Love Cuisine [11]

3.5K 415 7
                                    

Coco melipat tangannya di depan dada bersandar pada kursi mobil empuk dibelakangnya, menolehkan wajahnya ke arah jendela seolah memberi tahu jika ia sedang tidak ingin diajak bicara.

"Kamu marah?" Abraham tidak mengerti bahasa tubuh Coco jadi ia mengajak wanita itu bicara.

"Tidak."

"Kamu tidak pernah marah pada saya, jadi ketika kamu marah saya bisa langsung tahu."

Coco mengerutkan dahinya dan menoleh pada Abraham yang sibuk menatap jalanan.

"Anda tidak bisa seperti itu Sir." Cicitnya.

Abraham menoleh, "Seperti apa?"

"Menyuruh Mr.Hiller menyuruh saya pulang lebih awal."

"Kamu lembur sendirian."

"Itu karena saya datangnya kesiangan."

"Kamu pulang sendirian." Ucap Abraham menekan kata sendirian pada kalimatnya.

"Karena saya kesiangan Sendirian Sir." Balas Coco.

Abraham menghentikan mobilnya tiba-tiba di pinggir jalan yang sepi.

Coco terkejut dan melihat kiri kanan " Kenapa berhenti?"

"Saya tidak bisa berdebat saat sedang mengendarai mobil nanti terjadi hal yang tidak diinginkan." Ucapnya dengan datar.

Coco menghela nafas lega.

"Kenapa kamu terlihat lega?"

"Saya kira Sir mau menurunkan saya." Cicitnya membuang wajah lagi.

"Kenapa saya harus menurunkan kamu?"

"Karena saya membuat Sir marah."

"Saya tidak marah."

Saling mendiami adalah kebiasaan mereka, sejak dulu ketika awal mereka bertemu.

"Mau sampai kapan kita diam terus?" Tanya Abraham.

"Ayo kita pulang, Sir." Coco tidak menjawab malah memerintah pria itu. Abraham mendelik sesaat seberkas ingatan langsung muncul.

"Kamu sangat suka mengabaikan pertanyaan saya."

Coco menoleh "Maksudnya?"

"Setiap kali saya bertanya atau mengatakan sesuatu kamu tidak begitu peduli." Ungkap pria itu cukup serius.

Mengingat jika ia sering mengabaikan pria itu ia merasa bersalah.

"Sorry." Ucapnya pelan.

"Nicole, Saya siapa?" Jika Abraham sudah menyebut nama tengahnya maka pria itu ingin menciptakan atmosfir serius.

"Sir.Abraham?"

"Bukan, Saya suami kamu."

Coco cukup terkejut dengan ucapan pria itu.

"Sudah saatnya kita mengakhiri permintaan kamu ini. Tentang kamu yang ingin sendiri." Ucapnya menatap jalanan yang mulai gelap dan kosong itu.

"Jolie bilang kamu cemburu."

Mendengar Abraham menyebut nama wanita itu mood Coco langsung berubah buruk.

"Saya tidak."

"Saya juga bilang seperti itu, untuk apa kamu cemburu tentang kunci rumah."

Kekesalan Coco muncul kembali mengingat kejadian tadi pagi.

"Kuncinya bagaimana?"

"Sudah dikembalikan."

"Baguslah." Ucapnya tanpa sadar.

"Kenapa bagus?" Abraham penasaran.

"Tidak begitu baik memegang kunci rumah orang yang sudah menikah." Kilahnya.

Love Cuisine [END]Where stories live. Discover now