2. Pertemuan dengan Dia yang Tak Ingin Dipertemukan

118K 11.3K 338
                                    

"Navya ...," panggil Nitya lagi, yang membuat gadis itu mau tidak mau mendekat ke arah sang kakak. Hubungan mereka sebagai kakak adik tidaklah terlalu dekat, perbedaan usia dua belas tahun juga menjadi salah satu penyebab tidak terciptanya hubungan akrab di antara mereka. Ditambah lagi mereka memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Nitya seorang dokter spesialis bedah termuda di HIMC, sebuah rumah sakit terkenal di negeri ini. Predikat jenius disandang di belakang nama wanita berusia tiga puluh empat tahun itu. Sedangkan Navya hanyalah anak biasa saja yang tidak akan sanggup menyamai kecerdasan kakaknya. Meskipun keduanya tinggal di kota yang sama, tapi mereka jarang menghabiskan waktu bersama. Mungkin selain kemiripan wajah di antara mereka, tidak ada lagi hal yang sama antara Nitya dan Navya.

Navya berjalan mendekat, dia pura-pura tidak melihat pria itu, meskipun mereka sempat saling bertatapan dan berekspresi syok yang sama. Bagaimana mungkin setelah hampir sepuluh tahun, mereka langsung mengenal satu sama lain dengan mudahnya, pikir Navya. Sepertinya wanita itu tidak menyadari jika wajahnya tidak banyak berubah meskipun sudah beranjak dewasa. Bisa dibilang Navya itu sosok yang tidak tumbuh lagi semenjak SMP. Begitu pun wajah pria itu, meskipun garis kedewasaan pria itu cukup terlihat dari rahangnya, tapi tatapan mata pria itu tidak berubah.

"Ini Navya, adikku, dan ini Andra, adik dari Mas Ganes," ucap Nitya memperkenalkan keduanya tanpa tahu jika mereka bahkan sudah saling kenal sejak kecil.

"Kalian bakal jadi groom sama bridesmaid-nya jadi akur-akur, yah," ucap Nitya lagi.

"Kita udah saling kenal, Kak," ucap Andra, pria bernama panjang Kalandra Rezvan itu sepertinya tidak berniat pura-pura tidak mengenal Navya. Padahal Navya berharap pria yang sekarang tumbuh sangat jangkung itu pura-pura tidak mengenalinya saja. Setidaknya jika mereka pura-pura tidak saling mengenal, dia tidak akan mengingat hal memalukan yang terjadi antar keduanya di masa lalu.

"Saling kenal? Jangan bilang kalian mantan?" tanya Ganes membuat Navya dan Andra bebarengan menjawab tidak dengan suara cukup keras.

"Kalau bukan, yah, biasa aja. Kenapa pada teriak?" tanya Ganes lagi terlalu santai. Pria berprofesi sebagai pemilik toko yang menyediakan batik khas nusantara dan kain uniform, itu melanjutkan makannya, sambil menatap jenaka ke arah dua anak muda yang mukanya mulai memerah. Ganesha Zefran itu memang berkarakter terbalik dibanding calon istrinya. Jika Nitya tipe kalem maka Ganes adalah tipe cengengesan yang ramai. Mungkin karena pria itu bergerak di bidang pemasaran juga mempengaruhi karakter pria itu.

"Kita kenal waktu kecil, rumah Navya bertetangga dengan rumah Omah Amira," ucap Andra menjelaskan sekenanya.

"Kok, lo bisa masih kenal, Kal? Itu, kan, waktu kalian masih bocah?" tanya Ganes heran.

"Kita juga pernah satu SMP, dia adik kelas gue. Gimana gue masih kenal? Yah, jelaslah orang dia masih sama kayak waktu dia SMP," jawab Andra yang langsung mendapatkan delikan tajam dari Navya.

Nitya dan Ganes sama-sama tertawa mendengar ucapan Andra. Pembahasan tentang Navya yang tidak tumbuh sejak SMP adalah pembahasan yang sering dibahas antara anggota keluarga mereka. Entah apa yang terjadi pada Navya sehingga dia stuck di tinggi 158 sentimeter padahal Nitya yang merupakan kakaknya memiliki tinggi 169 sentimeter. Belum lagi Nattan yang tingginya 179 sentimeter. Beruntungnya ibu mereka juga berbadan mungil seperti Navya, jadi dia tidak terlalu malu jika berkumpul bersama.

"Kalau kalian sudah kenal dari kecil, kenapa kita baru dipertemukan setelah dewasa, yah, Yang?" tanya Ganes pada Nitya.

"Mungkin karena kita ditakdirkan seperti itu. Jika kita kenal sejak kecil, besar kemungkinan kita tidak akan saling jatuh cinta seperti sekarang. Jatuh cinta pada orang yang tahu masa-masa kita masih ingusan itu agak tidak nyaman, kan?" tanya Nitya

"Iya, apalagi kenal pada zaman masih ngompol," jawab Ganes yang sukses membuat Navya dan Andra tersedak berjamaah.

"Kalian kenapa?" tanya Nitya heran yang dijawab gelengan secara kompak.

