7. Waktunya Beranjak

Start from the beginning
                                    

"Bagus, bagus. Gue share di grup kelas ya," ujar Juan saat melihat hasilnya.

Teman-teman pun ramai mengomentari.

"Ini kayak iklan KPR rumah, deh. Robby sama Lisa pasangan muda yang lagi nanya-nanya harga, nah si Juan sales-nya!" canda salah seorang teman kami. Kemudian semua tertawa.

Aku pun ikut melihat foto itu. Menurutku bukan ala-ala candid, itu memang senyum bahagia Robby. Ya, benar kata teman-teman lainnya. Mereka terlihat cocok.


Tak terasa, waktu menunjukkan hampir jam 12 siang dan kami pun sudah berada di Lantai 3, area bioskop mall.

"Ini tiketnya pegang masing-masing ya," ujar Ridwan yang bertugas membelikan tiket.

"Oke! Makasih, Wan," jawabku sambil menerima potongan kertas kecil bertuliskan "Shazam!", film yang akan kami tonton hari ini.

— Robby, aku tak berharap apa-apa lagi darimu. Membayangkan bisa duduk di sebelahmu saat nonton bioskop? Ahaha! Bercanda saja khayalanku ini.


***


Selesai menonton bioskop, kami singgah sebentar di salah satu restoran di mall itu untuk makan siang sebelum akhirnya bubar dan satu per satu mulai pamit untuk pulang.

"Pada pulang naik apa?"

"Gue bawa motor."

"Gue juga."

"Gue duluan yaa!"

"Daaah!"

Kami pun mulai berpencar, hingga tersisa aku dan sekitar 5 orang lagi yang masih bersama menuju lantai dasar mall.


"Kau pulangnya gimana?" tanya Robby sesaat ketika kami sampai di lantai dasar. Tentu saja bukan bertanya padaku.

"Dijemput kakak gue," jawab Lisa.

"Dijemputnya di mana?" tanya Robby lagi.

"Di sini, kok."

"Beneran? Masih lama nggak?"

"Iya, beneran. Udah mau nyampe, kok," ujar Lisa meyakinkan.

"Gapapa nih?" tanya Robby lagi dan lagi.

"Iya gapapa. Iiiih... Perhatian banget sih."

"Nggak... Kan cuma nanya," jawab Robby akhirnya.

"Iya gapapaa, duluan aja," Lisa mengakhiri percakapan.

"Oke deh, hati-hati yaa!" jawab Robby sambil melambaikan tangannya dengan gestur lembut, tanda sampai jumpa.

Aku hanya mendengarkan mereka tanpa dapat menanggapi apapun. Masih kuingat senyum malu-malu Robby saat Lisa bilang bahwa dia perhatian.

 Lesung pipi yang manis itu, kali ini bukan untukku.


Kami pun berpisah dengan Lisa. Aku, Robby, dan sisa beberapa anak lainnya berjalan keluar mall, menyusuri jalan setapak menuju jalan raya. Hanya beberapa menit setelah percakapan Robby dengan Lisa, ada percakapan lainnya, kali ini denganku.

"Robby, kalau mau naik busway arah Kampung Rambutan, dari sini ke mana ya? Tahu nggak?" tanyaku.

"Lihat aja di Trafi," jawab Robby singkat sambil terus berjalan, tanpa sama sekali melihat ke arahku.

"Hehe iya, bener juga," jawabku dan percakapan selesai.

Terlihat ya, berbeda sekali respon darinya. Kalau Lisa yang tanya, mungkin Robby akan membantunya meng-install aplikasi Trafi, memberitahu cara menggunakannya, atau bahkan menemani Lisa menuju halte terdekat.

Tapi ya berbeda ceritanya kalau aku yang tanya, dilirik aja nggak.


Apa memang nggak mungkin ya, orang yang kita sukai akan balik menyukai kita?

Kenapa sih hatiku selalu jatuh pada orang yang salah?

Untuk apa ada perasaan cinta jika tak semua cinta dapat terbalas?


— Jakarta, 13 April 2019

R.


*) Trafi = Aplikasi informasi angkutan umum di Jakarta. Pengguna dapat melihat jadwal bus dan kereta, peta, dan berita transportasi lainnya dari aplikasi tersebut (Trafi telah menghentikan layanannya untuk kota Jakarta per 1 Juli 2022).


***


Hola! Apa kabar bestie? Semoga sehat selalu. Jangan lupa makan ya, jangan tunggu diingetin doi hehe.

Jadi di part ini Renata sedang menjadi pengamat dari gerak-gerik Robby. Kalau menurut kalian gimana? Bener nggak sih, Robby lagi berusaha deketin Lisa?

Ikutin terus ya, bestie. Sampai ketemu di next part! 😊

Senandika RenataWhere stories live. Discover now