Love Cuisine [8]

4.2K 398 4
                                    

"kamu tidak perlu melakukan ini."

"Kita sudah melakukannya beberapa menit yang lalu, jadi cukup terlambat untuk mundur." Kilah pria itu yang masih menyibukkan diri mengeluarkan mobil mereka dari parkiran.

"Aku bahkan tidak bisa berpikir lurus sekarang." Ucapnya jujur.

"Sudah terjadi."

"Kamu akan menyesal." Pancingnya.

Pria itu menghela nafas menjalankan mobilnya menyusuri jalan yang panjang.

"Penyesalan datang terlambat, aku tahu itu."

Wanita itu berbalik menghadap lurus kearah pria didepan yang baru saja menyandang status suami miliknya. Ia menatap dengan tajam meski tatapannya masih sayu dan lemah.

"Bagaimana dengan Jolie?"

Abraham terdiam cukup lama "Dia bilang semuanya baik-baik saja"

"I don't believe you!"

"Don't believe people easily."

Mereka memutuskan untuk perang diam selama perjalanan, Coco masih terlalu lelah menyadarkan dirinya dari mimpi buruk itu meskipun ia tahu ini semua adalah kenyataan. Beberapa bulir cairan bening mengalir lagi, ia langsung menghapusnya meskipun percuma karena Abraham melihat semuanya.

"Don't cry, I am here."

*****

Mobil Audy hitam itu terparkir didepan sebuah rumah milik Abraham, selama beberapa hari ini sudah menjadi tempat tinggal Coco meskipun baru hari ini ia sah menjadi bagian dari hidup pria itu.

Ia masih ingat awal mula ketika ia baru terbangun dari tidur panjangnya dua minggu yang lalu, pria itu ada disana menungguinya, saat itu ia terus terisak karena bangun pada kenyataan bahwa ia kehilangan segalanya.

Pria itu mencoba mendekatinya dengan jarak, menenangkannya, Dan ia merasa aman. Coco merasa aman dengan Abraham. Pria itu mulai membisikkan kata-kata menenangkan untuknya agar dirinya merasa baik.

Ia mencoba meredakan tangisannya melihat betapa Abraham berusaha menghiburnya. Saat itu ketika merasa lebih baik Abraham mulai bercerita perlahan mengenai rumah mereka yang sudah di pindah kepemilikan dan rencana orang tuanya untuk kembali ke negara asalnya. Meski semua itu akan direalisasikan akhir tahun tapi tetap saja Coco merasa tidak adil karena tidak diberi tahu.

Menerima semuanya sekaligus membuat Coco sama sekali tidak siap. Ia hanya bisa menyalurkan rasa frustasinya melalui isakan. Sekarang ia tidak punya apapun, ia belum siap. Sama sekali.

"Let's get married." Begitulah awal mulanya semua ini terjadi. Kata yang pria itu ucapkan dengan keseriusan yang tidak mampu ia goyah.

"Why?"

"Aku tidak bisa menelantarkanmu."

"Huh?"

"Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian saat aku tahu aku bisa menolongmu."

"Tapi sebelumnya Kita orang asing."

"It's not bad marrying a stranger."

"Tapi kamu mencintai orang lain."

"Love can change easily."

"You can't love me!"

Abraham terperangah.

"Why?"

"I am fat." Cicitnya tidak percaya dengan apa yang ia ucapkan sendiri. Ia belum pernah sepesimis ini dengan bobotnya.

Love Cuisine [END]Where stories live. Discover now