...✶Capter 7✶...

Start from the beginning
                                    

"Siapa? Gue? Gue juga gak takut sama dia," ujar Diray yakin.

"Bukan lo, tapi si Rayen yang duduk di belakang pojok, dia dingin dan gue gak pernah ngomong sama dia walaupun udah sekelas,"

"Kenapa? aneh banget sih lo, temen sekelas aja lo gak pernah ngomong gimana dengan kelas lain?"

"Yeee dia jarang ngomong, setiap pelajaran ia selalu pakai dengerin musik, dan tidur. Pas di tanya langsung sama guru bisa jawab kan aneh,"

"Itu tandanya dia pinter gak kayak lo,"

"Kampret lo,"

Diray hanya tertawa mendengar Vino yang kesal, tapi Diray penasaran seperti apa sih sosok Evan itu badboy kah?

Ketika mereka akan menaiki tangga mereka mendengar suara pukulan keras di bawah tangga, Diray penasaran dan melihatnya dan betapa terkejutnya ia ketika melihat tiga orang laki-laki yang tengah menbuli satu laki-laki yaitu Aldi teman sebangkunya.

"Ayo pergi lo mau nyari mati?" Vino berbisik dan menarik baju Diray. Tetapi,  Diray malah turun dari tangga dan menghampiri Aldi lalu menarik nya menjauh dari tiga orang itu, Vino hanya bisa memejamkan matanya dan meringis kesal.

"Heh apa-apaan lo? beraninya keroyokan," ucap Diray pada tiga orang itu.

"Siapa lo? beraninya ikut campur," kata cowok yang di tengah tak lain adalah Evan.

"Tau nih mau jadi jagoan nih? haha,"ejek temannya yang bernama Irfan.

"Dia temen gue, lo gak bisa main bully seenaknya," kata Diray melirik Aldi yang menunduk dengan sudut bibir yang terluka.

Evan maju mendekati Diray dengan mata tajamnya, "Lo gak tau siapa gue? Beraninya lo ngomong dengan muka songong lo di hadapan gue," ucapnya dengan seringai mengejek.

"Ya lo bener gue cuman anak baru, tapi apa lo tau yang lo lakuin ini gak pantes untuk cowok kayak lo, yang pantes itu hanya buat pengecut!" kata Diray tanpa rasa takut

Evan menggerttakan rahangnya kuat, "Coba tanya sama Aldi apa mau dia di tolongin lo? Gak usah ikut campur lo," Diray menoleh pada Aldi yang menunduk dan menatapnya.

"Mending lo pergi aja, gu-gue gak...butuh...bantuan lo," ucap Aldi ada nada tak yakin dengan ucapannya.

Evan tersenyum puas dan mendorong Diray, "Pergi" ucapan nya sungguh mengerikan, Diray menatapnya tajam Vino segera menariknya menjauh.

"Nonton apa?!" teriak Evan pada beberapa siswa yang memperhatikan, mereka pun langsung menjauh.

Diray memasuki kelas nya dengan kesal, "Dia pikir dia siapa? Gue patahin leher lo," gerutu Diray kesal.

"Gue kan udah bilang, lo gak mau dengerin sumpah tadi tuh gue pengen lari, " ucap Vino bergidik.

"Lebay lo" sahut Diray dan tak sengaja matanya melirik Rayen yang sedang mengutak atik ponselnya, lalu ia menghampiri nya membuat Vino makin frustasi.

✦✦✦

           "Arsha bawa ini ke meja no 4" seru Sadina memberika nampan berisi beberapa piring Ramyeon, Arsha membawanya dengan hati hati dan memberikannya pada pelanggan yang seumuran dengannya yang memakai baju seragam mungkin baru pulang sekolah.

"Kak dina, dia siapa? Pelayan baru?" tanya seorang cewek cantik yang berambut ikal panjang.

"Dia sepupu Diray," ucap Sadina sambil membersihkan meja.

"Lo tertarik belajar?" tanya gadis itu menangkap basah Arsha yang memperhatikan bukunya, Arsha tampak mengangguk dengan ceria.


"Coba kerjain," kata gadis yang rambutnya di kepang itu.

Arsha tersenyum dan mengangguk lalu menerima buku tebal itu, dan mulai mengerjakan nya.

Setelah selesai, ia memberikan buku tugas nya pada kedua gadis itu, mereka mulai memeriksanya.

"Wajah, semuanya benar," kata salah satu gadis itu.

"Iya, pinter juga dia," sahut temannya. Setelah selesai membayar, mereka pun pamit untuk pulang.


Sore hari kedai Ramen lenggang, Sadina mencatat dan menjumlahkan penghasilan hari ini di sebrangnya, Arsha tengah memperhatikan nya dengan tekun.

"Kamu pintar sekali, siapa yang ngajarin?" tanya sadina takjub.

"Omah dan dok John," jawab Arsha tanpa berpaling dari buku dan pensil.

"Kamu mau sekolah?" tanya Sadina lagi.

"Tidak, nanti kak dina tak ada yang membantu, lagi pula sepertinya sekolah mahal kan," jawab Arsha.

Sadina tersenyum, memperhatikannya,  "Kamu kan udah beli seragam, lagian sekolah Kratina tidak bayar SPP mungkin nanti bayar praktek dan ujian," seru Sadina sambil menghitung di kalkulator.

Arsha tampak memperhatikan dan berpikir, "Jika kamu sekolah, kamu akan punya banyak teman," lanjut Sadina, Arsha tersenyum dan berdiri

"Aku mau sekolah!."

♡✴✴♡

The Cat Girl ✶Completed✶Where stories live. Discover now