

Lewat tengah malam dan aku mendapatkan pesan singkat dari Christ. Pria yang entah pergi kemana seharian ini, karena sejak pagi hingga tengah malam aku bahkan tidak mendapatkan kabarnya barang sedikitpun.

"Kau sudah tidur?" Itu yang dia tulis dalam pesan singkatnya. Aku membaca tapi memilih tidak membalasnya. Entahlah sejak mengobrol dengan Granny tadi siang, rasanya seluruh tenagaku habis terkuras.

Tok Tok

Terdengar suara pintu diketuk dan mendadak jantungku berdegup kencang. Yang ada dikepalaku adalah Lindsey masuk kedalam kamar itu dengan sebilah pisau di tangannya dan langsung menyerangku.

No No No . . . aku mendadak panik. Dan dengan jantung yang berdegup tidak karuhan aku menatap ke arah pintu tanpa berkedip sedikitpun, sambil terus memeluk lututku. Rasanya keringat dingin mendadak membanjiri seluruh tubuhku. Aku mendengar pintu diketuk sekali lagi dan kali ini handel pintu itu ditarik seseorang dari luar.

Aku bersiap menjerit, saat tiba-tiba pintu terbuka dan aku sudah berdiri di sisi ranjang dengan lampu tidur yang kuangkat dan siap kulempar.

"Wo . . . wo . . . easy." Itu Christ, dia berdiri diambang pintu dengan setengah pintu terbuka. Aku jatuh terduduk di ranjang dalam keadaan cemas dan mulai lemas.

Christ menutup pintu kemudian menguncinya dari dalam. "Apa yang terjadi?" Dia menghampiriku dan langsung memelukku.

"Aku membayangkan itu adalah Lindsey." Ujarku lirih, masih dengan tubuh yang gemetaran.

"Lindsey ada di dalam sel tahanan, dia tidak mungkin datang kemari." Christ mencoba menenangkanku.

"Aku tahu itu, aku hanya panik." Jawabku.

Christ meraih wajahku dan mencium bibirku, mungkin itu salah satu cara menenangkanku yang paling ampuh. Hanya dalam hitungan detik aku merasa Christ benar-benar bisa menenangkanku. Aku bahkan punya kekuatan untuk membalas ciumannya.

"Kenapa kau datang ke kamarku selarut ini?" Tanyaku lirih.

"Kau menghantuiku sepanjang hari." Ujarnya kesal.

"Aku masih hidup, bagaimana bisa menghantuimu."

"Kau marah padaku tanpa sebab berhari-hari, kau pikir mudah bagiku menjaga jarak darimu?" Protesnya.

"Jadi kau datang untuk marah?" Tanyaku.

Dia menghela nafas dalam. "Aku datang untuk mengabulkan permintaanmu." Jawabnya sambil menatapku dalam. Aku ingat kalimatku saat di rumahsakit yang memintanya bercinta denganku, tapi mengapa tiba-tiba dia ingin melakukannya? Jantungku mulai tidak berdetak pada irama normalnya, oh sial, mengapa aku dengan ceroboh pernah menginginkan hal yang mungkin bisa membuatku mati muda karena serangan jantung. Aku berusaha mengatur nafasku, dan mengatur detak jantungku, tapi sia-sia, semakin dalam dia menatapku, jantungku semakin kencang melompat didalam dadaku.

Dia diam menatapku cukup lama, sebelum akhirnya kembali bicara, "Apa kau yakin dengan permintaanmu Mss. Dimitri?" Tanyanya, sementara jemarinya mengusap wajahku, turun ke leherku hingga ke tulang selangkaku. Dengan telunjuknya dia menurunkan satu bagian tali gaun tidurkuku dan membuatnya terjatuh. Satu payudaraku terlihat jelas di depan matanya, karena ketika tanganku berusaha menutupnya dia menarik pergelangan tanganku dan membawanya ke atas kepalaku.

My Sweet Lecturer (Done) Edisi RevisiWhere stories live. Discover now