16. I'm Curious

18 2 0
                                    

Andai dapat memilih, kuingin dilahirkan di keluarga yang harmonis.


James memandangi bar dengan rasa penasaran. Tray di tangannya digenggam kuat.

Ava menarik tangan James keluar dari kafe. Mereka berbicara di balik pintu kaca. Dari balik bar, Will pun ikut penasaran apa yang tengah mereka bicarakan. Pasalnya, ekspresi James berubah setelah dibisiki sesuatu oleh sepupunya. Sebelum mengantarkan secangkir coklat panas ke pemesan, Will memandangi Alexa yang masih berjongkok dan bergidik ketakutan. Will menghela napas berat.

"One hot chocolate," Will meletakkan pesanan itu di depan seorang gadis yang sepertinya baru kali ini melihatnya datang ke kafe.

Jika dilihat dari caranya berpakaian, dia tampak seperti seorang model meski mengenakan kaca mata hitam. Kaca mata itu terlihat modis dengan gayanya. Rambut lurus sebahu dengan riasan sederhana. Gadis itu menyilangkan kaki. "Thanks." Gadis itu menyeruput minumannya dengan perlahan.

Sebelum Will kembali ke area kerjanya, dia melihat seorang berjaket hitam dengan penutup kepala berdiri di seberang jalan, menatap kafe ini dari kejauhan. Will memandang James dan orang itu bergantian. Sayang sekali, wajah orang itu tak terlihat sama sekali terhalang topi dan tudung jaket. Tak lama orang itu pergi dan menghilang di balik tikungan.

"Mau kubuatkan iced americano?" tanya Will pada Alexa setelah kembali ke bar dan meletakkan tray.

Alexa mendongak menatap Will yang tengah mengelap area kerjanya dari sisa-sia racikan kopi sebelumnya. "Please. Thanks, Will."

Will tak menjawab. Dia mulai membuat minuman untuk Alexa. "Dia sudah pergi dari tadi," ujar Will saat meletakkan segelas iced americano di dekat Alexa.

Alexa berdiri dan mencari sosok orang itu untuk memastikan ucapan Will. "Bagaimana kau tahu?" Alexa menyeruput minumannya.

Will tak menjawab. Di waktu yang sama, Ava dan James mendekati mereka. Ava tampak bingung melihat Alexa yang sudah normal kembali, tidak ketakutan seperti sebelumnya. "Are you ok?" Ava memastikan.

Alexa mengangguk. "Yeah, I'm ok. Why?" Alexa bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

James menjadi bingung sendiri, antara mempercayai ucapan Ava dan matanya sendiri.

Alexa meninggalkan bar sambil menyeruput iced americano. Dia masih bersikap seakan tidak terjadi apa-apa.

Seorang pengunjung memperhatikan mereka dari balik kaca mata hitamnya, kemudian kembali menikmati coklat panas yang sudah diseruput setengahnya, kemudian kembali sibuk dengan ponselnya.

"Ava sudah ajak kau untuk makan?" tanya Alexa saat berdiri di depan James sambil menyeruput minuman yang hampir habis.

James memandang Alexa dengan wajah datar. Dia tidak memahami jalan pikiran gadis ini. Ekspresinya seakan berusaha menyembunyikan suasana hatinya. 'Kau tidak pandai berbohong, Alexa,' gumam James.

"Ayo! Aku lapar," ajak Alexa.

James menahan lengan Alexa, sehingga membuat langkah gadis itu terhenti. "Ada yang mau kau katakan padaku?" James berharap pertanyaan itu disambut baik oleh Alexa. Namun, sayangnya tak ada respon dari gadis itu. Dia hanya menatap dalam kedua mata biru James dengan tatapan datar. "Jangan paksa aku untuk membuatmu mau cerita," lanjut James.

Alexa masih terdiam. Dia melepaskan tangan James lalu menepuk bahu pria itu. "Kau bicara apa? I'm ok." Alexa melemparkan senyuman terpaksa.

Ladybird (Alexa Story)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora