1. Who Are You

399 24 8
                                    

Maret 2007

Musim semi sudah tiba di negeri Paman Sam. Orang-orang sudah mulai rajin keluar rumah untuk sekedar menikmati hangatnya matahari. Kebanyakan dari mereka menikmati dengan berjalan kaki, ke taman atau ke pinggir laut untuk menikmarti keindahan kota dengan sinaran mentari. Pohon cherry blossoms pun sudah mulai ada kuncup yang siap bermekaran. Hal ini menambah keindahan kota.

Di antara sekian banyak orang yang mengintari taman, ada seorang gadis yang tengah duduk bersandar sambil menikmati lagu Sunday Morning dari No Doubt dengan bantuan earphones yang menyumbat kedua lubang telinganya. Kaki kanan disilangkan ke kiri. Kedua tangan dilipat di depan perut. Beberapa kali gadis itu menganggukkan kepala seperti tengah mengikuti irama musik. Sepatu sneakers dihentakkan ke tanah dengan pelan. Pandangannya menyapu sekeliling, memerhatikan segala aktivitas orang sekitar. Ada yang tengah bermain skateboard, sepeda, berjalan santai, lari hingga duduk berdua bermesraan.

Ketika dia tengah menikmati ketenangan jiwa, tiba-tiba seseorang menepuk bahunya dari belakang. Seketika dia terhentak dan melepaskan earphones. Maksud ingin memarahi orang itu, ketika melihat wajahnya, dia hanya tersenyum dan menghambur memeluknya. "Lama sekali," ujarnya seraya mendorong bahunya pelan. Dia kembali duduk dan orang itu duduk di sampingnya.

"I'm sorry, Alexa. Aku harus membantu Grandma panen dulu." Dia mengeluarkan sesuatu dari kantung mantel merah. "Grandma baru saja panen ini." Dia menyodorkan satu buah jeruk. Aroma segar menyeruak keluar sehingga terhidu oleh Alexa.

"Say thanks to Grandma." Alexa mematikan musik di ponsel dan memasukkan earphones ke dalam saku mantel coklatnya, kemudian menyambar buah itu tanpa basa-basi.

"Sure."

"Kau tidak bertemu dengan kekasih gondrongmu itu, Emma?" tanya Alexa dengan aksen Boston. Bahasa Inggris gadis itu rupanya masih lancar, padahal sudah beberapa tahun tinggal di Indonesia. Dia sempat bersekolah di Jakarta dan Bahasa Indonesianya lumayan lancar.

Emma menggeleng. "Dia sudah punya acara dengan keluarganya. Maklum, matahari pertama yang hangat setelah musim dingin." Emma adalah sahabat Alexa dari kecil. Persahabatan mereka berjarak setelah Alexa pindah ke Indonesia. Namun, kini mereka akan sering bertemu sebab Alexa memutuskan berkuliah di Boston University.

Alexa mengangguk sambil mengupas jeruk. "Benar juga."

Mereka tidak berbicara beberapa saat. Emma menikmati kedua matanya memandang keindahan matahari yang menyinari Kota Boston. Dia menghirup udara musim semi dalam-dalam.

"Lex, mau ikut denganku?" tanya Emma tiba-tiba.

"Ke mana?" tanya balik Alexa.

Emma beranjak dari kursi kayu. "Ikut saja!" Dia menarik lengan Alexa.

Alexa ikut terseret dan hampir terjatuh. Perlahan menyeimbangkan tubuhnya lalu berjalan beriringan di samping Emma. Dia merangkul sahabatnya itu. Sesekali mereka terlihat tertawa, menertawakan apa saja yang terlihat oleh mata mereka.

Mereka melintasi zebra cross bersama dengan orang yang juga melintas. Hari ini nampak ramai. Mereka melintasi kafe dan toko roti yang berjejer rapi. Aroma roti menyeruak keluar dan terhidu oleh mereka, membuat mereka menjadi lapar.

"Kau tahu? Mom sering menanyakan kabarmu selama kau di Jakarta." Emma melambatkan langkah ketika rumahnya sudah terlihat.

"Really?" Alexa melebarkan kedua mata, seakan tidak percaya dengan ucapan sahabatnya. Dia tahu bahwa Emma sering membuatnya merasa terpuji. Agak sulit untuk mempercayai gadis itu kali ini.

Ladybird (Alexa Story)Where stories live. Discover now