Membicarakan tentang 'ngompol', mau tak mau membuat Navya memerah teringat masa lalu. Kalandra yang bersikap santai di awal juga terlihat salah tingkah, apalagi kakak dan calon kakak iparnya mulai membahas bagaimana mereka saling kenal waktu kecil. Dasar pasangan calon pengantin tidak peka, keduanya terus membahas masa kecil kedua adik mereka, tanpa menyadari wajah keduanya terbakar karena malu. Baik Nitya maupun Ganes sudah cukup besar ketika mereka memiliki adik. Keduanya mengingat dengan jelas pertumbuhan adik mereka sejak bayi.

"Oh iya, Dek, kamu pulang duluan, kan, nanti? Kakak baru bisa pulang palingan empat hari sebelum hari H. Ada operasi yang harus Kakak selesaikan sebelum mengajukan cuti menikah Kakak," ucap Nitya pada Navya. Kali ini pembahasan berganti.

"Si Mama pasti ngamuk kalau Kakak baru datang di waktu mepet gitu," protes Navya.

"Justru itu, aku minta kamu hibur Mama di sana supaya gak ngomelin kakak di telepon. Kakak butuh konsentrasi sebelum operasi dan mendengarkan omelan Mama itu merusak konsentrasi," ucap Nitya yang diangguki semangat oleh Navya mengingat mama mereka memang jago sekali kalau masalah mengomel.

"Tenang saja, Kak Ganes pastikan kakak cantikmu pulang dengan selamat ke rumah sebelum hari H kebahagiaan kita," ucap Ganes.

Keempatnya atau tepatnya sepasang calon pengantin itu terus berbincang meninggalkan kedua adik mereka yang saling memalingkan muka. Larut dengan pembicaraan sang kakak membuat Navya melupakan sesuatu. Dia meninggalkan Chandra di meja yang mereka pesan tadi. Barulah setelah nama Chandra tertera di layar ponsel pintarnya, Navya menyadari kekhilafannya.

"Ampun, aku lupa ...," ucap Navya langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju meja yang tadi dia pesan dengan Chandra.

Nyimas Ayu Chandra Kirana, wanita berdarah jawa kental itu menatap garang pada Navya. Perempuan yang menolak dipanggil Nyimas karena berasa sedang berada di kampung halamananya. Menolak dipanggil Ayu karena terlalu pasaran, dan ditolak ketika meminta dipanggil Kirana karena nama itu terlalu cantik untuk orangnya, mendelik dengan mata ala antagonisnya.

"Sorry, Cantikku ..," ucap Navya sambil cengengesan.

"Bagus, yah, gue ditinggalin sendirian di sini, padahal gue yang ajak situ pergi," omel Chandra.

"Gue sendirian minum sampe kembung dan lo enak-enakan ngobrol sama cowok kece ... ini gak adil," ucap Chandra mulai berdrama. Sebenarnya Chandra dan Reta itu sebelas dua belas jika melihat cowok bening. Hanya saja Chandra yang dibesarkan dengan tata krama ke timuran tidak sefrontal Reta yang anak blasteran.

"Sorry, itu tadi kakak gue sama calonnya, bukan cowok cakep."

"Kalau itu mah gue juga tahu. Maksud gue cowok yang satunya lagi. Pake pura-pura segala. Hayo kenalin gue sama tuh cowok cakep dulu, baru gue maafin. Lumayan buat pendamping di wisuda nanti," ucap Chandra menggandeng lengan Navya untuk kembali mendekat ke meja kakaknya. Sejak ditinggalkan Navya, diam-diam Chandra memperhatikan ke arah pria muda di meja yang Navya tempati. Meskipun pria itu bukanlah pria tipe kelas kakap yang digambarkan dalam cerita fiksi yang digemari wanita seantero negeri. Tapi, pria single di antara makhluk sesamanya yang sudah taken, selalu terlihat menarik.

Chandra izin merapikan dress-nya sebelum diperkenalkan oleh Navya pada kakaknya juga dua pria yang berbagi meja pada kakaknya. Navya hanya mengangguk menanggapi kecentilan temannya itu, tanpa tahu jika orang yang ingin Chandra ajak kenalan ternyata sudah tidak ada ketika mereka mendekat.

"Hai Chandra, kan, temannya Vya?" tanya Nitya ketika Navya dan Chandra mendekat.

"Iya, Bu dokter, apa kabar?" sapa Chandra pada Nitya sekaligus dokter yang pernah menangani operasi ayahnya.

"Jangan panggil Bu Dokter, panggil Nitya saja," ucap Nitya ramah yang langsung dicibir tanpa suara oleh Navya dari belakang. Di depan orang lain saja Nitya merendah jika dipanggil dokter. Tidak tahu saja di rumah orang tua mereka, di pintu kamar Nitya terpasang namanya beserta gelar lengkapnya supaya siapa pun tahu dialah sang dokter.

"Andra tadi pamit karena ada pekerjaan, dia juga titip salam pamit padamu," ucap Ganes pada Navya. Pria itu terkekeh kecil karena sejak tadi wanita muda yang dibawa calon adik iparnya melirik kursi kosong yang ditinggalkan Andra. Satu hal yang dilewatkan Nitya karena wanita itu sibuk berbasa-basi tentang kondisi kesehatan pasien yang pernah ditanganinya.

Navya terkekeh kecil mendengar ucapan calon kakak iparnya, sedangkan Chandra langsung bermuka masam.

Paradise GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang