46. Menantang Binatang Buas

51.8K 8K 323
                                    

Waktu baru menunjukan 10 menit sejak mereka masuk ke ruangan aneh ini. Seharusnya Kalandra meminta Naka untuk memanggil pihak kepolisian setelah 10 menit jika dia tidak kembali. 20 menit itu sangat lama dan jika pelaku dari semua kegilaan ini datang, apa pun bisa terjadi dalam 20 menit. Belum lagi, setelah melapor polisi pun, kecil kemungkinan polisi datang dalam waktu 5 menit. Polisi negara ini bukan polisi golden time dalam drama Voice yang bisa datang kurang dari 5 menit.

Kalandra menuntun Navya untuk bangkit berdiri. Tidak mungkin mereka hanya diam saja menunggu ajal mereka datang. Mereka masih muda dan tentu saja belum siap mati. Katakanlah orang gila itu hanya satu orang, bukankah sekarang mereka berdua, tentu saja ada peluang mereka menang bukan? Meskipun mengingat kembali film thriller yang di tontonnya, psikopat bisa membunuh orang lebih dari satu dalam waktu berdekatan dengan tipu dayanya, tapi marilah berpikir positif untuk saat ini, agar harapan mereka bisa hidup dan tumbuh besar di hati mereka, sekalipun harapan itu hanya harapan kosong.

Sebenarnya Kalandra cukup menguasai bela diri, tapi itu dulu. Semenjak kuliah dengan kesibukannya yang seabrek, dia tidak pernah ikut kelas bela diri lagi. Dia ikut kelas karate sejak SD sampai SMA atas perintah ayahnya. Mudah-mudahan saja, masih ada sedikit ilmu bela diri yang menempel di otaknya dan refleks tangannya masih bagus. Sehingga jika pada akhirnya harus mempertahankan diri, dia bisa melakukannya. Meskipun sebenarnya dia juga tidak yakin bisa melakukannya dalam keadaan sangat terdesak seperti ini. Terlebih ada Navya yang harus dia prioritaskan.

Kedua orang itu melihat sekeliling lebih jelas. Kalandra kembali pada kesadarannya untuk memotret sekeliling sebagai barang bukti. Pria itu bertekad untuk mengumpulkan semua barang bukti agar bisa menjerat pelaku kejahatan yang telah menewaskan kakaknya dan banyak orang lain yang tidak bersalah. Masuk semakin dalam, dan melihat kandang-kandang itu lebih jelas, membuat mereka semakin bergidik ngeri. Navya menahan diri untuk tidak muntah melihat banyaknya noda darah yang terciprat di sana. Bahkan ada darah yang masih basah dan beraroma menyengat dari salah satu kandang, yang hampir mirip kandang anjing galak. Ternyata ada jalan lain selain jalan mereka masuk tadi, bahkan lebih dari satu jalan. Ada pintu hitam yang terletak berseberangan dengan pintu mereka masuk tadi, lalu ada juga lorong panjang di ujung ruangan, yang entah mengarah ke mana.

Keduanya sedang berpikir, haruskah mereka berjalan menyusuri lorong yang entah bermuara ke mana. Atau haruskah membuka pintu lain yang tertutup, yang mungkin saja justru mempertemukan mereka dengan si pembunuh. Mengingat orang itu hanya terekam kamera saat masuk gudang dan tak pernah terlihat keluar lagi, kemungkinan ada dua jalan yang dilalui si pembunuh kan?

Mereka masih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing ketika terdengar suara yang mengagetkan mereka. Keadaan tempat itu sunyi, suara sekecil apa pun menimbulkan gema yang mengagetkan. Keduanya melihat sekeliling dan Navya menjerit melihat sesuatu bergerak di salah satu kandang itu. Dengan ragu, mereka mendekati kandang itu. Navya menutup matanya tidak sanggup melihat apa yang tersaji di depan matanya. Wanita itu merapatkan diri ke pelukan Kalandra agar tidak melihat tampilan menyedihkan orang yang berada dalam kandang itu.

Kalandra menelan ludah kasar, dia mencoba memberanikan diri untuk melihat lebih jelas orang yang berada di kandang itu. Kalandra tidak dapat melihat dengan jelas wajah dari orang itu, karena wajah dan kepalanya berlumuran darah. Dari pakaian compang-camping yang dikenakannya, sepertinya orang itu seorang perempuan. Dia masih bernapas walaupun dengan napas yang terdengar sangat pelan. Tangannya yang terikat rantai bergerak lemah berulang kali menghasilkan suara gemerincing peraduan jeruji kandang dengan rantai.

"Kita harus menolongnya," bisik Navya masih belum berani melihat ke arah orang dengan tampilan begitu mengenaskan itu.

Kalandra melihat dengan seksama pada orang itu, dia bukan dokter tapi melihat kondisinya yang mengenaskan sepertinya harapan hidup orang itu sangat kecil. Kandang itu digembok menggunakan gembok yang cukup besar dibanding gembok pintu pada umumnya. Bagaimana Kalandra akan menolong orang itu, jika Navya mengkerut dalam pelukannya dan tidak membiarkannya bergerak sama sekali.

"Vy ... Navya ...," panggil Kalandra yang membuat Navya justru semakin merapatkan tubuhnya ke pelukan Kalandra.

Siapa pun dalam keadaan seperti sekarang ini, sulit mempertahankan kewarasan mereka. Termasuk Navya, melihat apa yang terjadi pada orang dalam kandang itu, membuat pikiran buruk mendominasi kepalanya. Pikiran bagaimana jika dia berada di posisi orang itu membuat Navya ngeri hingga tahap sakit kepala. Sekuat apa pun dia menjaga kewarasannya, perlahan tubuhnya melemah sendiri.

"Navya ... Navya ... sadarkan dirimu," pinta Kalandra menepuk-nepuk punggung Navya yang bersandar sepenuhnya ke tubuhnya.

Sementara Kalandra berusaha menyadarkan Navya di antara kegentingan karena tiba-tiba terdengar suara kunci yang dibuka, yang diikuti langkah kaki seseorang. Di luar tempat itu, situasi tak kalah genting juga terjadi. Nattan rusuh memaksa Naka untuk mencari jalan di mana Kalandra dan Navya menghilang. Naka yang memang datang setelah pintu rahasia gudang terbuka, tentu saja tidak tahu bagaimana membuka pintu rahasia itu. Segala cara telah dicobanya sampai seisi gudang berantakan.

"Aku benar-benar tidak tahu bagaimana Kalandra dan Navya membuka jalan itu. Tadi lantai ini terbuka dan ada tangga ke bawah. Aku membukakan pintu untuk kalian keluar, dan saat kembali jalannya sudah tidak ada," ucap Naka setengah frustasi.

Nattan mulai tidak sabar dan melampiaskan kekesalannya pada Naka bahkan hingga memaki pria muda yang masih bersetelan baju tidur. Nattan luar biasa khawatir dengan nasib Navya dan Kalandra. Dia tidak sanggup jika harus kehilangan adik-adiknya lagi, setelah kakak dan anaknya hilang. Nattan menyalahkan diri sendiri karena terlalu menuruti emosinya tadi malam sehingga meninggalkan rumah ini dan melewatkan sesuatu yang penting di sini.

"Tenanglah ... kalau kau terus memarahi anak itu, masalah tidak akan selesai," lerai Willy mulai pusing dengan tingkah Nattan. Willy dan Nattanhanya tidur kurang dari sejam semalam karena emosi Nattan. Lelah dan kurang tidur adalah kombinasi yang membuat membuat emosi mereka mudah tersulut.

"Perhatikan dengan teliti, pasti ada hal di sekitar sini yang bisa membuka jalan rahasia itu. Aku akan menelepon seseorang untuk meminta bantuan kepolisian, jadi cobalah cari caranya dari pada berdebat tidak penting," ucap Willy seraya pergi keluar ruangan untuk menelepon.

Sepeninggal Willy, Nattan meminta maaf pada Naka atas apa yang dilakukan pria itu. Beruntung Naka memaklumi sikap kasar dan berlebihan pria itu, karena dia pun sama khawatir dan frustasinya saat ini. Kedua pria itu mencoba lebih teliti lagi mencari di sekelilingnya, apa yang kira-kira bisa membuka jalan rahasia itu.

"Temanku yang bekerja di kepolisian akan datang mungkin dengan dua atau tiga temannya. Sulit untuk membawa pasukan dengan banyak orang tanpa izin dari atasannya. Dan kemungkinan kecil izin turun dengan mudah jika menyangkut orang-orang besar yang ikut terlibat di dalamnya," ucap Willy.

"Berapa lama waktu yang mereka butuhkan untuk datang?" tanya Nattan.

"Mungkin sekitar 10-15 menit. Kau pasti tahu kalau keadaan jalan jam segini sangat padat bukan," ucap Willy.

"Kita harus segera menemukan jalan rahasia itu sebelum polisi datang. Kecil kemungkinan mereka akan percaya dengan cerita saja tanpa melihat fakta di depan mata mereka," ucap Willy lagi.

Ketiga pria itu memaksimalkan kemampuan mata mereka untuk mencari dengan teliti.

"Ini, lantai ini terasa sedikit berbeda," ucap Willy dan benar saja ketika lantai itu diinjak, jalan rahasia itu terbuka. Membuat ketiganya takjub, karena ada hal yang tidak biasa di gudang belakang rumah yang kecil itu.

"Kita menemukannya," ucap Nattan takjub sekaligus tidak percaya.

Sementara ketiga pria itu baru maju selangkah menemukan jalan rahasia. Si pembunuh sudah mengambil dua langkah lebih cepat dari mereka.

"Sudah puas bermain detektifnya anak-anak?" tanya si pembunuh mendapati pasangan muda saling memeluk di ruang pribadi miliknya.

Paradise GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang