14. Pemakaman Ganes

73.9K 9.3K 235
                                    

"AAAAAAAA!" teriak Navya kaget karena tiba-tiba sekelilingnya berubah menjadi terang benderang.

"Ngapain teriak-teriak?" tanya Kalandra tanpa dosa, padahal dialah yang menyalakan lampu dapur dan membuat Navya kaget.

Mendengar suara Kalandra membuat Navya langsung melihat sekelilingnya. Ketika melihat ke arah depan tempat tadi Nitya berada, Nitya sudah tidak ada di sana.

"Kak Nitya?" panggil Navya mengedarkan pandangannya ke sekeliling dapur, tidak ada siapa pun di sana selain Kalandra dengan muka bantalnya yang sedang minum. Tidak habis akal, Navya mendekati saklar lampu dan mematikannya. Nitya mungkin takut dengan terangnya lampu dan bersembunyi karena wajahnya kusut, pikir Navya. Setelah mematikan lampu, Navya kembali melihat sekelilingnya tapi nihil selain Kalandra yang menatap cengo padanya, tidak ada siapa pun di ruangan itu. Navya berteriak memanggil Nitya berulang kali tapi Nitya sama sekali tidak ada.

"Hei ... hei ... ada apa denganmu?" tanya Kalandra langsung meraih Navya kepelukannya dan membekap mulut Navya, agar wanita itu berhenti berteriak memanggil Nitya.

"Tadi ada Kak Nitya di sini ... aku bicara pada Kak Nitya ...," ucap Navya dengan suara panik.

"Calm down ... kamu hanya bermimpi mungkin, jadi sekarang lebih baik kita tidur lagi, okay?" ucap Kalandra menyeret langkah Navya menuju kamar.

"Aku tidak bermimpi, buktinya aku di dapur bukan di kamar," protes Navya.

"Mungkin saja kamu mimpi sambil jalan dalam tidur," ucap Kalandra asal.

"Aku bukan sleepwalker, aku tidak pernah berjalan dalam tidur," protes Navya tidak terima.

"Ah, sudahlah besok saja berdebatnya, lebih baik kita tidur saja. Kita akan mengalami hari berat besok dan kita harus istirahat sebelum kita gila karenanya," ucap Kalandra tidak ingin di bantah. Pria itu memaksa Navya untuk berbaring dan memeluk wanita itu erat. Kalandra menulikan telinganya akan segala protes Navya, dia harus tidur setidaknya sampai pagi. Karena esok pasti sangat melelahkan baginya.

"Kalandra ...," panggil Navya.

"Hm ...," jawab Kalandra sekenanya.

"Aku melihat Kak Nitya tadi, dia menangis dan berlumuran darah. Dia terlihat sangat sedih sekali," ucap Navya.

"Mungkin itu hanya halusinasimu saja." Lagi-lagi Kalandra menanggapi ucapan Navya dengan asal.

"Aku tidak berhalusinasi, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri malah aku menyentuh tangannya yang dingin," ucap Navya kekeh.

"Mungkin kamu sedang syok jadi berhayal melihat Nitya dalam keadaan yang digambarkan alam bawah sadarmu," ucap Kalandra masih tidak mau percaya dengan ucapan Navya.

"Aku tidak seperti itu," ucap Navya kesal dan mulai memukuli lengan Kalandra yang melingkari tubuhnya.

"Aw ...." teriak Kalandra kesakitan karena pukulan Navya. Dengan kesal pria itu bangun dari pembaringannya.

"Nyatanya tidak ada siapa pun di dapur selain kamu yang berjongkok sendirian di dapur. Tidak ada Nitya atau siapa pun," ucap Kalandra kesal.

"Jadi, kau pikir aku berbohong?" tanya Navya kesal.

"Aku tidak menuduhmu berbohong hanya mengatakan berhalusinasi," jawab Kalandra.

"Berbohong dan berhalusinasi apa bedanya?" tanya Navya semakin kesal.

Seperti biasa, percekcokan mereka tidak mudah mereda hingga menyebabkan perdebatan panjang tidak penting. Keduanya terus berdebat tidak mau kalah satu sama lain, yang melenceng ke berbagai tema. Pada akhirnya perdebatan mereka berhenti dengan sendirinya ketika mereka sudah lelah bicara. Selesai bicara mereka tidur saling memunggungi dan jangan lupakan acara saling sikut atau saling tendang di antara mereka sampai akhirnya mereka tidur dengan sendirinya.

Paradise GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang